Kudus, soearamoeria.com
Dr.
Sri Utaminingsih, M.Pd Wakil Dekan I FKIP UMK menegaskan sosok Ki Hajar
Dewantara harus menjadi rujukan untuk calon guru. Hal ini diuraikannya dalam
diskusi interaktif “Mengajar dengan Hati”
yang diadakan UPT Perpustakaan dan Linfokom berlangsung di Gedung Rektorat
lantai IV UMK, Sabtu (31/1/15) lalu.
Sebelum
calon guru banyak belajar konsep pendidikan ala Barat terlebih dahulu wajib
mendalami konsep pendidikan ala Ki Hajar Dewantara. “Ki Hajar pernah mengajari
kita konsep taman siswa. Lembaga pendidikan harus laiknya taman, menyenangkan,”
terangnya pada puluhan peserta diskusi.
Menurut
Utami menjadi guru harus bisa memosisikan sebagai pendidik, pahlawan, orang
tua, sahabat dan kakak. Ia juga menegaskan guru harus bisa digugu dan ditiru.
Kepada
calon guru yang hadir dirinya berpesan mengajar bukan semata-mata “mencari uang”.
Lebih dari itu mendidik perlu didasari dengan niat tulus transfer pengetahuan kepada anak bangsa dan bukan karena terpaksa
atau perintah orang tua.
Karena
itu ia mengimbau jangan sampai menjadi matrealistic
teacher. “Ada uang sakunya tidak saya mengajar?” urainya sebagaimana
dilansir soearamoeria.com.
Ia mengingatkan
era 1995 IKIP tidak begitu diminati. Sehingga peminat mahasiswa masuk di
jurusan keguruan turun. Tetapi saat mengajar diiming-imingi “sertifikasi”
program studi keguruan di mana pun laris manis.
Agar mengajar
terasa nyaman harus didasari iman, kuat memegang prinsip, tenang dan sabar,
percaya diri ikhlas, memiliki benteng diri dan memiliki guru spiritual.
Dra.
Wesiati Setyaningsih, MM penulis buku “Tersesat
di Jalan yang Benar” menambahkan sebagai pendidik mempunyai tantangan dalam
menghadapi peserta didik. Misalnya tantangan Love Hunger. Banyak siswa yang merasa kurang kasih sayang dari
orang tuanya.
Menghadapi
hal ini guru harus memberikan support, meditasi maupun ngobrol face to face. Kedua, perkara Lack of Confidence, kurangnya percaya
diri. Siswa yang menjudge karyanya
jelek menurut Ma’am Wesi sapaan akrabnya lantaran jarang dipuji sehingga si
anak sudah kadung tidak pede.
Tantangan
lain guru harus siap menghadapi anak yang dirundung galau, dan no target, tidak adanya target. Tidak
tahu mau dan akan kemana.
Untuk
menghadapi pelbagai hal ini guru Bahasa Inggris SMA 9 Semarang memberikan bekal
di antaranya guru perlu semakin percaya diri, sayang kepada anak-anak, melihat
kelebihan dan kekurangan anak, ingin tahu yang besar dan harus terus belajar. (Syaiful Mustaqim)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar