Slamet, Tukang Servis Jam Mampu Biayai Anak Hingga Kuliah - Soeara Moeria

Breaking

Sabtu, 02 Februari 2013

Slamet, Tukang Servis Jam Mampu Biayai Anak Hingga Kuliah


Jepara, soearamoeria.com-Usia yang semakin menua tidak menyurutkan Slamet (53) tetap setia dengan profesinya sebagai tukang servis jam. Kumis dan rambut yang ditumbuhi uban ditambah kaca mata tebal menunjukkan usianya kini makin senja. Jika mengakhiri profesinya lelaki yang humoris ini tidak tahu dengan apa lagi menafkahi istri dan keempat anaknya. Karenanya, disisa usai ia masih semangat melayani pelanggan dengan ramah dan penuh canda.

Siang itu, panas semakin terik. Saya berhenti didepan lapak mininya di Jalan Raya Margoyoso, 100 meter timur Masjid Baitur Rohim Purwogondo. Usai memarkir kendaraan saya lantas menyapanya. Tanpa basa-basi saya mengutarakan maksud dan tujuan. Warga desa Purwogondo RT.12 RW.02 ini pun menyetujui. Kemudian saya memotretnya dari berbagai sudut.

Saat hendak melanjutkan ngobrol-ngobrol, “pasien” datang. Dua lelaki muda datang menyervis jam tangan. Setelah diteliti ternyata hanya ganti baterai. Penyervis membayar Rp.5.000. Perbincangan kian hangat. Beberapa pelanggan datang lagi. Ada guru, karyawan dan masyarakat umum. Suasana canda melingkupi setiap pelanggan yang datang.

Menafkahi Keluarga
Profesi utama yang digelutinya sejak 1994 baginya sudah cukup untuk menafkahi keluarga. Awal mula, selepas lulus PGA tahun 1981 ia belajar dengan ayah dan teman ayahnya. Kemudian ia diajak ayahnya merantau ke NTT sebagai tukang servis.

Sepulang dari NTT ia membuka servis di pasar Mayong selama 2 tahun. Selebihnya untuk usaha konveksi yang hanya berjalan sekitar 5 tahun. Lapak yang ada di pasar Mayong dijualnya. Karena keahlian langkanya turun-temurun dari bapaknya tahun 1994 ia membuka lapak mini di desa Margoyoso.

Sejak itu, profesinya dicari banyak orang. Lantaran langka beberapa lapak sama yang tidak jauh dari kiosnya tidak berumur lama. Profesinya yang sebenarnya hendak ditularkan kepada anak dan keponakannya pun tidak berhasil. Sebab menjadi tukang servis jam dibutuhkan kesabaran, ketekunan dan ketelitian.

Meski pelanggan yang datang tidak menentu tetapi bisa dipastikan saben hari mulai pukul 08.00-13.00 WIB ada yang datang. Penghasilan yang diterimanya juga tidak pasti. Slamet hanya mengkalkulasi ongkos servis mulai Rp.5.000-150.000. biaya itu tergantung kepada jenis kerusakan mulai ganti baterai, mesin, IC, kalep dan pen.

Penghasilan yang ia dapatkan sudah cukup untuk membiayai istri dan keempat anaknya. Ia bericerita saat akan menguliahkan anak pertamanya di salah satu PTN di Semarang. Tetangga dan juga saudaranya kaget. Tetapi ia yakin rezeki Tuhan melimpah ruah.

Bok kang-kang anakmu kuliah neng universitas negeri duite soko ngendi?” ingatnya sembari menceritakannya kepada saya.

Gunjingan dan cemoohan itu tidak begitu ditanggapi dengan spaneng. Dengan keyakinan dan kesungguhan dalam bekerja akhirnya anaknya pun kini sudah wisuda dan telah menjadi guru. Suami dari Muzaroah (45) ini menyatakan rezeki yang telah dilimpahkan kepadanya harus disyukuri.

“Rezeki soko pengeran perlu disyukuri mas. Nyatane yo cukup kanggo kebutuhan keluarga. Pejabat seng korupsi milyaran ae ora pernah cukup duite. Makane aku syukur marang kabeh paringane gusti Allah, mas,” imbuhnya. (qim)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar