KH Hasyim Asy'ari. (Foto: NU Online)
Oleh : Luthfi Ghozali
Suatu hari ada dua orang santri Tebuireng 'ditimbali' Kiai Hasyim Asy'ari. Satu santri dari Kediri, dan satunya lagi bernama Majid dari Mojowarno Jombang. Setelah menghadap Kiai Hasyim Asy'ari santri tersebut didawuhi:
"Aturno suratku iki gawe abahmu, Kyai Abdullah Sajad, tapi lek awakmu arep ngeterno suratku iki, awakmu kudu dikancani Majid, salamku nang abahmu". (Kasihkan suratku ini untuk Abahmu, tapi kalau kamu mau mengantarkan suratku ini, kamu harus ditemani Majid, salam saya buat abahmu)
"Nderekaken dawuh Yai," jawab Santri asal Kediri itu lalu menyucup tangan Hadhrotussyeikh dan undur diri.
Setelah menghadap Kiai Hasyim itu, keduanya akhirnya menuju ke Kediri untuk menyampaikan surat dari Kiai Hasyim kepada Kiai Abdullah Sajad.
Setelah sampai di Kediri, keduanya langsung memberikan surat dari Kiai Hasyim kepada Kyai Abdullah Sajad, abahnya santri yang dari Kediri itu. Dibukalah surat itu oleh Kiai Abdullah Sajad dan dibacanya. Ternyata surat dari Kiai Hasyim adalah surat lamaran untuk putrinya, dan santri yang diajukan untuk dijodohkan kepada putrinya adalah Majid, santri asal Jombang yang saat itu menghadap dengan putranya.
Akhirnya surat lamaran Kiai Hasyim untuk Kyiai Abdullah Sajad dikabulkan. Dinikahkanlah putri Kiai Abdullah Sajad yang bernama Fatonah dengan Majid santri dari Mojowarno Jombang itu.
Setelah Majid dan Fatonah menikah, kelak mereka dikaruniai empat orang anak, salah satunya ketika dewasanya menjadi tokoh besar yang memiliki kemanfaatan yang sangat luas, baik bagi negaranya, bangsanya, terutama agamanya.
Ya, anak dari Majid santri Kiai Hasyim Asy'ari dan Fatonah putri dari Kiai Abdullah Sajad Kediri itu diberi nama Nurcholish Madjid. Cendekiawan Indonesia, Sang Begawan yang pernah akan mencalonkan menjadi Presiden, dan masinis gerbong pembaruan pemikiran Islam di Indonesia.
Tidak heran kenapa kelak Cak Nurcholish Majid satu misi dengan Gus Dur, karena sejatinya mereka berdua sama-sama cucu Hadhrotussyekh Kiai Hasyim Asy'ari.
Kiai Haji Abdul Majid ayah Cak Nurcholish Majid meninggal pada Senin tanggal 14 Oktober 1996. Beliau dikebumikan di Makam Umum Islam Dusun Mojoanyar Desa Mojo Tengah Kecamatan Bareng Jombang.
Mudah-mudahan kita dikaruniai putra-putri yang sholih-sholihah sebab cinta kepada orang alim-ulama. Dan ternyata semua tokoh besar kita bisa dikatakan pasti tunggal guru.
Seng repot gak tau meguru, mekso dadi guru
Waman dzukirat asmauhum, waushulihim wafuruihim wadzurriyyatihim lahum al fatihah.
Buya Gitanagari
Sidoarjo, 18 Februari 2020
Tidak ada komentar:
Posting Komentar