Kudus,
soearamoeria.com
Dalam
agenda bulanan Forum Apresiasi Sastra dan Budaya Kudus (FASBuK) bulan Maret ini
mengangkat tema Kertas dan Pena. Kegiatan yang dikemas dalam bentuk panggung
apresiasi dan diskusi karya ini lebih mengambil titik fokus sasaran pada karya
pekerja seni muda di kota Kudus dan sekitarnya.
Dalam
pagelaran bulan Maret 2016 FASBuK mengangkat empat penyair muda Kudus; Prisma
Winda Aniva Nuthqi, Agung Hendra Setiawan, Puji Santoso, Salsa Nabila dan Asa
Jatmiko sebagai pemantik diskusi.
Pada
pagelaran yang dilaksanakan di Auditorium Universitas Muria Kudus, Rabu (23/03)
ini para penyair tersebut tampil membacakan beberapa puisi baik dari
karya-karya yang mereka maupun karya penyair nasional lainya.
Berbagai
bentuk kreativitas dan gaya penyampaian teks puisi pun disajikan dengan apik
oleh para penyaji, sehingga mampu memukau ratusan pasang mata yang hadir saat
itu.
Ada
beberapa penawaran menarik yang mampu menawarkan kerinduan bagi para penggemar
puisi, seperti halnya saat Salsa Nabila mengurai baris-baris nan jalang dalam
puisi Chairil Anwar dengan keheningan serta penampilan Asa Jatmiko yang
berkolaborasi dengan Anta Jawaika.
Asa
dan Anta mampu membuat pertunjukan penutup yang begitu memukau dengan
mengawinkan puisi WS Rendra yang berjudul Khutbah dengan gesekan dawai biola.
Keduanya
berbicara searah dan saling menguatkan, sehingga penonton seakan dibawa dalam
suasana perbincangan antara penyair dari kata demi kata yang disampaikan secara
lugas dan adem oleh Asa Jatmiko dan dengan partitur yang bertutur yang mencuat
dari biola Anta Jawaika personil dari kelompok music Sang Swara pada malam itu.
Tampak
hadir pula pada malam itu beberapa penyair senior di Kudus diantaranya Yudhi
MS, salah satu inisiator sekaligus pendiri FASBuK dan Maria Magdalena Burnomo
yang pernah dikenal dengan nama penyair seribu nama yang turut berbaur dalam
diskusi yang dilaksanakan pada akhir acara.
Sebagai
pemantik diskusi malam itu Asa Jatmiko mengatakan bahwa belajar sastra itu
tidak bisa diurutkan harus dimulai dari mana, dan yang terpenting adalah
bagaimana seseorang itu belajar untuk mencintai sastra terlebih dahulu.
Dalam
diskusi yang berlangsung selama hampir dua jam itu Yudhi MS turut memberikan
pernyataan bahwa seseorang akan butuh tempat/ kelompok sebagai penyulut
semangatnya dalam mempelajari dan memperdalam sastra demi menjaga konsistensi.
Dalam
kesempatan itu Arfin Ahmad Maulana selaku moderator diskusi atas nama
penyelenggara menyampaikan ucapkan terimakasih pada para tamu yang hadir karena
sampai saat ini acara yang diselenggarakan rutin setiap bulannya masih bisa
diterima ditengah masyarakat baik masyrakat seni maupun masyarakat secara umum.
Besar
harapanya semoga FASBuK bisa dijadikan media serta ruang apresiasi bagi
masyarakat secara luas dalam bidang seni budaya terutama yang berada di
lingkungan Kudus dan sekitarnya. [Saliem/
qim]