Manusia dan Artificial Intelligence, Teman atau Lawan? - Soeara Moeria

Breaking

Sabtu, 06 Januari 2024

Manusia dan Artificial Intelligence, Teman atau Lawan?

Ilustrasi : zdnet. 

Oleh : Afifuddin Fajrul Falah, mahasiswa Fakultas Teknik jurusan Informatika Universitas Muhammadiyah Malang


Dunia ini sudah dipenuhi dengan teknologi yang ada. Berbeda pada zaman dahulu di mana orang-orang bahkan belum mengenal adanya telepon genggam. Tentu perubahan tersebut tidaklah instan, perlu adanya proses terbentuknya teknologi, yang disebut dengan revolusi industri.


Jadi bagaimana proses revolusi industri tersebut terjadi? Awal revolusi industri atau revolusi 1.0 dimulai dari Inggris pada abad ke-18. Revolusi ini ditandai dengan adanya penemuan alat mesin uap di mana melalui penemuan ini dapat mengubah pandangan manusia dan juga dunia, terutama dalam proses produksi. 


Lalu, revolusi 2.0 dimulai dari awal abad ke-20 yang ditandai dengan adanya penemuan listrik. Dengan adanya listrik sebagai pengganti mesin uap menyebabkan perubahan gaya produksi. awalnya bekerja bersama-sama menjadi terpisah-pisah sesuai bidangnya masing-masing. Jadi, hal ini berdampak pada efisiensi dalam produksi.


Setelah itu, revolusi industri 3.0 terjadi pada akhir abad ke-20 di mana ditandai dengan adanya kemunculan internet dan teknologi digital. Adanya hal tersebut, ruang dan waktu sudah tidak menjadi batasan orang untuk berkomunikasi. Perusahaan-perusahaan juga harus mencari cara agar tingkat efektivitas dalam produksi menjadi semakin tinggi. 


Setelah itu ada revolusi industri 4.0 muncul pada abad ke-21 dengan perubahan dunia digital yang cukup pesat, yaitu dengan adanya media sosial. Hal ini memaksa perusahaan untuk lebih melihat pada tingkat adaptasi dalam penggunaan media sosial. 


Waktu telah tiba saatnya masuk ke dalam revolusi industri 5.0 yang ditandai dengan adanya Internet of Things (IoT) dan Artificial Intelligence (AI). Sebenarnya, saat ini revolusi 5.0 belum masuk ke dalam kehidupan manusia secara menyeluruh, tetapi tanda-tandanya sudah muncul.


Konsep AI sebenarnya sudah lama dikenal dan dikembangkan sejak awal tahun 50-an. Pada waktu itu, para ahli matematika dan komputer menggagas terkait pengembangan sebuah mesin yang bisa memiliki pemikiran sendiri, layaknya kecerdasan manusia. Kemudian pada tahun 1956, diadakan konferensi Dartmouth. Sejak saat itu, perkembangan teknologi AI mengalami perkembangan pesat, walaupun sempat menghambat dan terhenti pada tahun 70-an hingga awal 80-an.


Setelah itu pada abad ke-21 perkembangan AI menjadi sangat pesat berkat teknologi deep learning yang memungkinkan AI dilatih untuk belajar mandiri dan mempertajam analisis dan akurasi data AI. Hal ini menyebabkan munculnya banyak teknologi kompleks berbasis AI seperti saat ini.


AI telah mengubah beberapa lanskap pekerjaan dan mempengaruhi peran manusia di beberapa sektor. Pekerjaan yang sifatnya repetitif, berbahaya, ataupun memerlukan keterampilan khusus dapat dilakukan dengan lebih efisien dan aman. Misalnya, dalam industri manufaktur, robotik dan otomatisasi telah menggantikan pekerjaan di jalur produksi. 


Dalam industri pelayanan pelanggan, chatbot AI dapat membantu dalam memberikan dukungan pelanggan. Menurut Will Robot Take My Job (2018), kehadiran AI diperkirakan akan mematikan pekerjaan tradisional, seperti kasir, petugas kebersihan, dan supir. Selain itu, kemampuan AI dalam menganalisis data dapat menyebabkan demand terhadap akuntan dan analis menjadi lebih rendah (Triatmaja, 2019). Kedepannya akuntan dan analis dituntut untuk bisa mengoperasikan AI. 


Di samping itu juga berpengaruh pada pekerjaan manusia, ternyata AI mempengaruhi juga pada diri manusia. Karena ini berkaitan bagaimana transformasi ini mempengaruhi kondisi mental kita, seperti cara berperilaku dan berpikir. Banyak penelitian memberikan poin-poin konkrit yang menunjukkan bahwa interaksi yang konstan dengan teknologi mempengaruhi otak kita. Pengaruh tersebut dapat masuk pada bagian informasi yang kita ingat, rasa orientasi fisik, dan bahkan mempengaruhi emosi-emosi kita, seperti bahagia, sedih, dan lain-lain. 


Smartphone yang kita punya menjadi salah satu sistem untuk berkonsultasi dan penyimpanan informasi. Maka dari itu memungkinkan bagi kita untuk menaruh data ke memory card dan lupa untuk menyimpan di otak kita. 


Melihat kita dihadapkan pada situasi yang dilematis bahwa AI bisa menjadi kawan bagi manusia ataupun menjadi lawan bagi manusia, kita memerlukan cara bagaimana kita bisa menghadapi dan bergandeng tangan dengan AI. 


Menurut Brynjolfsson (2022), orang-orang terlalu takut dan panik bahwa AI dan robot akan menggantikan manusia. Padahal, antara AI dan manusia bisa saling bekerja sama dan memacu inovasi dan produktivitas sambil memberikan manfaat ekonomi bagi semua orang. Perlu ditekankan bahwa bukan berarti manusia sama sekali tidak bisa memiliki pekerjaan. Pekerja manusia masih dibutuhkan dalam situasi yang kompleks atau empati yang lebih. 


Teknologi AI juga menciptakan peluang pekerjaan baru. Pengembangan, implementasi, dan pemeliharaan sistem AI membutuhkan keahlian dan pengetahuan yang spesifik. AI telah menciptakan permintaan akan pekerjaan di bidang seperti ilmu data, pembelajaran mesin, pengembangan algoritma, dan etika AI. Kolaborasi antara manusia dan AI menjadi semakin penting. (*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar