Muslim Aisha, Ketua KPUD |
Jepara, soearamoeria.com-Muslim Aisha, alumnus tahun 1993 menyatakan MA
Walisongo tempat dirinya menempa ilmu diibaratkan laiknya sekolah yang
mengedepankan tradisi santri. Siswa mendapatkan mata pelajaran (mapel) umum dan
agama juga ditambah mapel tadris kutubul ulama (TKU). Apalagi waktu itu
tidak semua madrasah menambahkan mapel takhassus tersebut.
Menurut Muslim, ketua Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD)
Jepara tradisi santri lain yang mencolok adalah diwajibkan siswa laki-laki
mengenakan peci, ibadah shalat dluha, shalat jamaah dan masih banyak lagi.
Hal itu menjadi faktor lelaki kelahiran Jepara 21 Februari
1974 memilih Walisongo tempat ia menimpa pendidikan menengah pertama dan atas. “Walisongo
bagi saya adalah tempat penggodokan pendidikan karakter dan akhlakul
karimah,” jelas suami Ustianah (37).
Karenanya tidak salah jika dalam salah satu kegiatan classmeeting
ia pernah memperoleh juara pertama lomba praktik shalat dan memperoleh hadiah sajadah.
Semasa di Walisongo Muslim sangat terkesan dengan sosok KH
Mahfudz Asymawi. Teladan yang masih ia lakukan hingga kini ialah spirit
keikhlasan. “Artinya berbuat kebaikan yang sama sekali tidak mengharapkan balasan
apapun,” terang mantan pemimpin redaksi Mading Gelora Walisongo.
Dengan keikhlasan sambungnya akan memperoleh ganjaran luar
biasa. “Sebisa mungkin saya melaksanakan apa yang menjadi petuah kyai Mahfudz. Alhamdulillah,
hal itu saya masih lakukan,” imbuhnya.
Lelaki 3 anak ini menambahkan disisi lain kyai juga
mengajarkan pentingnya kedisiplinan. Kyai Mahfudz ingatnya tidak pernah
membiarkan jam kosong sia-sia. Kyai meminta menggunakan jam kosong untuk belajar
sendiri. Petuah lain, lanjutnya perihal teguh dalam berprinsip. Yakni agar
siswa tetap berpedoman ala ahlus sunnah waljamaah. (qim)