Kintansari Adhyna P menyampaikan materi. (Foto: Afifah) |
Dalam kegiatan perkuliahan yang berlangsung secara daring, Mahmud juga menjelaskan kecerdasan spiritual harus seimbang dengan kecerdasan intelektual dan emosial. “Kecerdasan spiritual itu berkaitan dengan value atau nilai. Contoh, sholih merupakan kecerdasan spiritual dalam Islam, karena kesholihan seseorang tidak hanya memiliki husnul khuluq atau birru (kepribadian baik), tetapi jika seseorang dikatakan sholih berarti kebaikannya sudah menyeluruh,” tandasnya.
Terkait bagaimana melatih kecerdasan tersebut dirinya menyebut dengan meditasi dan berdoa (meditate & pray). Dijabarkan, untuk meningkatkan kecerdasan spiritual, para pakar sepakat bermeditasi dan berdoa menjadi cara yang paling efektif. “Dalam Islam kita menyebutnya Mujahadah dan Riyadhoh dan di Jawa disebut sebagai tirakatan,” ujarnya.
Hadir juga dalam kuliah alternatif Founder Global Empowerment Step, Kintansari Adhyna P sebagai pemateri dan Founder Griya Peradaban, Ma’as Shobirin. Acara dipandu host Samrotul Izzah, alumnus Kuliah Alternatif angkatan pertama.
Peserta Kuliah Alternatif Griya Peradaban sesi 3. (Afifah) |
“Ada dua jenis desain thinking yaitu Low Order Thinking (LOT) dan High Order Thinking (HOT). Low Order Thinking (LOT) atau kemampuan berpikir tingkat rendah ini biasanya mengingat, memahami, dan mengaplikasikan. Sedangkan High Order Thinking (HOT) atau kemampuan berpikir tingkat tinggi ditandai dengan menganalisa, mengevaluasi, kemudian menciptakan,” paparnya.
Dalam penjelasannya ia menandaskan bahwa kecerdasan emosi berkaitan dengan pikiran. “Jika seseorang memiliki kecerdasan emosional yang baik, ketika dirinya sedang mendapat masalah maka ia tidak membutuhkan waktu yang lama untuk sampai pada fase penerimaan,” tambahnya.
Dirinya juga menambahkan pikiran negatif harus mampu menggerus hal postif. Kecerdasan emosional yang memiliki misi memanusiakan manusia ini pada akhirnya akan berpusat pada Tuhan (teocentrism humanism). “Segala sesuatu harus kita refleksikan. Jika sesuatu terjadi pada kita, maka fokus how we react, how we create,” pungkasnya. (af)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar