![]() |
| Kesehatan mental itu penting. (cool-vita.co.id) |
Bagi saya, mental health itu penting. Sebagai anak perempuan pertama di keluarga, saya merasa terbebani dengan harapan orang tua untuk menjadi orang sukses dan dapat membiayai adik-adik.
Hal ini membuat saya cukup tertekan, belum lagi tuntutan hidup lainya. Setidaknya itulah yang pernah saya rasakan dalam hidup sebelum saya sadar bahwa ini hanya tentang bagaimana saya mengelola emosional. Kecerdasan dalam mengelola emosi bermanfaat bagi kesehatan mental kita.
Di dunia ini, semua orang mempunyai harapan. Setiap hari kita selalu berharap, entah kepada manusia atau Tuhan. Kita berharap makan enak, tidur nyenyak, uang banyak, punya istri cantik, berharap orang disekitar mengetahui keinginan kita, perempuan berharap dimengerti perasaannya, laki-laki berharap dihormati oleh pasangannya dan lain sebagainya. Apakah semua harapan kita akan terwujud? belum tentu dan bahkan tidak mungkin. Kecuali berharap kepada Tuhan melalui do’a yang kita panjatkan sehari-hari.
Ketika harapan tidak terwujud kita akan kecewa. Ini masalah, karena ketika seseorang dalam kondisi seperti ini akalnya tidak berfungsi, stress yang melanda dapat menyebabkan gelisah galau merana, bukan tidak mungkin pula kita akan menyalahkan oranglain dan yang paling parah menyalahkan Tuhan.
Hal ini juga kadang memicu perbuatan negatif seperti bunuh diri. Padahal bunuh diri tidak mengubah apapun, malah masuk neraka. Di sinilah sisi spiritualitas kita terlihat, seseorang dengan spiritualitas tinggi tidak akan melakukan tindakan negatif, sama seperti mental yang sehat. Sehingga, mental health penting bagi semua orang.
Trik Mengelola Masalah Hidup
Semua tekanan dalam diri kita berawal dari rasa kecewa yang kita rasakan dan ketidakmampuan kita dalam menyelesaikan masalah hidup.
Beberapa hari yang lalu saya membaca novel karya Agung Webe tentang sebuah perjalanan psikologi manusia yang mencoba memahami kehidupan dan bergerak untuk berubah menjadi lebih baik dan lebih maju. Novel itu menarik bagi saya, mungkin karena kisahnya ada yang sama seperti kisah saya.
Agung memaparkan tentang pertanyaan-pertanyaan yang sering muncul dalam diri seseorang. Ada tiga tahapan manusia dalam bertanya ketika ia menemui masalah hidupnya. Pertama, mengapa. Pertanyaan ini muncul pada awal masalah dan hambatan, manusia tersentuh kecerdasan emosinya. Kesadaran emosionalnya mengolah masalah tersebut. Pertanyaan yang timbul adalah mengapa masalah ini menimpa saya.
Kedua, bagaimana. Kemudian ia berkembang dalam kecerdasan spiritualnya. Pertanyaannya berubah menjadi bagaimana saya menghadapi semua ini. Dan yang ketiga, dari mana. Lalu ia berkembang lagi ke dalam kecerdasan manusia untuk menghadapi tantangan dan hambatan (Adversity Quotient), di sini pertanyaan yang mencul adalah dari mana saya memulai menghadapi masalah ini. Nah, sudah ditahap berapakah kita? Jangan sampai kita hanya bertanya mengapa, mengapa dan mengapa saja, lantas kemudian menyalahkan Tuhan. Na’udzubillah.
Setelah pertanyaan, selain itu kita merepresentasikan kehidupan untuk menjadi model kita. Perlu kita sadari bahwa ada tiga proses yang menjadikan kita tumbuh dan berkembang dalam kehidupan, yaitu: generalisasi (generalization), pembuangan (deletion) dan distorsi (distortion).
Generalization adalah sebuah pengalaman untuk menyamakan semua pengalaman, contohnya seseorang mengenal bahwa pelacur itu tidak baik, maka ia akan menyamaratakan bahwa semua pelacur itu tidak baik. Proses ini harus kita evaluasi, apakah generalisasi bermanfaat atau tidak bagi kita.
Lalu deletion, proses di mana kita hanya memperhatikan atau memillih pengalaman apa yang kita lihat, dengar dan rasakan, kemudian membuang hal-hal yang tidak bermanfaat sehingga kita tidak akan menyamaratakan semua pengalaman. Distortion adalah langkah dimana kita membuat perubahan dari representasi yang kita dapatkan. (Khayatun Nufus)
