Mbah Tohir: Teater, Ilmu Kehidupan - Soeara Moeria

Breaking

Jumat, 10 Oktober 2014

Mbah Tohir: Teater, Ilmu Kehidupan


Jepara, soearamoeria.com-Teater merupakan ilmu kehidupan. Karena dengan itu seseorang akan mengenali dirinya sendiri, mengenal suara, mengenal indera dan mengenal hal-hal yang lain. Hal itu dikemukakan Mbah Tohir, mantan pemeran drakula tayangan Srimulat saat memberikan suntikan motivasi kepada pelajar SMK Az Zahra Sekuro, Mlonggo Jepara, Kamis (9/10) pagi.

Hal itu diuraikannya senada dengan keberadaan multimedia. Didalam multimedia maupun broadcasting terang pria 69 tahun itu ada ruang dan waktu.

“Saya bisa hadir disini (Az Zahra, red) juga karena teater. Jika saya sudah menjadi artis tidak mungkin bisa hadir kesini,” tutur Sutradara kawakan Srimulat.

Kehadiran aktivis teater era 60an itu bagi dia untuk memberikan motivasi pada peserta didik jurusan Multimedia dan Broadcasting. “Apakah kelak jika anda berusia senja masih bermultimedia?” tanya kepada hadirin.

Pria kelahiran Surabaya itu menjelaskan saat usia kian renta masih eksiskah bergerak sesuai bidang masing-masing. “Kalian sekarang masih muda dan berkecimpung dalam multimedia maupun broadcasting. Kelak saat sudah tua dan sudah berkeluarga apakah masih menekuni bidang-bidang tersebut,” tanyanya kembali.

Pertanyaan yang ia lontarkan bukan sekadar Jarkoni, iso ujar ora bisa nglakoni. Sebab meski usianya kian senja lelaki yang mengawali karirnya dari pelukis reklame itu kini aktif pentas monolog keliling Jawa.

Dua naskah yang ia pentaskan “Kasir Kita” adaptasi dari naskah Arifin C Noer dan “Jokasmo” yang merupakan adaptasi dari naskah Nyanyian Angsa.

Kasir Kita bercerita tentang pria galau karena ditinggal istrinya yang berselingkuh dengan lelaki lain. Karena kegundahan itu, pria tersebut bermain api bermain dengan wanita baru. Bermain dengan wanita tersebut ia mengeluarkan banyak duit dari perusahaan tempat ia bekerja. Akhir kisah ia bisa mengatasi masalah dari berbagai sisi.

Sedangkan Jokasmo menceritakan seniman panggung yang ditinggalkan penggemarnya. Meski tinggal sebatang kara, dari panggung ia menemukan segalanya akan tujuan hidupnya.

Selain untuk menyelami ruh teater sebagai ilmu kehidupan lawatannya untuk mengenali karakter berbagai suku Jawa, Madura maupun Kalimantan juga untuk menjaga tradisi dan sebagai wahana silaturrahim.

“Saat ini jarang anak muda silaturrahim kepada yang lebih tua. Karena itu meski saya sudah tua ingin bersilaturrahim kepada anak-anak muda,” pungkas lelaki yang nyaman hidup lewat berkesenian. (Syaiful Mustaqim)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar