Jabrik, Ungkap Peristiwa Adat yang Berkembang di Masyarakat - Soeara Moeria

Breaking

Sabtu, 02 November 2024

Jabrik, Ungkap Peristiwa Adat yang Berkembang di Masyarakat

Gelar bedah buku karya Arif Khilwa.

Jepara, soearamoeria.com - Politeknik Balekambang belum lama ini menggelar bedah kumpulan cerpen "Jabrik" dengan narasumber Arif Khilwa (penulis), Asa Jatmiko (pembedah), dan Asyari Muhammad sebagai moderator. 


Hadir dalam kegiatan tersebut 100 peserta yang merupakan mahasiswa Politeknik, santri MTs, MA, dan SMK Balekambang.


Dalam kumpulan cerpen yang diterbitkan penerbit Ini Ibu Budi terdapat 6 karya yakni Jabrik, Kebo Gerang, Bukan Salah Primbon, Tuyul Pilkades, Mitos, dan Perawan Tua.


Asa Jatmiko, pembedah sekaligus penulis kata pengantar mengutip cerpen Jabrik. 


"Selama lima hari aku memang pergi ke Malang dengan alasan pekerjaan. Namun yang aku lakukan adalah bersenang-senang menikmati uang yang kudapat dari potongan-potongan biaya operasional kampanye yang telah diberikan Pak Bambang. Aku berani pergi karena perkiraanku semua berjalan lancar dan tinggal menunggu perayaan keberhasilan. Namun ternyata kenyataannya berbeda. Perayaan pesta terlalu dini melenakanku dan berakhir buruk."


Menurut Asa, Jabrik merupakan orang yang tidak biasa. Ia cerdas dalam membaca peristiwa. Mampu membaca kepahitan hidup tidak sebagai kepahitan, kegagalan tidak sebagai kegagalan. 


Ditambahkan, melalui cerpen Jabrik telah diciptakan fiksi, Pak Bambang gila yang dipercayai fakta (padahal hanya pura-pura gila) oleh anggota keluarga dan para tetangga. 


"Keinginan setiap manusia untuk bisa terbebas dari jeratan hukum dan norma sosial adalah justru dengan memitoskan Pak Bambang sebagai orang gila di tengah masyarakat. Karena hanya orang gila yang bisa terbebas dari hukum dan norma sosial," jelasnya. 

Antusias ikuti bedah buku Jabrik.

Asa, sastrawan berambut gondrong yang mukim di Kudus menandaskan bahwa gila dan kegilaan memiliki pengertian yang tidak sama. 


"Tetapi keduanya searah bergerak ke medan yang sama yakni absurditas, tak terjelaskan, bernilai sekaligus kosong. Persis ketika masyarakat merespon mitos tertentu. Ada hari lahir (neptu) yang tidak cocok untuk sepasang kekasih menikah. Kalau dilanggar akan berakibat sial, miskin, mati," ungkapnya. 


Penulis buku Arif Khilwa bahwa Jabrik merupakan buku kumpulan cerpen perdananya. 


"Jika kita punya ide maka harus berani menuangkannya dalam bentuk karya sebelum itu sirna," tandas guru Sosiologi MA Salafiyah Pati. 


Dikemukakan, Jabrik merupakan sosok yang pintar dan cerdas. Namun ia harus memilih gila, karena hal tersebut solusi bebas dari jerat hukum. 


"Zaman ini memang zaman edan, jika tidak edan tidak akan selamat. Semuanya harus menjadi edan, mereka edan, dia edan, aku edan, dan semua edan."


Sementara itu, penanggung jawab kegiatan Asy'ari Muhammad mengatakan cerpen-cerpen Arif Khilwa merupakan peristiwa adat yang berkembang di masyarakat yang diramu dalam kalimat sehingga terjadi dialektika yang menarik. 


Melalui kegiatan tersebut tumbuh semangat berkarya, dan kelak akan lahir penulis muda berbakat dari pesantren Balekambang. (sm)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar