![]() |
Ilustrasi : petapakhusyu.blogspot.com |
Kamu Akan Abadi
Kamu
akan abadi
Di
mana?
Di cerita yang aku
tulis
Bagaimana kamu menceritakan aku?
Dengan kebaikan
yang kamu berikan
Lalu buruknya?
Biar
aku yang menyimpannya
Kenapa
begitu?
Biar dunia tahu
baiknya kamu, jeleknya biar aku sendiri yang tahu
Kalau kamu kecewa
bagaimana?
Itu tentang aku,
bukan kamu
Lalu kamu
bagaimana?
Aku sendiri
Kenapa kita tidak
bersama?
Karena tidak ada tempat untuk berdua
Tapi
dalam cerita, kamu Tuhannya
Aku tidak akan
menyatukan dua insan yang tidak saling mencinta
Kenapa kamu mengatakannya?
Karena tanpa kamu
beri tahu, aku tahu isi hati pemeran utamanya
Apa
tidak bisa hatinya diisi denganmu?
Tidak, karena si
empunya tidak menginginkannya
Apa
tidak ada jalan lainnya?
Tidak, karena si
empunya menutup jalannya
Bagaimana
kalau si empunya ingin bersama?
Berarti aku bukan
Tuhan sebagai pembuatnya
Sorak-sorai
hati saat bertemu denganmu itu nyata
Kita
berdialog tanpa kata
Hanya
lewat kilatan mata
Tapi
apa kau tahu maksudnya?
Kita
saling menatap
Tapi tidak ada
kata yang terucap
Hanya kenal dan
menatap
Tersenyum sedikit tanpa
menetap
Apa
kamu tahu artinya?
Aku
hanya terdiam tanpa kata
Mengenalmu
dalam bayang-bayang semata
Kau
bisa mengenalku jika kau mau
Hanya kau tak
ingin itu
Kau tidak bisa
membuktikannya
Biar aku di sini
Kau
tidak di sini
Hanya
bayang-bayangmu yang menemani
Aku
yang tetap di sini
Sedangkan
kau?
Kau
lari, aku tidak bisa lari
Aku
di sini, kau tinggal lari
Jika tidak bisa
lari, mendekatlah dengan hati-hati
Aku tunggu
Sampai nanti ke
tempat kau tuju
Kenapa
aku? Aku tak bisa lari
Kenapa
bukan kau?
Karena
kau yang ingin lari
Aku di sini
Aku
berhenti
Kita
tidak sama
Tidak
ada yang akan berjalan bersama
Padahal
aku di sini, apa susahnya?
Kau di
situ … tapi hatimu tidak untukku
Kau di
situ … tapi … tidak ada aku
Aku di
sini … kau yang lari
Aku
… tidak … lari
Benar,
tapi aku kehilangan dirimu
Kau
pergi tanpaku …
Aku punya sepasang
sayap
Cantik dan tidak mudah
didapat
Aku ingin satu sayap
Aku punya sepasang
sayap
Yang indah dan
tidak bisa didapat
Aku
ingin satu sayap
Aku punya sepasang
sayap
Yang memukau dan
menyilaukan saat ditatap
Hanya bisa
digunakan setelah didapat
Aku
ingin satu sayap
Aku punya sepasang
sayap
Kau menginginkan
satu sayap
Dengan sangat kuat
Berikan
padaku!
Ku
jaga satu sayapnya untukmu!
Aku punya sepasang
sayap
Kuberi padamu
tanpa berdebat
Aku
ingin satu sayap!
Aku punya sepasang
sayap
Semuanya kau dapat
Aku
sudah siap!
Dan … aku tak
punya lagi sayap
***
Dialog Tentang Kita
Aku menyukaimu
dengan sepenuh hatiku
Aku
juga menyukaimu dengan sepenuh hatiku
Aku ingin selalu
bersamamu
Aku
lebih-lebih ingin bersamamu
Mari
kita hidup bahagia bersama
Benarkah? Kau
terbuka akhirnya?
Tentu,
apa kau tidak percaya?
Semua yang kukatakan tulus
Harus kau lihat
Aku bahagia bersamamu
Ya tentu, bahagia
ini harus abadi
Kita harus abadi
Tentu
…
Dan
kau akhirnya menepukku dengan tisu
Setetes
hujan bahkan perlu menjadi saksi bisu
Dialog
semu dalam bayanganku
Sampai di
Persimpangan
Jalan
buntu akhirnya kutemui
Empat
musim telah kulewati
Berbagai
samudra berhasil kulalui
Nyatanya
aku berakhir di sini
Tidak
ada sosok yang bisa kudapati
Kau menghilang
dan tidak bisa kutemui
Akhir
yang begitu sempurna
Kau tak
perlu belama-lama terlena
Cukup
aku yang harus melupa
Di
persimpangan jalan ini semua terbuka
Kau …
bukan untukku bahagia
Kamu!
Hilang …
Tenggelam …
Tak perlu kembali
pulang …
__Sherly Gratia Widyasari, mahasiswi Fakultas Ilmu Budaya prodi Sastra Indonesia Universitas Diponegoro Semarang. (06)