Hambatan Siswa dalam Belajar - Soeara Moeria

Breaking

Jumat, 27 Oktober 2023

Hambatan Siswa dalam Belajar

Ketiduran saat belajar. (Foto: bing.com)

Belajar
adalah sebuah transfer ilmu untuk mencapai tujuan tertentu. Belajar merupakan sesuatu yang wajib dalam dunia pendidikan. Bukan hanya di pendidikan, Islam pun memerintahkan manusia untuk belajar sejak dalam kandungan sampai ke liang lahat kelak. Belajar wajib hukumnya bagi semua umat muslim, tanpa terkecuali. Namun proses belajar tidak mudah dan sering mengalami hambatan. Di sini, penulis akan menjelaskan hambatan bagi siswa dalam belajar.


Pertama, rintangan. Adanya rintangan membuat penghambat kegiatan belajar. Baik dari rintangan yang sepele bahkan rintangan yang berat. Contohnya, seorang anak akan belajar, tetapi tiba-tiba kipas angin mati, si anak beralasan panas, sumpek, dan lainnya sehingga tidak jadi belajar. Kasus lain, seorang anak diminta untuk menghapalkan suatu rumus atau pengertian dari istilah asing, baru juga membaca sekali namun sudah mengatakan susah, pusing, tidak bisa menghapalkan, dan serentetan alasan yang lain. 


Hal ini menyebabkan anak berhenti belajar. Begitu mudahnya mereka meninggalkan belajar gara-gara rintangan yang sepele. Dengan sikap yang seperti itu menginginkan pintar. Mimpimu terlalu tinggi, Nak. Belajar itu ibarat berjalan, banyak halangan dan rintangan yang menanti. Maka jangan berhenti hanya karena banyak rintangan yang menghampiri.


Tujuan belajar adalah agar menjadi pintar. Maka berjuanglah dengan belajar dan belajar. Jangan sedikit-sedikit berhenti karena rintangan. Allah sudah membekali kita dengan akal. Maka gunakanlah akal untuk menghadapi rintangan itu. Terus berjalan meskipun ada rintangan yang menghadang. Hadapi dan cari jalan keluarnya.


Kedua yaitu takut. Takut bertanya materi yang belum paham. Takut berpendapat, menganggah, dan memberi usulan. Takut salah saat menjawab. Takut mencoba memulai. Takut ditunjuk memimpin. Takut sama guru. Dan ketakutan lain yang masih sering ditemukan pada diri anak. Jika seperti itu lalu mau apa?


Bukankan waktu kecil tidak takut saat belajar berjalan. Terjatuh berkali-kali tapi tidak takut untuk mencoba lagi. Dulu pernah seberani itu tapi kenapa sekarang menjadi penakut. Allah mengirim guru untuk mendidik dan mengajar kita, lalu apa yang perlu ditakutkan? Jika tidak paham, tanyakan tak perlu takut. Gunakan fasilitas yang disediakan semaksimal mungkin.


Ketiga, pertimbangan yang terlalu banyak. Pertimbangan memang perlu tapi tidak jika itu terlalu banyak. Misalnya, pagi hari hujan turun, bingung antara tetap berangkat atau bolos. Hati dan pikiran bertengkar sehingga memutuskan bolos karena biasanya kalau hujan banyak jam kosong dan guru telat. Jika seperti itu kapan akan pintar. Pertimbangan yang terlalu banyak membuat kita malas. 


Pikirkan apa tujuan utama sekolah, agar pintar bukan? Fokuslah pada tujuan itu, jangan malas apapun hambatan dan rintangan yang menghadang. Ingat orang tua yang tidak pernah menyerah mencari biaya agar kita bisa berangkat ke sekolah dan fokus belajar. Apakah masih tega untuk mengkhianati mereka.


Keempat, menunda-nunda. Dari tiga sebelumnya menyebabkan kita menunda-nunda. Besok lagi, sekarang main dulu. Padahal sudah ada niatan belajar tapi gara-gara chat teman jadi menunda belajar. Rugi. Selagi memiliki niatan belajar, jangan menunda menunggu nanti atau besok. Belum tentu nanti atau besok masih memiliki niat dan semangat yang sama. Menunda adalah salah satu cara membuang momentum. Barangkali saat kita menungga Allah sedang membuka hati dan pikiran kita agar ilmunya mudah masuk tapi kita meninggalkan itu. Sangatlah rugi. Maka, jangan suka menunda.


Itulah beberapa hambatan yang dialami pelajar dalam belajar. Rintangan, rasa takut, terlalu banyak pertimbangan, dan menunda itu penghambat untuk kita berproses agar pandai. Allah sangat menganjurkan kita untuk belajar, namun juga memberi kita nafsu untuk menghalangi kita dalam belajar. Kuncinya yaitu mengendalikan nafsu yang kita miliki, bukan dikendalikan oleh nafsu. (Irna Maifatur Rohmah/02)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar