Ngaji Kebangsaan bersama KH Yusuf Chudlori. (Istimewa) |
Gus Yusuf mengatakan bahwa jika diskusi soal radikalisasi, soal ini tidak selesai dengan hanya diskusi, tapi harus dimulai dengan action. “Seperti kita memahami Rasulullah. Banyak generasi kita ketika membahas Rasulullah, yang diingat hanya perangnya saja. Padahal perang atau qital ini bagian kecil sejarah panjang Rasulullah,” tandasnya.
Padahal kunci sukses Rasulullah yatu pada penanaman akhlakul karimah, etika yang mulia.
"Nanti paham radikal ini akan terus tumbuh karena pemberantasannya tidak sampai akar. Sebenarnya teman-teman tau masih banyak saudara kita yang terpapar radikalisme. Banyak yang terang-terangan seperti HTI, yang organisasinya dibubarkan, akan tetapi orangnya dan ajarannya masih berkeliaran. Ironisnya ada yang nyirami memberi pupuk atau mendanai. Organisasi dibubarkan tapi gerakannya masih terus terjadi," lanjutnya.
Ia menambahkan hal itu berangkat dari pemahaman Islam yang dangkal, yaitu pemahaman yang di permukaan. Orang-orang radikal menanam paham radikal dilakukan sudah menjurus ke anak usia sekolah, sehingga orang yang sekarang menjadi penganut radikal adalah didikan 15 tahun yang lalu.
Ditambahkan, seperti yang disampaikan Rasulullah, innama buistu liutammima makarimal akhlak. “Kalimat ini memakai kata liutammima, maknanya bahwa sebelum zaman rasulullah sudah ada adab peradaban. Rasulullah itu menyempurnakan. Sebagaimana Indonesia, sebelumnya juga sudah ada akhlak peradaban, para Walisongo melakukan tugas penyempurnakan akhak,” imbuhnya.
Dirinya mencontohkan Paguci, paguyuban ngunjuk ciu. Ketika Walisongo masuk membenahi adat yang keliru, sehingga adat perkumpulan diganti dengan tahlilan.
Ketua DPW PKB Jawa Tengah itu memaparkan Islam datang bukan untuk menghacurkan tradisi dan budaya lokal, tapi menyempurnakan akhlak agar sesuai dengan syariat Islam. “Sebelum rasulullah ajaran mengelilingi kabah sudah berjalan dengan tradisi kaum kafir qurays, akan tetapi di zaman rasulullah masih banyak berhala, lalu dengan perlahan-lahan rasululah merubahnya dengan towaf dan talbiyah,” jelasnya.
Dirinya juga berstatemen jika zaman dahuu rasululah sedikit-sedikit marah dirinya yakin Islam tidak akan sampai di tanah Jawa seperti sekarang ini. “Mbah Kiai Hasyim pernah berpesan, kita ini tidak wajib membangun daarul islam (negara islam), akan tetapi bangunkan daarus salam, negara yang selamat,” bebernya.
AKBP Maulud Kasubid PINMAS Polda Jateng berpesan agar kita semua menjaga empat pilar berkebangsaan yaitu Pancasila, UUD 45, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika. “Mari kita bersama-sama selalu menjaga keamanan dan perdamaian bangsa kita dari paham radikalisme. Jangan sampai kita terpengaruh paham teroris dan orang-orang yang memecah belah NKRI,” pesannya.
Ngaji Kebangsaan dibuka Rektor UIN Walisongo Prof Imam Taufiq didampingi Dekan FUHUM Hasyim Muhammad. Dalam sambutannya ia memacu semangat untuk mendulang prestasi menjadi keharusan semua komponen. Di samping itu Imam juga mengimbau agar semua bisa mempertahankan kebangsaan, dari radikalisme dan degradasi kebangsaan.
“Kita semua harus cancut taliwondo untuk menjaga bangsa ini, dari teroris, orang-orang yang membisikkan ajaran radikal,” pungkasnya. (ip)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar