Budidaya Tanaman Transgenik Perspektif Bioetika - Soeara Moeria

Breaking

Senin, 06 Juni 2022

Budidaya Tanaman Transgenik Perspektif Bioetika

Tanaman transgenik. (Foto: pertanianku.com)

Oleh: Muhammad Rasyid Nur K, mahasiswa pendidikan Biologi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta


Budidaya tanaman transgenik menjadi tren di semua kalangan masyarakat akhir-akhir ini mulai dari budidaya tanaman hias maupun tanaman pangan. Tanaman transgenik adalah tanaman hasil rekayasa gen yang dibuat dengan cara disisipi satu atau sejumlah gen dari organisme lain, dengan tujuan untuk diperoleh sifat baru  yang unggul dan  diinginkan, misalnya resisten terhadap cekaman kekeringan, resisten terhadap hama, resisten terhadap herbisida. 


Produk teknologi DNA dikenal dengan Produk Rekayasa genetika (PRG), sebagai contoh adalah kedelai transgenik. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis potensi budidaya tanaman transgenik di Indonesia. 


Tanaman Transgenik 

Tanaman Trangenik terdiri dari kata trans yang berarti pindah dan gen yang berarti pembawa sifat. Jadi transgenik adalah memindahkan gen dari satu makhluk hidup ke makhluk hidup lainnya, baik dari satu tanaman ketanaman lainnya, atau dari gen hewan ke tanaman. 


Transgenik secara definisi adalah the use of gene manipulation to permanently modify the cell or germ cells of organism (penggunaan manipulasi gen untuk mengadakan perubahan yang tetap pada sel makhluk hidup). Rekayasa Genetika (RG), merupakan salah satu teknologi baru dalam bidang biologi. Salah satu produk RG yang dikenal saat ini adalah tanaman transgenik. Tanaman ini dihasilkan dengan cara mengintroduksi gen tertentu ke dalam tubuh tanaman sehingga diperoleh sifat yang diinginkan. Jenis-jenis tanaman transgenik yang telah dikenal 28 diantaranya tanaman tahan hama, toleran herbisida, tahan antibiotik, tanaman dengan kualitas nutrisi lebih baik,serta dengan produktivitas lebih tinggi. 


Untuk membuat suatu tanaman transgenik, pertama-tama dilakukan identifikasi atau pencarian gen yang akan menghasilkan sifat tertentu (sifat yang diinginkan). Gen yang diinginkan dapat diambil dari tanaman lain, hewan, dan bakteri. Setelah gen yang diinginkan didapat maka dilakukan perbanyakan gen yang disebut dengan istilah kloning gen. Pada tahapan kloning gen, DNA asing akan dimasukkan ke dalam vektor kloning (agen pembawa DNA), contohnya plasmid (DNA yang digunakan untuk transfer gen).


Perspektif Bioetika

Bioetika pada dasarnya membahas etika atau moral yang mencakup segala sesuatu yang berkaitan dengan kehidupan. Pada awalnya bioetika dikemukakan oleh V.P. Potter dan merupakan ilmu yang digunakan untuk mempertahankan hidup dalam mengatasi kepunahan lingkungan dan mengatasi kepunahan manusia. Namun dalam perkembangannya, bioetika cenderung mengarah pada penanganan isu atau nilai etika yang timbul karena perkembangan iptek dan biomedis. 


Tanaman transgenik merupakan salah satu produk bioteknologi. Secara aksiologis, bioteknologi adalah teknik yang mengubah suatu bahan mentah melalui proses transformasi biologi untuk menghasilkan barang dan jasa yang bermanfaat demi kelangsungan hidup manusia sepanjang hayatnya dengan tujuan akhir agar manusia dapat survive. 


Dengan adanya bioteknologi, juga memudahkan manusia dalam mengolah pertanian, dengan lahan yang sempit, ternyata tanaman yang dihasilkan lebih banyak dan berkualitas dari segi ukuran, rasa, mutu, serta tahan hama penyakit. Sedangkan di bidang kesehatan, sudah jelas dapat mengatasi penyakit dengan melakukan pengubahan terhadap susunan gen-gen yang termutasi. Produksi hormon insulin untuk pengidap diabetes mellitus juga adanya pra-Implantasi Genetik Diagnosis yang memungkinkan stem cells memproduksi sel-sel yang diacu karena kekurangan. 


Dengan kecerdasan, maka manusia dapat mencari dan mengembangkan ilmu, termasuk bioteknologi dan rekayasa genetika tanaman setinggi-tingginya demi kesejahteraan manusia sendiri. Hal ini sesuai fitrah bahwa semua yang ada dalam diri adalah pemberianNya, maka ilmu pengetahuan pun akan dapat sejalan dengan etika dan moral. 


Namun setinggi apapun keilmuan kita, dan keinginan untuk mengembangkan ilmu, masih ada tanggung jawab moral kita yang harus diemban terhadap umat manusia dan lingkungan (alam). Seperti telah dikemukakan di atas, masih banyak pro dan kontra yang berkaitan dengan penggunaan tanaman transgenik yang berkaitan dengan bidang kesehatan, lingkungan, ekonomi, budaya dan politik. 


Hal tersebut hendaknya menjadikan ilmuwan menjadi arif dalam menyikapi penggunaan tanaman transgenik ini. Penggunaan tanaman transgenik yang menyebabkan penyakit pada diri manusia, hendaknya dihentikan, meskipun berkaitan dengan penelitian dan kemajuan ilmu bioteknologi, hal tersebut merupakan tantangan. 


Selain bertanggungjawab terhadap kesehatannya, manusia juga masih memilki tanggung jawab yang besar terhadap alam. Karena manusia hidup dari hubungan saling bergantung dengan alam. Apabila alam punah, apabila plasma nutfah yang ada di alam lenyap, maka bisa dipastikan manusia juga akan lenyap. Penggunaan dan distribusi besar-besaran tanaman transgenik tanpa meneliti resikonya terhadap alam secara mendetail menyebabkan manusia menjadi tidak beretika terhadap alam. 


Industrialisasi tanaman transgenik yang tergesa-gesa, karena ingin mencapai kesejahteraan, sehingga mengesampingkan semua pertimbangan di atas juga tidak beretika. Karena efek domino yang ditimbulkan dalam jangka panjanglah yang harus dikaji dan diputuskan bagaimana penggunaannya. 


Secara ontologi tanaman transgenik adalah suatu produk rekayasa genetika melalui transformasi gen dari makhluk hidup lain ke dalam tanaman yang tujuannya untuk menghasilkan tanaman baru yang memiliki sifat unggul yang lebih baik dari tanaman sebelumnya. 


Secara epistemologi, proses pembuatan tanaman transgenik sebelum dilepas ke masyarakat telah melalui hasil penelitian yang panjang, studi kelayakan dan uji lapangan dengan pengawasan yang ketat, termasuk melalui analisis dampak lingkungan untuk jangka pendek dan jangka panjang. 


Secara aksiologi: berdasarkan pendapat kelompok masyarakat yang pro dan kontra tanaman transgenik memiliki manfaat untuk memenuhi kebutuhan pangan penduduk, tetapi manfaat tersebut belum teruji, apakah lebih besar manfaatnya atau kerugiannya,. secara filsafat masalah ini perlu dikaji lebih lanjut. (*)


Referensi : 

Sugianto. 2017. “Kajian Bioetika Tanaman Transgenik”. Mangivera Edu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar