Pendidikan untuk Kebaikan bukan Kejahatan - Soeara Moeria

Breaking

Kamis, 18 Juni 2015

Pendidikan untuk Kebaikan bukan Kejahatan


Foto : Google
Jepara, soearamoeria.com 
Suatu ketika cucu dari Sinta Nuriyah bertanya kepada dirinya. Kenapa dulu bangsa Indonesia dijajah oleh Jepang dan Belanda yangti (eyang putri, red)? tanya cucunya. Karena belum bisa menjawab suami dari Gus Dur ini meminta cucunya bertanya kepada Yusuf Misbah.

Kepada Yusuf Misbah bocah yang berusia 5 tahun bertanya hal serupa kepada profesor. Jawaban dari professor karena dulu penduduk negeri ini orangnya bodoh-bodoh.

Cerita ini menjadi salah satu pokok mauidhoh yang disampaikan Hj. Sinta Nuriyah Wahid dalam Maulid dan Tausiyah yang dilaksanakan Pesantren At Taqiy desa Kalipucang Kulon kecamatan Welahan kabupaten Jepara bertempat di halaman pesantren, Kamis (28/05/15).

Sebagai warga Jepara apalagi di sini tempat kelahiran RA Kartini perempuan 67 tahun ini mengimbau agar meneruskan perjuangan pahlawan emansipasi tersebut. Dengan meneruskan perjuangan leluhur ia meyakini tidak akan di tindas lagi oleh penjajah.

Agar tidak ditindas sebutnya harus beriman dan berilmu. Sebab sebagaimana yang termaktub dalam Al Qur’an yang beriman dan berilmu akan diangkat derajatnya oleh Allah SWT.

“Tentu ilmunya harus yuntafau bih, bermanfaaat untuk orang lain,” jelasnya kepada ribuan jamaah yang memadati halaman pesantren.

Maling maupun koruptor tegas Sinta juga berilmu. Tetapi karena ilmunya tidak untuk kemanfaatan pantas saja jika mereka diangkat ke dalam bui. Ibu negara keempat menyitir banyak ayat tentang menuntut ilmu.

Misalnya menuntut ilmu wajib bagi setiap muslim, wajibnya menuntut ilmu dari ayunan sampai liang lahat hingga menuntut ilmu sampai ke negeri China.

“Kenapa harus sampai ke negeri China? Meskipun di sana mayoritas Konghucu dan Budha dalil ini mengisyaratkan semua disiplin ilmu perlu dipelajari,” sambungnya.

Pentingnya Pendidikan
Perempuan yang lahir di Jombang 08 Maret 1948 ini mengemukakan bangsa ini tidak hanya krisis pangan tetapi juga moral. Bukti krisis pangan baru-baru ini ditemukannya beras plastik, daging berformalin dan sebagainya.

Jika terjadi hal demikian, yang harus dilakukan sebagaimana perintah Tuhan dalam Al Qur’an ialah pentingnya menambah ketakwaan kepada sang khaliq. Jika tidak niscaya musibah diturunkan tak kunjung reda.

Sedangkan perilah krisis moral perkembangan teknologi membawa dampak manfaat (positif) dan madarat (negatif). Hape, Ipad andai digunakan untuk kebaikan tentu berdampak positif. “Tetapi kalau Ipad untuk prostitusi online tentu madarat sekali,” imbuhnya.

Ia juga sangat prihatin jika bbman ujung-ujungnya untuk memperkosa perempuan. Karenanya dalam menghadapi laju perkembangan teknologi perlu disikapi dengan arif dan bijaksana. Serta didorong dengan pendidikan yang layak agar bisa membedakan manfaat dan madarat. (Syaiful Mustaqim)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar