Seni Memaknai Kegagalan dengan Membenahi Diri - Soeara Moeria

Breaking

Senin, 08 Juli 2024

Seni Memaknai Kegagalan dengan Membenahi Diri

Ilustrasi : shutterstock. 

Setiap orang pernah mengalami kegagalan. Entah itu gagal menjadi juara dalam perlombaan,  gagal masuk ke sekolah atau kampus impian, gagal memenuhi ekspektasi, harapan orang tua, dll. 


Kegagalan seringkali dimaknai menjadi sebuah hal yang begitu memalukan hingga menyesal dan ada yang menjadikannya alasan untuk menyerah. Menyerah karena sudah terlalu lelah dengan gagal yang berulang kali dialami. Merasa bahwa apapun yang dilakukan akan berakhir dengan kata gagal. 


Keberhasilan hanya imajinasi yang sulit untuk direalisasikan menjadi kenyataan. Menyerah akan menjadi pilihan yang akan diambil kala tidak ada lagi semangat untuk terus berjuang sampai bisa mencapai keberhasilan.


Padahal, kegagalan bisa dimaknai dengan persepsi yang positif. Memaknai dengan hal-hal yang akan membantu untuk bisa bangkit lagi. Seni memaknai kegagalan diperlukan untuk memberikan sudut pandang baru. Gagal yang mulanya menjadi hal yang menyedihkan, membuat hati merasa tidak nyaman, optimis menjadi pesimis sampai  berpikir tidak perlu untuk memulai sehingga tidak ada kata gagal yang akan terjadi. Kegagalan adalah proses sebelum bisa menikmati manisnya keberhasilan.  


Kegagalan menjadi guru untuk mengubah diri menjadi lebih baik lagi. Berikut seni memaknai kegagalan dengan membenahi diri:


 1.  Mulai Dari Diri Sendiri

Orang pertama yang perlu untuk menerima kegagalan adalah diri sendiri. Memang awalnya tidak mudah, merasa putus asa seakan gagal itu terus saja terjadi meski berkali-kali untuk berusaha lebih baik dari sebelumnya. Itu sebenarnya adalah hal yang wajar. Perasaan itu akan muncul karena memang kegagalan itu membuat diri ini merasa sungkan untuk menerima semua yang terjadi.  


Namun, perlahan seiring berjalannya waktu akan terbiasa dengan hal itu. Menganggap itu menjadi pelengkap dalam proses menuju keberhasilan. Terima semua kegagalan yang telah dialami dengan legowo agar bisa bangkit untuk berjuang kembali.


 2. Memaafkan Diri Sendiri

Bukan hanya orang lain yang perlu untuk dimaafkan, diri sendiri juga perlu memaafkan atas apapun yang telah dilakukan. Seni memaafkan akan membantu perasaan menjadi lega, tidak lagi beradu nasib dengan orang lain, merasa orang yang paling tidak beruntung dalam kehidupannya hingga hanya menyesap pahitnya kegagalan. Memaafkan bahwa diri ini sudah berusaha semaksimal mungkin dengan penuh semangat yang membara meski memang belum kelihatan hasilnya. 


Setidaknya, sudah menaiki anak tangga pertama menuju keberhasilan yakni berani untuk memulai. Itu sudah bagus. Gagalnya akan jadi kata berhasil di waktu yang tepat. Jangan mencoba untuk menyerah, jika lelah beristirahatlah untuk mengembalikan energi yang habis terpakai untuk berjuang.


3. Berikan Support 

Memberikan support kepada diri sendiri dengan afirmasi positif melalui kalimat motivasi yang bisa memberikan energi positif secara rutin bahkan ketika sudah berhasil sekalipun. Menuliskan apa yang ingin dicapai di kertas lalu membacanya berulang-ulang kali agar bisa ingat terus alasan mengapa ingin berjuang menuju keberhasilan.  


Alasan yang berasal dari diri sendiri bukan untuk mendapatkan validasi dari orang lain saja.Karena alasan akan memberikan kekuatan untuk bisa bangkit ketika mengalami kegagalan.


4.  Lanjutkan Perjalanan

Setelah bisa memaknai kegagalan dengan persepsi yang positif dengan penerimaan, memaafkan dan memberikan support kepada diri sendiri. Kini waktunya untuk melanjutkan perjalanan, jalan yang memang berliku-liku ini menuju apa yang ingin dicapai menuju keberhasilan dengan hati yang legowo, perasaan lega, optimis diikuti dengan doa  sampai akhirnya bisa berhasil menggapai keberhasilan.


Keberhasilan yang amat dinanti akan menjadi nyata hingga diri ini akan tersenyum mengenang proses untuk sampai di titik ini dan menghargai setiap langkah yang telah diambil. (Zulfa Wafirotul Khusna/21)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar