Kopi Muria Tasty dalam sebuah expo. (Foto: Istimewa) |
Setelah melampaui dua generasi, perempuan yang akrab disapa Shinta saat masih duduk di bangku kuliah semester 6 mengawali jualan kopi bubuk yang diproduksi ibunya. Saat itu kopi dengan kemasan standing pouch aluminum foil dengan merk Tasty. Selain mengawali jualan dia juga cari-cari referensi kemasan yang lebih unik supaya memikat para pembeli.
Ditanya pengalaman pertama jualan dirinya memperoleh respon cukup baik dari masyarakat. “Karena waktu itu kopi muria kemasan yang sudah terkenal hanya 1 yaitu Wilhelmina dan sekarang disusul Tasty,” tambah Shinta.
Perempuan yang lahir di Kudus, 20 Juni 1996 itu mengatakan dia memilih usaha kopi karena memang sudah turun-temurun. Di samping itu lantaran bahan baku yang melimpah. Perlu diketahui orang tuanya memiliki kebun kopi yang luasnya kurang lebih 3 hektar.
Salah satu pembeli kopi Muria Tasty. (Foto: Istimewa) |
Anak kedua dari 2 bersaudara pasangan Endro Kuswarto – Subiyati itu mengungkapkan untuk pembeli secara detail dia tidak bisa menghitungnya. Karena produk yang dijual dititipkan di beberapa tempat. “Tapi pembeli yang datang langsung ke rumah produksi biasanya dari luar kota yang sengaja mencari oleh-oleh,” terangnya.
Varian dan Kedai Kopi
Kopi Muria yang sudah mengantongi izin usaha baik dari Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT), Nomor Induk Berusaha (NIB), dan sertifikat Halal dari MUI saat ini terdiri dari 6 varian. Yakni; Traditional Roasted Coffee 100 gram Rp18.000, Traditional Roasted Coffee 250 gram Rp38.000, Traditional Roasted Coffee 500 gram Rp70.000, Kopi Muria Tastyco Premium 150 gram Rp38.000, Kopi Muria Tastyco Arabika 100 gram Rp30.000, dan Kopi Muria Tastyco Roasted Bean Rp27.000.
Selain 6 varian tersebut pihaknya menyediakan kopi bubuk kiloan untuk reseller dan angkringan. Juga kopi bubuk siap seduh, kopi green bean, roasted bean tradisional/premium dan juga menyediakan souvenir gelang kopi.
Desa Colo RT 3 RW 3 Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus merupakan tempat produksi kopi muria. Selain sebagai tempat produksi perempuan yang memiliki motto “Berinovasi itu Penting Supaya Tetap Eksis” itu juga mengembangkan kedai ngopi bernama Ruangopi Tastyco.
Kopi Muria Tasty bisa dibeli di Bandara A Yani Semarang. |
Pandemi Covid-19 yang juga belum berakhir memang berdampak pada laju perekonomian. Termasuk omzet Kopi Muria. “Kalau omzet dulu sebelum pandemi kira-kira di angka 7-9 juta per bulan. Tapi semenjak pandemi omzet turun drastis. Karena produk kebanyakan dititipkan di hotel dan tempat wisata yang semenjak pandemi jadi sepi pengunjung,” terang istri dari Derra Fachrie ini.
Masih menurut Shinta jualan kopi itu ada suka dan dukanya. “Kalau susahnya ya dulu waktu pertama kali bawa kopi muria expo keluar kota banyak masyarakat yang tidak familiar dengan alasan tidak tahu letak gunung Muria. Ada juga pembeli yang tahu gunung Muria tapi tidak tahu kalau ada banyak kopi. Jadi harus mengedukasi pembeli dulu. Kalau sekarang kopi Muria sudah booming jadi tanpa menjelaskan para pembeli sudah tahu sendiri,” ujarnya.
Untuk senangnya sekarang banyak masyarakat Muria memproduksi kopi dengan berbagai macam merk, mempunyai cara pemasaran sendiri, dan target market sehingga merasa terbantu untuk promosi ke khalayak luas akan potensi kopi Muria.
Di akhir paparannya, lulusan Universitas Muria Kudus (UMK) ini berharap kedepan kopi muria semakin banyak dikenal masyarakat, “Semoga para petani dapat meningkatkan kualitas biji kopinya sehingga setidaknya kopi muria bisa masuk di salah satu menu kopi Indonesia,” pungkas Shinta. (sm)
= = = = = = = = = = = = = = = = = =
Info order : 085-640-033-625 (WA)
wah bagi penggemar kopi pastinya penasaran dong
BalasHapus