Puisi-puisi Fikri Hailal I Inikah Reformasi - Soeara Moeria

Breaking

Jumat, 02 Februari 2024

Puisi-puisi Fikri Hailal I Inikah Reformasi

 

Reformasi. (Foto: Malaysia Today)

Inikah Reformasi?


Dua dekade lalu

Lautan tragedi begitu pilu

Harga diri dikebiri

Bukan pribumi jangan tanya lagi


Mata sipit harus dibabat

Entah setan apa yang jadi sekat

Aku atau kau yang jadi pribumi asli

Jangan sombong, ini hanya sosialisasi


Katanya hak asasi

Ternyata didiskriminasi

Katanya ukhuwah

Ternyata berujung furu’iyyah


Maaf, ini reformasi

Bohong, ini hanya orasi pribadi

Tindakan otoriter, kau bilang egaliter

Moral iffah kau obral jadi teter


Aku baik kau nista

Aku teratur kau buat petaka

Aku meresah kau anggap irama

Aku berpancasila malah kau noda


Kawan, katanya kau tak senekat itu

Ternyata, kau nikmati itu

Reformasi, reformasi, reformasi!

Kau proklamasikan ditelingamu sendiri


Kau ini terhormat atau aku ini yang bejat

Kau ini bermartabat atau aku ini yang terlaknat

Ayolah, reformasi tidak hanya di balik kolor

Orasi menjadi molor, realisasi sederma daun kelor


Kawan, reformasi tentang perbaikan diri

Mengayomi hak asasi bukan menjustifikasi

Reformasi, reformasi, reformasi!

Inilah reformasi berkesatuan Indonesia diatas hak asasi


Selasa, 28 Februari 2017

(Serat Mas Karebet)


***

Rinduku Kelabu


Rindu

Senyum tawamu masih sekadar saja

Sebagai pelengkap sandiwara cerita

Tutur ramah rapi mengundang bayangmu

Namun tak henti-henti kau suguhkan prilaku ragu


Rindu

Bagaikan lautan tak bertepi

Bagai mawar yang berselimut duri 

Dirimu suguhkan hati

Tapi mengapa, dirimu dayung perahu sendiri


Rindu

Dirimu teramat manis, manis dan begitu manis

Namun adaku terasa teriris-iris

Dirimu cemburuiku sepanjang waktu

Namun hatimu jadikanku pilu


Rindu

Dirimu kisahkan pilu

Namun tak kau ijinkan kubasuh nestapamu

Hujan reda mengingatkanku padamu

Yang menyembunyikan warna pelangimu


Rindu 

Terangnya dirimu dalam bayangku

Senyummu begitu buatku candu

Setiap malam terasa sepi

Setiap malam terbawa mimpi


Rindu

Setiap saat ku merana

Setiap waktu ku bertanya

Adakah dikau tahu

Rinduku begitu kelabu


Rindu

Dirimu kisahkan pilu sepanjang hujan

Dipenghujung reda, dirimu ucapkan perpisahan

Rindu, teramat rindu inginku selalu bersamamu

Namun na’asku, rinduku masih teramat kelabu


Jum’at, 22 Juni 2018

(Serat Mas Karebet)


***

Qadla’an


Tuhan, hamba adalah budak-Mu

Namun di kala terik menyingsing, qadlo’an baru kuhaturkan kepada-Mu

Tuhan, hamba begitu merasa hina

Dikau cukupi hamba, namun sering ku lalai dan melupa


Tuhan, jika kelak ajal hendak kunjung bersua

Mohon izin, jangan tinggalkan hamba dalam hina

Tuhan, bila esok hamba tak layak atas sesuatu dari kasih-Mu

Sesungguhnya, kasih-Mu begitu layak atas segala sesuatu 


Tuhan, jika nanti hamba sudah diujung pengabdian

Ijinkan hamba, menuntaskan dengan kontan

Tuhan, sebab anta Robbii wa ana abdika

Jadi, bagaimana hendakku meminta, Jika Engkaulah Dzat Maha segalanya


Tuhan, cintaku pada-Mu memang sering qadla’an

Namun, Engkau lah Dzat Yang paling Maha Loman

Tuhan, sayangku pada-Mu memang begitu serampangan dan tidak sadar diri

Namun, Engkau lah Dzat Yang Paling Maha pemberi Toleransi

   

Selasa, 18 Juni 2019

(Serat Mas Karebet)


***

Merayu Laila “Anggur dan Madu” 


Laila, jika tak karena Tuhanmu

Tak mungkin ku terjaga bersamamu

Laila, jika tak karena Tuhanmu

Tak mungkin ku menemuimu


Laila, jika tak karena Tuhanmu

Tak mungkin ku berani mencumbuimu

Laila, jika tak karena Tuhanmu

Tak mungkin semesta raya menungguimu


Laila, sadarlah. Datangnya kekasihku 

Jauh mulia ketimbang dirimu

Laila, jika tak karena Tuhanmu

Mungkin ku terlelap bersama fana hasratku


Ahad, 29 Ramadhan 1443 H/ 1 Mei 2022 M

(Serat Mas Karebet)


***

Kepergianmu


Kasih, terbanglah tanpa ada penyesalan di dalam hatimu

Jangan pernah temui diriku, bila menambah jemu dalam hatimu

Sepimu tak akan menjadi temu

Bila ada keterpaksaan dalam hatimu


Kasih, ketahuilah. Cinta bagaikan teologi samawi

Tiada paksaan, kecuali penerimaan sepenuh hati

Kasih, bila singgahku hanya menjadi candu

Lepaskanlah genggamanku, karena tiada keuntungan bagi dirimu


Kasih, terbanglah tinggi

Pergilah tanpa ada penyesalan dalam diri

Temukanlah bahagia yang abadi

Bahagia yang slalu merindumu saat dikau pergi atau kembali


Kasih, lihatlah diriku

Yang penuh kelusuhan dalam hati saat melihatmu

Kasih, mohon maaf bila diriku membuat gejolak dalam batinmu

Cukupkanlah rasamu tentangku, bila itu menambah lara dan duka dalam benakmu


Kasih, berjanjilah jangan pernah ada tetes air mata dihadapku maupun tiadaku

Diriku tak pantas menerima itu, kecuali Tuhanmu

Kasih, bila nanti tiada temu bahagia dalam nyatamu

Simpuhkanlah mahkotamu dihadapan Tuhanmu


Kasih, mohon maaf bila sering kau dapati mendung dalam hatimu

Tanpa ada pelangi yang membuat bahagiamu

Kasih, bila nanti dikau teringatku dalam duka. Pinta ijin, selipkan namaku dalam sujudmu

Kasih, ketahuilah. Cinta ini adalah Ilahi Rabbi anta maqshudi wa ridhaka mathlubii 


Sabtu, 00.28 WIB, 11 Juni 2022

(Serat Mas Karebet)


___Fikri Hailal, lahir di Fak-Fak, Irian Jaya, 05 November 1997. Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Pascasarjana, Interdisciplinary Islamic Studies, Psikologi Pendidikan Islam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar