![]() |
Foto : Google |
Jepara,
soearamoeria.com
Suatu
ketika cucu dari Sinta Nuriyah bertanya kepada dirinya. Kenapa dulu bangsa
Indonesia dijajah oleh Jepang dan Belanda yangti (eyang putri, red)? tanya
cucunya. Karena belum bisa menjawab suami dari Gus Dur ini meminta cucunya
bertanya kepada Yusuf Misbah.
Kepada
Yusuf Misbah bocah yang berusia 5 tahun bertanya hal serupa kepada profesor.
Jawaban dari professor karena dulu penduduk negeri ini orangnya bodoh-bodoh.
Cerita
ini menjadi salah satu pokok mauidhoh yang disampaikan Hj. Sinta Nuriyah Wahid dalam
Maulid dan Tausiyah yang dilaksanakan Pesantren At Taqiy desa Kalipucang Kulon
kecamatan Welahan kabupaten Jepara bertempat di halaman pesantren, Kamis
(28/05/15).
Sebagai
warga Jepara apalagi di sini tempat kelahiran RA Kartini perempuan 67 tahun ini
mengimbau agar meneruskan perjuangan pahlawan emansipasi tersebut. Dengan
meneruskan perjuangan leluhur ia meyakini tidak akan di tindas lagi oleh
penjajah.
Agar
tidak ditindas sebutnya harus beriman dan berilmu. Sebab sebagaimana yang
termaktub dalam Al Qur’an yang beriman dan berilmu akan diangkat derajatnya
oleh Allah SWT.
“Tentu
ilmunya harus yuntafau bih, bermanfaaat untuk orang lain,” jelasnya kepada
ribuan jamaah yang memadati halaman pesantren.
Maling
maupun koruptor tegas Sinta juga berilmu. Tetapi karena ilmunya tidak untuk
kemanfaatan pantas saja jika mereka diangkat ke dalam bui. Ibu negara keempat
menyitir banyak ayat tentang menuntut ilmu.
Misalnya
menuntut ilmu wajib bagi setiap muslim, wajibnya menuntut ilmu dari ayunan
sampai liang lahat hingga menuntut ilmu sampai ke negeri China.
“Kenapa
harus sampai ke negeri China? Meskipun di sana mayoritas Konghucu dan Budha
dalil ini mengisyaratkan semua disiplin ilmu perlu dipelajari,” sambungnya.
Pentingnya Pendidikan
Perempuan
yang lahir di Jombang 08 Maret 1948 ini mengemukakan bangsa ini tidak hanya
krisis pangan tetapi juga moral. Bukti krisis pangan baru-baru ini ditemukannya
beras plastik, daging berformalin dan sebagainya.
Jika
terjadi hal demikian, yang harus dilakukan sebagaimana perintah Tuhan dalam Al
Qur’an ialah pentingnya menambah ketakwaan kepada sang khaliq. Jika tidak
niscaya musibah diturunkan tak kunjung reda.
Sedangkan
perilah krisis moral perkembangan teknologi membawa dampak manfaat (positif)
dan madarat (negatif). Hape, Ipad andai digunakan untuk kebaikan tentu
berdampak positif. “Tetapi kalau Ipad untuk prostitusi online tentu madarat
sekali,” imbuhnya.
Ia
juga sangat prihatin jika bbman ujung-ujungnya untuk memperkosa perempuan.
Karenanya dalam menghadapi laju perkembangan teknologi perlu disikapi dengan
arif dan bijaksana. Serta didorong dengan pendidikan yang layak agar bisa
membedakan manfaat dan madarat. (Syaiful
Mustaqim)