Memfasilitasi Anak Tidak Harus dengan Materi - Soeara Moeria

Breaking

Sabtu, 11 November 2023

Memfasilitasi Anak Tidak Harus dengan Materi

 

Seorang anak sedang menangis. (Foto: Ibupedia)
Oleh :  Irna Maifatur Rohmah, alumnus UIN Prof KH Saifuddin Zuhri Purwokerto


Fase anak-anak merupakan masa perkembangan yang pesat. Oleh karenanya orang tua harus mengetahui dan memahami apa yang dibutuhkan anak. Orang tua harus peka terhadap perilaku dan perubahan anak. Sebab anak belum bisa mengungkapkan apa yang sedang dirasakan. Anak juga harus diberikan ruang untuk mengeksplor dan memahami dirinya sendiri. Sebagai orang tua memfasilitasi perkembangan anak adalah tindakan yang tepat. Memfasilitasi di sini tidak hanya secara materi, namun juga kehadiran dan perhatian.


Saking perhatiannya, orang tua tidak menghendaki anaknya cedera sehingga melarangnya untuk mencoba hal-hal tertentu. Terkadang saking tidak bisa menahan emosi dengan tindakan anak, malah memarahi ketika anak terjatuh dan menyalahkan benda mati yang sama sekali tidak bersalah. Dengan seperti itu, anak menjadi tidak merasa bebas dan nyaman. Padahal fase anak-anak digunakan untuk mengeksplor apapun yang ada di sekitarnya. Dengan itu, orang tua sepantasnya memberikan rasa nyaman dan aman kepada anak. 


Pertama, memberikan kesempatan untuk menangis. Menangis merupakan luapan emosi seseorang. Sedih menangis, senang menangis, bahkan ada yang menangis tanpa sebab. Anak pun bisa merasakan emosi juga. Terkadang anak bersedih dan menangis. Sebagai orang tua tidak sepantasnya melarang anak untuk menangis. Namun lebih baik memvalidasi perasaannya ketika sudah sedikit tenang. Dengan itu, anak bisa memahami bahwa dia bisa merasakan banyak rasa dan itu baik-baik saja. 


Kedua, tidak menuntut anak untuk kuat. Ketika merasakan sakit, terjatuh, atau kalah, tidak sepantasnya orang tua menuntut anak untuk kuat. Namun menyadari bahwa mereka sedang tidak baik-baik saja dan butuh perlindungan dari orang tua entah itu usapan, pelukan atau sekadar memberinya tempat bersandar. Dunia tidak selamanya baik dan memihak kepada kita. Jadi, mengeluh dan merasa lemah itu tidak salah kok.


Ketiga, menawarkan bantuan terlebih dahulu. Menjadi orang tua mungkin menganggap anak harus baik-baik saja. Anak selalu dianggap tidak bisa melakukan apa-apa. Ketika ada hal yang tidak seharusnya atau kesulitan melakukan suatu hal, alangkah baiknya orang tua menawarkan bantuan dulu bukan langsung membantunya. Barangkali anak sedang berusaha dan memiliki cara tersendiri untuk mengatasi masalahnya. Orang tua tidak selalu harus terlibat dalam masalah anak. Berikan kesempatan anak untuk menyelesaikannya terlebih dahulu.


Keempat, memberi tawaran untuk mengobati yang sakit. Anak-anak tidak jarang terjatuh dan terluka. Sebagai orang tua pasti kadang merasa anak salah karena tidak mendengarkan nasihatnya. Atau menyalahkan hal atau benda mati yang menyebabkan anak terluka atau sakit. Namun hal itu bisa membuat anak menyalahkan orang lain ketika dewasa kelak. Dengan itu, alangkah baiknya orang tua menawarkan obat untuk mengobati luka pada anak. Meski anak tidak terkondisikan, orang tua harus tenang dan bisa mengendalikan emosinya. Sehingga anak menjadi tenang dan bisa mengambil sikap atas tindakannya. 


Sebagai orang tua, memfasilitasi anak sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Namun terlepas dari itu, anak juga memiliki perasaan dan membutuhkan dukungan dari orang tua. Maka sudah sepantasnya orang tua memfasilitasi anak secara psikis dengan memberikan rasa aman dan nyaman. Bukan dengan memarahi dan menyalahkan hal-hal yang ada di sekitar anak atau bahkan anak itu sendiri. Sebab hal itu akan terekam di memori anak dan menjadi pondasi perilaku dan kepribadiannya kelak. Sehingga menjadi orang yang memberi rasa aman dan nyaman pada anak juga sebuah ikhtiar untuk memberikan masa depan yang baik. (04)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar