Ki Hajar Dewantara Rujukan Calon Guru - Soeara Moeria

Breaking

Rabu, 04 Februari 2015

Ki Hajar Dewantara Rujukan Calon Guru


Kudus, soearamoeria.com
Dr. Sri Utaminingsih, M.Pd Wakil Dekan I FKIP UMK menegaskan sosok Ki Hajar Dewantara harus menjadi rujukan untuk calon guru. Hal ini diuraikannya dalam diskusi interaktif “Mengajar dengan Hati” yang diadakan UPT Perpustakaan dan Linfokom berlangsung di Gedung Rektorat lantai IV UMK, Sabtu (31/1/15) lalu.

Sebelum calon guru banyak belajar konsep pendidikan ala Barat terlebih dahulu wajib mendalami konsep pendidikan ala Ki Hajar Dewantara. “Ki Hajar pernah mengajari kita konsep taman siswa. Lembaga pendidikan harus laiknya taman, menyenangkan,” terangnya pada puluhan peserta diskusi.

Menurut Utami menjadi guru harus bisa memosisikan sebagai pendidik, pahlawan, orang tua, sahabat dan kakak. Ia juga menegaskan guru harus bisa digugu dan ditiru.

Kepada calon guru yang hadir dirinya berpesan mengajar bukan semata-mata “mencari uang”. Lebih dari itu mendidik perlu didasari dengan niat tulus transfer pengetahuan kepada anak bangsa dan bukan karena terpaksa atau perintah orang tua.

Karena itu ia mengimbau jangan sampai menjadi matrealistic teacher. “Ada uang sakunya tidak saya mengajar?” urainya sebagaimana dilansir soearamoeria.com.

Ia mengingatkan era 1995 IKIP tidak begitu diminati. Sehingga peminat mahasiswa masuk di jurusan keguruan turun. Tetapi saat mengajar diiming-imingi “sertifikasi” program studi keguruan di mana pun laris manis.

Agar mengajar terasa nyaman harus didasari iman, kuat memegang prinsip, tenang dan sabar, percaya diri ikhlas, memiliki benteng diri dan memiliki guru spiritual.

Dra. Wesiati Setyaningsih, MM penulis buku “Tersesat di Jalan yang Benar” menambahkan sebagai pendidik mempunyai tantangan dalam menghadapi peserta didik. Misalnya tantangan Love Hunger. Banyak siswa yang merasa kurang kasih sayang dari orang tuanya.

Menghadapi hal ini guru harus memberikan support, meditasi maupun ngobrol face to face. Kedua, perkara Lack of Confidence, kurangnya percaya diri. Siswa yang menjudge karyanya jelek menurut Ma’am Wesi sapaan akrabnya lantaran jarang dipuji sehingga si anak sudah kadung tidak pede.
Tantangan lain guru harus siap menghadapi anak yang dirundung galau, dan no target, tidak adanya target. Tidak tahu mau dan akan kemana.

Untuk menghadapi pelbagai hal ini guru Bahasa Inggris SMA 9 Semarang memberikan bekal di antaranya guru perlu semakin percaya diri, sayang kepada anak-anak, melihat kelebihan dan kekurangan anak, ingin tahu yang besar dan harus terus belajar. (Syaiful Mustaqim)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar