Suka Duka Memiliki Dosen Pembimbing Senior - Soeara Moeria

Breaking

Minggu, 03 Desember 2023

Suka Duka Memiliki Dosen Pembimbing Senior

Dosen senior. (Foto: Pngtree)
Menjadi mahasiswa akhir merupakan fase yang cukup menguras energi, pikiran, dan duit. Benar adanya jika mahasiswa semester akhir seringkali mengalami gejala stress. Pasalnya selain kehidupannya yang udah dibikin ruwet sendiri, dosen pembimbing pun tak jarang menyita pikiran dan waktu mahasiswa semester akhir untuk tidur siang dan nongkrong bersama teman-teman.


Memang bukan hanya sebatas qil belaka. Benar adanya untuk melakukan sesuatu pasti akan mengorbankan atau mengesampingkan hal yang lain. Ini pun berlaku bagi mahasiswa semester akhir yang ingin keluar dari kampus dengan jalur yang benar. Lika-likunya berawal dari pengajuan judul dan penentuan dosen pembimbing. Kadang ada yang sesuai dengan pilihan mahasiswa kadang juga meleset jauh dari harapan. Semua itu harus diterima dengan lapang dada oleh mahasiswa agar tidak menjadi donator tetap kampus. 


Dari sekian banyak dosen, mendapatkan dosen senior sebagai dosen pembimbing senior merupakan previlage tersendiri bagi mahasiswa semester akhir. Namun, jangan senang dulu. Semua hal yang ada di dunia ini seperti koin, memiliki dua sisi. Sama halnya dengan dosen pembimbing seniot. Jika ada enaknya pasti ada juga ngga enaknya. Percaya deh. Tapi percaya sama Tuhan aja, deh. 


Ngga banyak revisi ketika seminar proposal. Setelah bimbingan berkali-kali pastinya acc buat seminar proposal, kan? Nah, ketika yang menguji proposal menanyakan dosbing, kok kamu menyebut nama dosbingmu yang senior itu, bisa dipastikan tidak terlalu banyak revisi. Apalagi kalo dosbingmu udah terkenal dengan spesialis ini dan itu. Bablas. Insha Allah seminarmu lancar jaya dan bisa prangas-prenges setelahnya.


Validasi jadi gampang. Setelah melewati proses ini dan itu, menyiapkan segala macem buat penelitian, revisi sana sini, dan tetek bengek lainnya, bagi yang kuantitatif seringkali membutuhkan validasi dari ahli, biasanya si dosen lain selain pembimbing yang pas dengan indikator penelitian. Singkat cerita, validasi pun dilakukan. Biasanya ketika menyerahkan berkas ke validator muncul pertanyaan, “Pembimbingmu siapa?” dan disebutlah dosen senior itu. Bisa dipastikan penilaian yang diberikan baik dan dimudahkan ketika meminta validasi.


Sulit ditemui. Namun, jangan kaget kalo dosbing senior itu sulit untuk ditemui. Jadwal padat, bro. Ke kampus ngga cuma ngajar, ada penelitian, seminar, dan pembina ukm, dan lain sebagainya sehingga memiliki jadwal padat dan tidak banyak nganggurnya. Alhasil mahasiswa bimbingannya harus sabar menunggu dosen itu memiliki waktu luang untuk bimbingan. Jika sudah menyempatkan waktu jangan disia-siakan. Belum tentu seminggu ke depan atau beberapa waktu ke depan bisa ditemui. Pokoknya yang sabar dan tetap setia menunggu waktu luang dosen sembari ngerjain tipis-tipis.


Disiplin. Yap! Bener banget. Kebanyakan si disiplin. Mengingat kegiatan yang tidak sedikit, disiplin adalah kuncinya. Jadi, sebisa mungkin datang lebih awal dari waktu yang dijanjikan. Pokoknya turuti aja maunya dosen itu. Daripada harus nunda di pertemuan berikutnya.


Ngga terlalu detail ketika bimbingan. Nah, di sini yang sering jadi keluhan mahasiswa. Kadang tidak terlalu detail dalam menjelaskan revisi dan langkah-langkah yang harus dilakukan. Sehingga mahasiswa menjadi bingung selepas bimbingan. Mana yang harus diganti dan mana yang harus ditambahi. Setelah ini terus apa, dan pertanyaan-pertanyaan lain yang muncul setelah bimbingan.


Harus paham dulu ketika mau bimbingan. Mengingat waktu yang dimiliki tidak banyak, mahasiswa harus paham dulu terkait penelitiannya. Lho, kok? Bukannya bimbingan itu dilakukan untuk mengetahui segala rupa penelitiannya? Bukan begitu maksudnya. Sebelum menghadap dosen, mahasiswa alangkah baiknya sudah menguasai penelitian yang akan dilakukan agar nantinya ketika dosen menanyakan suatu hal tidak kebingungan dan bisa menjawab. Entah nantinya harus ditambahi, dikurangi, atau direvisi lagi, yang penting mahasiswa tau dulu alur yang diinginkan. 


Perkara menurut dosen sudah benar atau perlu dibenahi lagi jadi perbincangannya nyambung dan ngga cuma iya-iya aja tapi ngga mudeng blas. Kalo ngga gitu nanti yang susah mahasiswanya. Kebingungan karena konsep yang dimiliki sama yang ditawarkan dosen ternyata berbeda. Nah, kan? Repot. 


Nah, gitu kira-kira kalo dapet dosbing senior. Selain disegani oleh dosen lain dan mahasiswanya kesawaban, ada juga hal yang harus dipertaruhkan. Kalo dosen pembimbingmu gimana? (Irna Maifatur Rohmah/07)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar