
Cerpen:
Kartika Catur Pelita
1//Pilpres
“Ini
pilpres paling heboh, Kawan. Pilpres diadakan saat ada ajang Piala Dunia, pada
saat bulan Ramadan pula.”
“Seumur-umur
kakek, baru kali ini pemilu diadakan di bulan Suci Ramadan. Subhanallah.”
“Syukurlah,
masih menangi pilpres pada Zaman
Orla, Orba atau reformasi kakek bro.”
“Wek,
wek,wek…”
“Pemilih
sangat antusias. Banyak yang dulu golput, kini pengen nyoblos.”
“Ada
juga yang biasa dicoblos pengen nyoblos.”
“Maksudmu lon…?”
“Salome. Begenggek.”
“Oye…usrag-usrug. Pikiran lu mesum melulu.”
“Pilpres
2014 paling heboh. Kandidat hanya 2. Seperti main tarik tambang. Dua kubu,
saling adu, saling tarik. Sekuat-kuatnya.”
“Segala
cara halal, bahkan haram dilakukan.”
“Bahkan
fitnah keji!”
“Black Campaign. Kampanye hitam!”
“Siapa
jagoanmu bro?”
“Jelaslah
aku milih Wiwi. Wiwi orangnya merakyat,
sederhana, suka blusukan. Dia tahu
kehidupan rakyat kecil. Ia pernah jadi
rakyat kecil, merasakan apa yang kita rasakan. Wiwi juga sudah terbukti sukses
membangun Solo dan Jakarta. Salam 2 jari, Wiwi capres RI!”
“Enak
aja. Siapa lu? Presiden RI ke 7 adalah Mr Wowo.
Mr Wowo itu jenderal. Militer, tegas. Indonesia masa
depan butuh orang seperti Mr Wowo untuk jadi pemimpin.”
“Hihihi.
Iya, masa depan tu. Tapi tengok dong
masa lalu Mr Wowo…”
“Pelanggar
HAM!”
“Menculik
orang-orang tak bersalah!”
“Memerkosa
masal saudari-saudari kami yang sipit.”
“Termasuk
Wiji Tukul yang sampai hari ini tak
jelas rimbanya.”
“Lawan!”
“Kau tak pernah merasakan sejuta derita seperti kami yang kehilangan anak. Permata
hati yang kami besarkan dengan selaksa pengorbanan dan kasih sayang. Tiba-tiba
hilang, sampai kami, para orang tua berpulang, mereka tak jelas di mana? Siapa
yang bertanggung jawab? Kami warga negara ini? Jangan suruh kami hanya wajib
membayar pajak, tapi kami tak mendapatkan hak perlindungan!”
“Kami
menuntut keadilan. Hukum ditegakkan!”
“Sudah
belasan tahun reformasi. Reformasi mana, kami dapat perubahan apa?”
“Cih,
sampai berapa kali sudah presiden berganti, kasus tak pernah terungkap!”
“Kami
butuh presiden yang berani mengungkap kebenaran di negeri ini!”
“Ungkap
peristiwa buruk, tragedi menyakitkan, sebagai pengalaman anak cucu di masa depan!”
“Bangsa
yang besar adalah bangsa yang tidak melupakan sejarah!”
“Kami
butuh perubahan!”
“Presiden
yang memikirkan kesejahteraan rakyat,
bukan golongan, partai apalagi keluarganya doang!”
“Kami
butuh presiden yang tegas, tak melulu curhat tentang gajinya yang kurang, pekerjaan
berat, tentang rumah dinas, lagu-lagu ciptaannya.”
“Makanya
pilih presiden nomer dua. Dua adalah lambang kehidupan. Tuhan menciptakan isi
bumi berpasangan. Siang-malam. Besar-kecil.
Hitam-putih, laki perempuan, susah-senang, menang-kalah.”
“Kami
pilih nomer 2. Capres Wiwi, salam 2 jari!”
2//Wowo
“Gue
sih pilih nomer satu. Satu pemenang. Satu adalah juara. Hidup capres Wowo!”
“Kalau
Wowo jadi presiden, gaji pejabat tinggi naik. Sehingga kesejahteraan terpenuhi,
ini membuat pejabat tak korupsi lagi.”
“Korupsi
itu bukan utusan uang aja bro. Faktor moral
sangat penting. Jika pun gaji pejabat
naik 100 juta, tapi moral mereka rendah,
korupsi tetap berjalan. Pejabat yang korupsi tu orang-orang murka, punya
mobil lima, pengen 10, perusahaan, istri , simpanan, pengen lagi dan lagi. Mereka takkan puas. Sebelum
riti, mati. Sebelum dipatok kanan kiri. Mereka takkan bisa menghentikan
keinginan busuk selama moral dan akhlak masih
bau got!”
“Saya
setuju Wiwi yang menginspirasi gerakan
revolusi mental. Mental yang baik akan
mendorong orang melakukan perbuatan baik!”
“Revolusi
mental adalah cara-cara produk orang
PKI!”
“Fitnah
apalagi yang kalian tebar. Setelah capres Wiwi kami difitnah sebagai antek
Amerika, anak Cina Singapura, non muslim, kini laten PKI dihidupkan. Gak tahu
malu. Ngaca dong. Lo paham gak sih apa itu PKI.”
“PKI
adalah atheis, tak mengenal Tuhan. Indonesia tak ingin jadi komunis!”
“Wek wek,
politik orde baru mau dihidupkan lagi.”
“Piye enak jamanku to?”
“Berantas
PKI dan keturunannya sampai ke
akar-akarnya.”
“Aneh.
Kau tahu, sampai kamu mati dan bangkit lagi tujuh kali, Indonesia tak mungkin jadi negara Komunis!”
2// Wiwi
“Anak
bebek namanya meri. Ingin sehat, makan
buah kiwi. Pengen Indonesia hebat? Salam 2 jari, ayo pilih capres Wiwi!”
“
Wiwi sudah terbukti hebat saat menjabat walikota dan gubernur. Ia walikota terbaik ke-3
di dunia cing. Ia juga sudah menjadikan Jakarta lebih baik.”
“Kalau
Wiwi jadi gubernur silakan, kalau presiden belum layaklah.”
“Wiwi
oke, PDI no!”
“Wiwi
tak amanah. Dia berjanji memimpin Jakarta 5 tahun, eh baru dua tahun, udah nyalon jadi presiden.”
“Bukan
nyalon, tapi dicalonkan oleh PDI!
“Wiwi
presiden boneka!”
“Apa maksude rika?”
“Dihlah kiye uwong ora mudeng. Boneka, ada dalang yang
memainken di belakang.”
“Asset negara ntar dijual maning. Kepriben?”
“Wiwi
bisa belajar dari pengalaman.”
“Kula
bade pilih Wiwi!”
“Beta
akan coblos Wiwi!”
“Kitorang pilih capres Wiwi!”
“Wiwi
presiden rakyat!”
“Rakyat
butuh perubahan.”
“Emangnya
kalau Wiwi jadi Presiden elu dapet apa?”
“Sebagai
rakyat kecil, kita sudah senang jika dapat kartu pendidikan dan kesehatan
gratis. Biaya pendidian mahal. Apalagi ongkos ke rumah sakit…”
“Kita
butuh Wiwi yang janjinya tak mengawang-awang.”
“Semoga
kalau kelak Wiwi jika terpilih jadi presiden ia memenuhi janjinya. Membangun
Indonesia lebih baik. Mewujudkan Indonesia, sejahtera, makmur dan hebat.
Menyelamatkan generasi muda yang kelak
memegang estafet kepemimpinan. Indonesia tanah air tercinta.
3//Kampanye
“Gua
tetep milih Wowo. Kalo Wowo jadi presiden gaji buruh naik 6 juta.”
“Iya
harga-harga trus naik. Sama aja bohong!”
“Lagi-lagi
rakyat kecil yang susah.”
“Sebagai
PNS, aku suka kondisi seperti ini. Kerja tenguk-tengguk, banyak nganggurnya, setiap
bulan dapat gaji, belum lagi proyek-proyek. Gurih-gurih nyoi.”
“Kalau
Wiwi jadi presiden, trus dia blusukan dan nemuin gue lagi main game atau
nonton bokep di kantor ga asik dong. Hahaha.”
“Kami
pilih Wowo sebab beliau tegas dan jago
perang. Malaysia berani menghina Indonesia, kita sikat! Demi kedaulatan RI,
siap perang!”
“Perang?
Emang enak perang? Listrik mati satu malam aja, kamu bingung, mengeluh.”
“Lu sih
gak pernah merasakan zaman kakek dan nenek saat perang kemerdekaan atau masa
penjajahan. Perang hanya bikin sengasara. Rakyat jadi korban. Rakyat menderita
cing.”
“Pada
ngungsi, kerjaan sulit, kelaparan.”
“Gak
bisa tidur nyenyak, gak bias sms-an, fesbukan,
twitteran, apalagi ngentu.”
“Kakekamu.”
“Wekwek
sor sor.”
“Crot-crot-crot.”
“Pikir-pikir.”
“Jangan
bego seperti mantan menteri, cawapres yang gak bisa bedain Kalpataru dan Adipura.
“Kalau
Adipura Jepara langganan dapet.”
“Jepara
Kota Adipura.”
“Tapi
tahun ini gak dapet Adipura Kencana.”
“Bupatinya
sih suka ngaji melulu, daripada ngurusin jalan yang rusak.”
“Kan
itu pemimpin pilihanmu.”
“Makanya
hati-hati milih, nyoblos. Jangan salah pilih.”
“Abdi
mah tetep keukeuh pilih Wowo. Bapak Wowo sudah sepuluh tahun berjuang untuk jadi
presiden. Pasang iklan saban hari di teve. Berapa banyak sudah modal
digelontorkan?”
“Kita
butuh presiden orang tegas, tidak klemar-klemer. Kita butuh Wowo untuk martabat Indoenesia!”
“Hehehe,
martabat yang mana? Menculik anak orang?
“Setiap
orang punya masa lalu. Ketika ingin berbuat baik mengapa enggak boleh?”
“Bukan
tidak boleh bro, tapi pakai hati nuranilah.”
“Maksudnya
apa nih?”
“Tanya
pada hati nuranimu? Kamu pilih dia bukan karena pamrih? Seperti vokalis band yang katanya diiming-imingi
jabatan menteri hingga dia kampanye
gila-gilaan, pake seragam perang
prajurit pembantai, hehehe
“Omed
Doni?”
“Yaps, kayaknya dia terobsesi jadi militer, mungkin
pernah daftar tapi gak lolos gara-gara kena sipilis, hihihi.”
“Pokoknya
gue tetap milih Wowo. Apapun yang terjadi.”
“Oke mas
bro. Hak memilih adalah hak asasi. Gue hargai pilihan lu.’
“Sama.
Gue juga hargai pilihan lu. Tapi kayaknya
pertemanan kita mesti berakhir.”
“Segitunya…”
“Terpaksa
lu gua remove dari facebook.Bye.”
“Lu
seperti tetangga gue, yang maksain anak menantunya memilih capres pilihannya, sampa
main usir dari rumah segala.”
“Terserah
lu. Eh, tunggu sebentar gue kan mau remove lu…”
4//Pemenang
“Selamat
atas terpilihnya Wiwi dan Yuka sebagai Presiden RI tahun 2014-2019.”
“Selamat
atas terpilihnya Wowo dan Haja sebagai Presiden RI tahun 2014-2019.”
“Matahari
kembar!”
“Ini
hasil quick count!”
“Biadab,
quick count bisa memecah belah masyarakat,
dan mengancam kedaulatan RI!”
“Bangsat.”
“Heboh!”
“Diancuk!”
“Kakekane!”
“Lonte!”
“Asu!”
“Bagaimana
kalau terjadi chaos?’
“Koas
dokter?”
“Saos
bakso, bodoh!”
“Chaos,
kekacauan!”
“Makar,
hura-hara, keributan!”
“Semoga
saja tak terjadi!”
“Capres,
tim sukses, pendukung jangan anarkis!”
“Kendorkan
gontok-gontokan.”
“Mari
kita ciptakan suasana aman, damai dan kondusif.”
“Kita
laksanakan demokrasi sebenar-benarnya!”
“Kita
tunggu saja hasil KPU tanggal 22 Juli!”
“Siapa
pun pemenangnya ia adalah presiden ke 7 RI!”
“Siapa
pun presiden RI, kedaulatan adalah harga mati RI yang diproklamasikan para pendiri
bangsa ini di atas peluh, darah pahlawan!’
“NKRI
tetap berdaulat, berideologi Pancasila dan UUD 45. Kita junjung semboyan Bhinneka Tunggal
Ika, berbeda-beda suku, agama, etnis, adat dan budaya, tapi kita tetap satu:
INDONESIA!”
“Kedaulatan
NKRI adalah harga mati!”
Kota Ukir, 17 Juli 2014
Gambar: Google
No comments:
Post a Comment