Stigma dan Fakta Mengejutkan tentang Guru BK - Soeara Moeria

Breaking

Selasa, 04 Juni 2024

Stigma dan Fakta Mengejutkan tentang Guru BK

Guru BK dicintai apa dibenci murid? (kompasiana.com)


Ketika pertama kali mendengar kata guru BK, sering kali masyarakat dan peserta didik memberikan persepsi negatif tentang BK hanya menangani orang yang bermasalah, polisi sekolah dan seringkali memberikan hukuman kepada siswa. Ruangan BK hanya digunakan untuk menangani anak nakal dan bandel. Bahkan, ada yang menganggap kalau dipanggil masuk ke BK berarti sedang bermasalah.


Stigma negatif terus berlanjut sampai sekarang. Katanya, guru BK itu galak dan cenderung suka memarahi. Ada guru BK yang tidak menempuh pendidikan bimbingan dan konseling sehingga terjun ke lapangan tidak tahu mengenai ilmu layanan konseling, bagaimana cara menghadapi konseli dan cara mengatasi hambatan-hambatan ketika proses konseling. 


Stigma negatif memang tidak sepenuhnya bisa diubah. Namun, dengan berusaha menjadi seorang guru yang baik, bersikap ramah dan sopan, memberikan informasi tentang pelayanan akan membantu setidaknya di lingkungan sekolah peserta didik, guru, kepala sekolah, dan tenaga pendidik bisa mulai bisa mulai terbuka dengan BK.


Guru BK yang semula dipandang negatif akan berubah menjadi lebih baik. BK yang menjadi teman bagi siswa, BK itu Bisa Menciptakan Kegembiraan. Bukan lagi tentang masalah semata. Perkembangan zaman telah mengubah BK yang dulunya fokusnya dengan problem kini menjadi development atau jika diartikan menjadi BK yang fokus untuk mengembangkan potensi secara optimal. 


BK bukan lagi sekedar tempat untuk membantu individu untuk membuat keputusan yang tepat ketika dirundung masalah tetapi, bisa membantu untuk memberikan layanan tentang karir yang sesuai dengan minat, bakat, potensi dan kemampuan yang dimiliki.


Perlahan-lahan dengan memberikan informasi lewat poster ataupun sosialisasi BK akan dikenal sebagai penolong bukan polisi sekolah lagi. Setelah mengetahui stigma tentang guru BK, selanjutnya ada 4 fakta tentang BK yang menarik untuk disimak.


 1.  Bimbingan dan Konseling

BK adalah kepanjangan bimbingan dan konseling yang mulanya bimbingan dan penyuluhan (BP). Alasan BP berubah nama menjadi BK adalah karena kosa kata penyuluhan dipakai dalam dunia pertanian. Maka dari itu, para pakar psikologi terapan ini mengubahnya menjadi konseling yang berarti membantu.  Bimbingan dan Konseling berfokus untuk membantu individu menjadi pribadi yang utuh, mampu untuk mengembangkan potensi secara optimal, aktualisasi diri, membuat keputusan yang tepat dan mandiri


2. Konseling Dilakukan Orang Profesional

Konseling tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang. Konseling membutuhkan keterampilan, perlu skill khusus dan memerlukan waktu. Proses konseling bukan sekadar diskusi tanpa alasan, tetapi dialog yang mendalam tentang pengalaman konseli, harapan konseli, apa saja hal yang menggangu dalam hubungan terapeutik yang berlandaskan kepercayaan, kejujuran dan penerimaan tanpa syarat. 


 3.  Konseling Bukan Resep Obat 

Konseling menjadi proses mental yang terjadi di antara konselor dan konseli ketika di sekolah. Dengan guru BK yang menjadi konselor. Konseling bukan resep obat yang bisa langsung sembuh dengan meminumnya. Namun, konseling adalah proses untuk mengambil keputusan yang tepat dengan adanya penerimaan, empati dan kejujuran. Guru BK disini bersifat untuk membantu dan mengarahkan agar konseli bisa menyelesaikan masalahnya sesuai kemampuannya bukan semua solusi akan dipasrahkan kepada konselor.  Semua keputusan yang akan diambil ada di tangan konseli.


 4. Beban Kerja BK

Berdasarkan Permendikbud 111 Tahun 2014 seorang Guru BK memiliki beban kerja sebanyak 150-160 peserta didik dengan jam mengajar selama 24 jam. Jam kerja yang panjang menuntut guru BK untuk mampu memberikan pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan siswa.  Bahkan, ada juga yang dalam satu sekolah hanya ada satu guru BK yang menangani. Betapa penatnya menjadi guru BK yang harus menangani banyak siswa. (Zulfa Wafirotul Khusna/18)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar