Ika Setiyawati, Pendidik MI Ma'arif Peraih Penghargaan Guru Inspiratif Kemenag - Soeara Moeria

Breaking

Kamis, 03 Juni 2021

Ika Setiyawati, Pendidik MI Ma'arif Peraih Penghargaan Guru Inspiratif Kemenag

 

Ika Setiyawati, peraih penghargaan guru madrasah inspiratif.
Semarang, soearamoeria.com - Dalam rangka memperingati Hari Guru Nasional 2020, Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Madrasah Kementerian Agama Republik Indonesia memilih 7 guru dan 5 kepala madrasah inspiratif 2020. Guru madrasah inspiratif tersebut salah satunya Ika Setiyawati, guru Madrasah Ibtidaiyah Ma'arif Keji Ungaran Kabupaten Semarang.


Pendidik yang akrab disapa Ika itu baru saja mendapatkan penghargaan dalam Forum Pengembangan Kapasitas Diri Pendidik dan Tenaga Kependidikan Berprestasi di Semarang pada 27-29 Mei 2021. Hal itu adalah rangkain penghargaan pada momentum Hari Guru Nasional 2020, Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Madrasah Kementerian Agama.


"Ketika itu mau memperingati Hari Guru Nasional 2020. Ada edaran dari Kemenag RI dikirimkan ke Kanwil Jawa Tengah tentang guru inspiratif. Nah ketika itu, dari Kanwil Jawa Tengah mendelegasikan saya untuk maju menjadi guru inspiratif,” bebernya, Kamis (3/6/2021).


Akhirnya, dia ditugaskan untuk membuat cerita tentang perjuangan guru madrasah melayani anak-anak. “Kisah inspiratif ini saya angkat, ya kisah saya sendiri. Karena saya bukan guru Bimbingan Konseling, dan ketika saya menjadi guru di madrasah inklusif, jadi bagi saya itu menjadi tantangan sekaligus kisah bagi saya untuk memberikan layanan pada anak-anak inklusif.” 


“Akhirnya saya ikut, dan mendapatkan penghargaan dari Kemenag berupa sertifikat, SK dan laptop. Apresiasi kemarin itu juga dapat mendapat sertifikat dari Kantor Kementerian Agama Kabupaten Semarang,” tandas guru pendamping khusus MI Ma’arif Keji yang menerapkan pendidikan inklusi tersebut.


MI Ma’arif Keji bagi dia spesial, karena berbeda dengan MI lain. Di MI Ma'arif Keji melayani anak-anak dari berbagai latar belakang, keberagaman dan juga berkebutuhan khusus. “Kami memiliki 26 siswa berkebutuhan khusus dari 204 siswa,” lanjutnya. 


Kelebihan di MI Ma'arif Keji juga tidak hanya membuka layanan inklusif. Namun juga ada program tahfiz yang diberikan kepada anak-anak setiap harinya. Jadi, dua jam itu ada program tahfiz kelas dengan guru tahfiz sendiri. 


"Setiap anak-anak berkebutuhan khusus di ruang sumber sebutannya. Di sini, anak-anak mendapat layanan bimbingan belajar, simulasi, baik motorik halus dan motorik kasarnya, kemandiriannya, berbicaranya, dan lainnya. Itu nanti disesuaikan dengan program pembelajaran individu bagi peserta didik berkebutuhan khusus,” beber perempuan kelahiran 14 Juni 1993 tersebut.


Ditambahkan sejak 2017 – 2020 pihaknya juga menjalin kerjasama dengan UNICEF. “Guru-guru kita mendapatkan pelatihan penyusunan RPP, kurikulum yang juga bermitra dengan Lembaga Pendidikan Ma'arif NU Jawa Tengah,” bebernya. 


Untuk peningkatan mutu sendiri menjadi hal pokok dalam pengelolaan di MI Ma'arif Keji. "Misalnya guru tidak mengetahui keberagaman peserta didik, maka mau tidak mau guru harus belajar tentang keberagaman peserta didik. Kita harus berlatih adaptasi kurikulum, kita harus mengakomodir sarana dan prasarana untuk siswa. Jadi peningkatan mutu itu kita utamakan karena kita sudah mendeklarasikan diri sebagai madrasah inklusi,” beber lulusan S-1 Sastra Jawa Univeristas Negeri Semarang tersebut.


Pihaknya juga memiliki harapan dalam pembangunan madrasah inklusif di Jawa Tengah. “Harapannya, di Jawa Tengah agar semua madrasah bisa menerapkan pendidikan inklusif, apa saja kelebihan dan kekurangan mereka, maka kita harus memberikan layanan yang terbaik,” lanjut lulusan S-2 Manajemen Pendidikan Islam UIN Walisongo Semarang tersebut.


Jadi kalau misalkan madrasah di Jawa Tengah menerima anak-anak berkebutuhan khusus, katanya, maka kita juga banyak temannya. Karena di sini untuk siswa banyak yang kita tolak karena di sini inden dalam PPDB. “Prosesnya memang agak ribet, karena harus mengubah pola pikir, memikirkan kurikulum, namun mari kita bersama-sama memikirkan madrasah agar lebih baik khususnya dalam pelayanan pendidikan inklusif,” papar dia.


Selain Ika, beberapa guru inspiratif juga dipilih dari berbagai daerah. Mulai dari N. Mudrikah MIN 2 Timor Tengah Selatan Nusa Tenggara Timur, Endang Susiani MAN Fakfak Papua Barat, Nurul Hafni MIS Blang Pandak/MIN 50 Pidie Aceh, Firmansyah MAN 9 Jakarta DKI Jakarta, Siti Kulsum MAN 2 Bandung Jawa Barat dan La Samala MTs Kusambi Sulawesi Tenggara.


Sedangkan untuk Kepala Madrasah yaitu Dr. Sutirjo MTsN 6 Malang Jawa Timur, Edwar MIN Paya Baro Aceh, Musmuliadi MAN 1 Soppeng Sulawesi Selatan, Hilal Najmi MAN IC Tanah Laut Kalimantan Selatan, dan Hj. Darmawati MTsN 1 Kota Makassar Sulawesi Selatan. (hi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar