Reformasi. (Foto: Malaysia Today)
Inikah Reformasi?
Dua dekade lalu
Lautan tragedi begitu pilu
Harga diri dikebiri
Bukan pribumi jangan tanya lagi
Mata sipit harus dibabat
Entah setan apa yang jadi sekat
Aku atau kau yang jadi pribumi asli
Jangan sombong, ini hanya sosialisasi
Katanya hak asasi
Ternyata didiskriminasi
Katanya ukhuwah
Ternyata berujung furu’iyyah
Maaf, ini reformasi
Bohong, ini hanya orasi pribadi
Tindakan otoriter, kau bilang egaliter
Moral iffah kau obral jadi teter
Aku baik kau nista
Aku teratur kau buat petaka
Aku meresah kau anggap irama
Aku berpancasila malah kau noda
Kawan, katanya kau tak senekat itu
Ternyata, kau nikmati itu
Reformasi, reformasi, reformasi!
Kau proklamasikan ditelingamu sendiri
Kau ini terhormat atau aku ini yang bejat
Kau ini bermartabat atau aku ini yang terlaknat
Ayolah, reformasi tidak hanya di balik kolor
Orasi menjadi molor, realisasi sederma daun kelor
Kawan, reformasi tentang perbaikan diri
Mengayomi hak asasi bukan menjustifikasi
Reformasi, reformasi, reformasi!
Inilah reformasi berkesatuan Indonesia diatas hak asasi
Selasa, 28 Februari 2017
(Serat Mas Karebet)
***
Rinduku Kelabu
Rindu
Senyum tawamu masih sekadar saja
Sebagai pelengkap sandiwara cerita
Tutur ramah rapi mengundang bayangmu
Namun tak henti-henti kau suguhkan prilaku ragu
Rindu
Bagaikan lautan tak bertepi
Bagai mawar yang berselimut duri
Dirimu suguhkan hati
Tapi mengapa, dirimu dayung perahu sendiri
Rindu
Dirimu teramat manis, manis dan begitu manis
Namun adaku terasa teriris-iris
Dirimu cemburuiku sepanjang waktu
Namun hatimu jadikanku pilu
Rindu
Dirimu kisahkan pilu
Namun tak kau ijinkan kubasuh nestapamu
Hujan reda mengingatkanku padamu
Yang menyembunyikan warna pelangimu
Rindu
Terangnya dirimu dalam bayangku
Senyummu begitu buatku candu
Setiap malam terasa sepi
Setiap malam terbawa mimpi
Rindu
Setiap saat ku merana
Setiap waktu ku bertanya
Adakah dikau tahu
Rinduku begitu kelabu
Rindu
Dirimu kisahkan pilu sepanjang hujan
Dipenghujung reda, dirimu ucapkan perpisahan
Rindu, teramat rindu inginku selalu bersamamu
Namun na’asku, rinduku masih teramat kelabu
Jum’at, 22 Juni 2018
(Serat Mas Karebet)
***
Qadla’an
Tuhan, hamba adalah budak-Mu
Namun di kala terik menyingsing, qadlo’an baru kuhaturkan kepada-Mu
Tuhan, hamba begitu merasa hina
Dikau cukupi hamba, namun sering ku lalai dan melupa
Tuhan, jika kelak ajal hendak kunjung bersua
Mohon izin, jangan tinggalkan hamba dalam hina
Tuhan, bila esok hamba tak layak atas sesuatu dari kasih-Mu
Sesungguhnya, kasih-Mu begitu layak atas segala sesuatu
Tuhan, jika nanti hamba sudah diujung pengabdian
Ijinkan hamba, menuntaskan dengan kontan
Tuhan, sebab anta Robbii wa ana abdika
Jadi, bagaimana hendakku meminta, Jika Engkaulah Dzat Maha segalanya
Tuhan, cintaku pada-Mu memang sering qadla’an
Namun, Engkau lah Dzat Yang paling Maha Loman
Tuhan, sayangku pada-Mu memang begitu serampangan dan tidak sadar diri
Namun, Engkau lah Dzat Yang Paling Maha pemberi Toleransi
Selasa, 18 Juni 2019
(Serat Mas Karebet)
***
Merayu Laila “Anggur dan Madu”
Laila, jika tak karena Tuhanmu
Tak mungkin ku terjaga bersamamu
Laila, jika tak karena Tuhanmu
Tak mungkin ku menemuimu
Laila, jika tak karena Tuhanmu
Tak mungkin ku berani mencumbuimu
Laila, jika tak karena Tuhanmu
Tak mungkin semesta raya menungguimu
Laila, sadarlah. Datangnya kekasihku
Jauh mulia ketimbang dirimu
Laila, jika tak karena Tuhanmu
Mungkin ku terlelap bersama fana hasratku
Ahad, 29 Ramadhan 1443 H/ 1 Mei 2022 M
(Serat Mas Karebet)
***
Kepergianmu
Kasih, terbanglah tanpa ada penyesalan di dalam hatimu
Jangan pernah temui diriku, bila menambah jemu dalam hatimu
Sepimu tak akan menjadi temu
Bila ada keterpaksaan dalam hatimu
Kasih, ketahuilah. Cinta bagaikan teologi samawi
Tiada paksaan, kecuali penerimaan sepenuh hati
Kasih, bila singgahku hanya menjadi candu
Lepaskanlah genggamanku, karena tiada keuntungan bagi dirimu
Kasih, terbanglah tinggi
Pergilah tanpa ada penyesalan dalam diri
Temukanlah bahagia yang abadi
Bahagia yang slalu merindumu saat dikau pergi atau kembali
Kasih, lihatlah diriku
Yang penuh kelusuhan dalam hati saat melihatmu
Kasih, mohon maaf bila diriku membuat gejolak dalam batinmu
Cukupkanlah rasamu tentangku, bila itu menambah lara dan duka dalam benakmu
Kasih, berjanjilah jangan pernah ada tetes air mata dihadapku maupun tiadaku
Diriku tak pantas menerima itu, kecuali Tuhanmu
Kasih, bila nanti tiada temu bahagia dalam nyatamu
Simpuhkanlah mahkotamu dihadapan Tuhanmu
Kasih, mohon maaf bila sering kau dapati mendung dalam hatimu
Tanpa ada pelangi yang membuat bahagiamu
Kasih, bila nanti dikau teringatku dalam duka. Pinta ijin, selipkan namaku dalam sujudmu
Kasih, ketahuilah. Cinta ini adalah Ilahi Rabbi anta maqshudi wa ridhaka mathlubii
Sabtu, 00.28 WIB, 11 Juni 2022
(Serat Mas Karebet)
___Fikri Hailal, lahir di Fak-Fak, Irian Jaya, 05 November 1997. Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Pascasarjana, Interdisciplinary Islamic Studies, Psikologi Pendidikan Islam.