Dibedah, Buku “Potret Intervensi di Bilik Redaksi” - Soeara Moeria

Breaking

Sabtu, 13 September 2014

Dibedah, Buku “Potret Intervensi di Bilik Redaksi”


Kudus, soearamoeria.com-Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Semarang bekerjasama dengan LPM Pena Kampus (Peka) UMK membedah Buku “Potret Intervensi di Bilik Redaksi” karya tim AJI Semarang di depan masjid Darul Ilmi UMK, Jum’at (12/9) siang. Kegiatan yang diikuti puluhan pelajar, mahasiswa dan pegiat pers menghadirkan tiga narasumber Girindra Wardhana (Pro TV), Heri CS (Jurnas) dan Zamhuri (UMK).

Menurut Girindra, kegiatan merupakan bentuk kegelisahan jurnalis yang tergabung dalam AJI hal ikhwal intervensi wartawan. Hal lain dikemukakan Heri CS. Dengan hadirnya buku itu pegiat pers kampus tahu kondisi pers secara riil. Sehingga semakin memperkaya khazanah para aktivitas pers kampus dan sekolah.

Jurnalis Jurnal Nasional (Jurnas) itu juga mengemukakan pers mempunyai tanggung jawab literasi media, mengontrol dan juga perlu dikontrol. “Kita punya tanggung jawab mengontrol juga siap dikontrol,” tegas Heri.

Ia menyontohkan TV, misalnya bisa membuat berita positif menjadi “positif”. Berita negatif bisa menjadi “positif”. Dari misal itu, pihaknya (AJI, red) hendak menjaga marwah dan tidak menjadi tunggangan kelompok yang berkepentingan.  

Manajer YP UMK, Zamhuri menyampaikan saat ini tidak ada penghalang bagi siapa pun untuk menyampaikan informasi. Hal itu dengan semakin banyak produk citizen journalism (jurnalisme warga) dan media sosial. Lewat berbagai media tersebut merupakan wahana bebas berekpresi, produk kegelisahan, keluh kesah dan pengalaman swasensor.
  
Namun di banyak media ia menilai lebih banyak berpihak. Hal itu terkait kepentingan para pemilik pemilik modal. Imbasnya para pewarta di media tersebut sebutnya menjadi kambing hitam.

Meski demikian, Zamhuri mengharapkan wartawan yang memiliki kemerdekaan berekspresi jangan sampai mudah diintervensi “amplop”. “Jangan menggadaikan nilai berita dengan selembar amplop,” paparnya.

Kuli tinta lanjutnya perlu banyak memperkaya riset sehingga karya berita yang dibuat tidak hanya sekadar talking news tapi meluas ke hard news, features maupun jurnalisme sastrawi. (Syaiful Mustaqim)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar