Ilustrasi : Steve Halama on Unsplash.
MERAYAKAN CINTA SENANDUNG KEBAJIKAN
di tengah deru waktu yang mencekik leher bumi
bersuluhlah cinta sedang merayu kehidupan
selaras cerita nasihat Mamak
menyapa serupa bisikan lembut
entah kapan persisnya
suara Mamak ada di mana-mana
'cinta bukan sekadar kasih sayang,
namun menelisik lebih dalam
menghidupkan jiwa'
pun ketika dunia meretak
lewat cinta ada hati tersenyum
begitu pula kala beban menggelayut
lewat cinta ada doa tersirat
semua menyatu temukan maqamat
bermula dari cerita nasehat Mamak
aku jajaki senandung kebajikan
memeluk cinta tak pernah penat
bukan sekedar mengingat,
tapi menjaga bara agar tak menyerah
menemukan lentera makna
ketahuilah cinta meramunya
membisikkan 'percayalah, kau mampu melangkah'
-2025
-----
HARU BIRU : CINTA
kata kita sama
serumpun terdalam seirama
namun, berbeda makna
sisi timur dengan jahriah
sisi barat dengan sirriyah
walau berbeda,
kata itu tetap tereja
CINTA
-2025
------
POHON, JIWA - JIWA KEHIDUPAN
suatu hari nanti, saat kau kembali
menjadi sebentuk pohon
lalu bercengkerama bersama burung
membahagiakan setiap hari
lalu, dengan perasaan senang
daunmu tetap menari
rantingmu selalu kuat
akarmu penuh kesederhanaan
merangkum kisah bersama angin
berjanjilah terus bertumbuh
dengan ragam cerita istimewa
….dan percayalah suatu hari
ada pelukan untukmu
meski kau telah jauh mengakar
-2025
-----
MISTIKUS KERINDUAN POHON
lalu berganti hari,
kau pun masih menyimpan rahasia alam
berkelimpahan pertemuan antara
kerinduan Sang Pencipta
sampaikan dengan indah....
kerinduan yang tak pernah hilang
serindu ini kau dekap
......datang dan katakan
pada-Nya di sana, di sana !
-2025
-------
DAN AKU TETAP MENULIS SYAIR
aku menulis syair
bukan karena mencintai syair
tapi rintihan kebenaranlah membawaku
lewat syair hamba mengucapkan keyakinan
menggiring titah kebenaran
meluluhlantakkan ketidakadilan
dan aku pun di dalam batu kebijaksanaan
meski kadang terperangkap, menganga tak berkutik
dan syair melabuhkanku
dipapas sinar sunyi senyap
perlahan menerangi keikhlasan
dan dihadang ketulusan
.....menghampar sejauh melempar syair
begitu adanya !
pada sudut berbeda.....menyatu dan tinggal,
terjaga di penghujung sebuah titik
riuh oleh waktu yang menyatu
atau lekuk sesal yang tertinggal
.....dan aku tetap menulis syair
-2021
__SULTAN MUSA, berasal dari Samarinda - Kalimantan Timur. Tulisannya tersiar diberbagai platform media online & media cetak Nasional maupun Internasional. Karya - karyanya masuk dalam beberapa Antologi bersama penyair Nasional & Internasional. Buku tunggalnya bertajuk “Titik Koma” nomine buku puisi unggulan Penghargaan Sastra 2021 Kantor Bahasa Provinsi Kalimantan Timur. Dan puisinya terpilih juga pada event "Challenge Heart and Art for Change" Collegno Fòl Fest Turin - ITALIA (2024). Tercatat pula dibuku “Apa & Siapa Penyair Indonesia – Yayasan Hari Puisi Indonesia” Jakarta 2017. Adapun Instagram : @sultanmusa97