![]() |
Gus Rozin saat memberikan sambutan dalam pembukaan pekan madaris yang berlangsung di komplek Yayasan Walisongo Pecangaan, Sabtu (11/10/2025). |
Jepara, soearamoeria.com - Badai-badai yang menimpa pesantren belakangan ini marak terjadi. Misal yang baru saja ambruknya musala pesantren Al Khoziny Sidoarjo, sejumlah kekerasan yang terjadi dan lain secara otomatis menampar pengelola pesantren di Indonesia.
Pernyataan itu disampaikan Ketua PWNU Jateng KH Abdul Ghaffar Rozin saat menyampaikan sambutan dalam pembukaan Pekan Madaris yang berlangsung di Yayasan Walisongo Pecangaan Jepara, Sabtu (11/10/2025).
Di hadapan peserta pekan madaris, badai-badai tersebut perlu dijawab dengan prestasi.
"Kita perlu merancang agenda Madin, prestasi-prestasi Madin harus kita glorifikasi, kita ekspos dan yakinkan kepada publik bahwa madin merupakan benteng akhlakul karimah," tandas Rektor Institut Pesantren Mathali'ul Falah (Ipmafa) ini.
Ia mencontohkan, santri Al Khoziny yang kakinya diamputasi masih tersenyum, dan tetap menunaikan ibadah. "Hal itu menunjukkan kejadian tersebut belum tentu terjadi di luar pesantren," jelasnya.
"Meski pesantren roboh, tetapi akhlakul karimah tidak ikut ambruk," tambah kiai muda Pati inisiator gerakan ayo mondok ini.
Ditambahkan Gus Rozin, pekan madaris merupakan semangat RMI NU Jateng mengembangkan madin dan ponpes dengan serius. "Kita patut berbangga prestasi Jawa Tengah di dalam ajang MQKN merupakan kemenangan kita," lanjutnya.
Di akhir sambutan, Gus Rozin mengajak peserta berlomba dengan gembira, menang kalah dengan gembira, dan yang terpenting makan enak.
Wakil Gubernur Jawa Tengah, KH Taj Yasin Maiomen secara resmi membuka pekan madaris yang diikuti 22 kafilah se-Jawa Tengah ini. (ah)