Ecobrick, Langkah Mengurangi Limbah Plastik - Soeara Moeria

Breaking

Selasa, 09 Februari 2021

Ecobrick, Langkah Mengurangi Limbah Plastik

Webinar pelatihan membuat ecobrick KKN UIN. (Imam M)

Jepara, soearamoeria.com - Sampah plastik menjadi ancaman bagi setiap negara. Penggunaan plastik yang semakin meningkat setiap tahunnya tidak diimbangi dengan pengelolaan limbah plastik yang memadai. Padahal plastik memerlukan waktu ribuan tahun untuk dapat terurai dengan sendirinya, sedangkan membakar sampah plastik dinilai bukanlah solusi yang tepat karena dapat menghasilkan polutan beracun ke udara dan membahayakan bagi manusia. Namun dengan ecobrick-lah solusi yang dianggap paling tepat untuk mengatasi masalah sampah plastik.


Berdasar landasan itu mahasiswa KKN MIT DR UIN Walisongo Semarang kelompok 4 mengadakan webinar pelatihan membuat ecobrick dengan tema “Together Utilize Ecobrick” via Zoom, Selasa (9/2/2021).


Dr. Hj. Misbah Zulfa Elizabeth, M.Si hadir sebagai narasumber penggiat ecobrick yang juga merupakan Dekan Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik UIN Walisongo Semarang, turut hadir pula Dosen Pembimbing Lapangan, Ulin Nihayah, M.Pdi dan 46 peserta webinar dari berbagai kalangan seperti pelajar, mahasiswa, aktivis lingkungan, ibu rumah tangga dan lainnya.


Bu Eliz begitu perempuan itu akrab disapa selaku narasumber menjelaskan bahwa Indonesia menempati urutan kedua di dunia dalam memproduksi sampah plastik, yakni mencapai 64 juta ton per tahun. Belum lagi fakta bahwa penggunaan plastik di Indonesia adalah limbah yang menjadi penyebab utama pembobotan sampah, dan plastik tersebut terurai dalam kurun waktu 1000 tahun lamanya. Untuk itu diperlukannya sistem daur ulang sampah plastik yang mudah dan murah sebagai solusinya. 


“Banyak cara dalam mengelola sampah plastik agar tidak berdampak terhadap ekosistem lingkungan. Pengelolaan tersebut bisa dalam bentuk penyediaan tempat sampah, pembentukan komunitas bank sampah dan mendaur ulang sampah menjadi bahan berguna lainnya. Salah satu proses daur ulang yang ramah lingkungan serta tidak menghabiskan biaya tinggi adalah ecobrick,” terangnya.


Ecobrick sendiri merupakan kepanjangan dari  “eco” dan “brick” yang artinya bata ramah lingkungan. Disebut “bata” karena ia dapat menjadi alternatif bagi bata konvensional dalam mendirikan bangunan. Maka dari itu ecobrick biasa dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan furniture.


Untuk membuat ecobrick, botol yang direkomendasikan untuk digunakan sebaiknya yang berukuran 450ml atau 600ml dan menggunakan botol ulir karna tutupnya kencang dan tidak mudah lepas, sedangkan untuk plastiknya hampir semua jenis bisa digunakan, baik itu plastik kresek, sisa bungkus makanan ringan, mie instan, kemasan minuman sachet, dan lainnya.


“Sebaiknya menggunakan botol ulir bukan flip karena tutupnya lebih kencang dan tidak mudah lepas, kemudian menggunakan botol standar isi 450ml atau 600ml agar cepat jadi. Untuk plastiknya semua jenis plastik limbah rumah tangga bisa digunakan, misalnya bekas bungkus rinso, indomie, marimas, atau plastik yang kecil-kecil seperti sedotan minuman,” tutur Bu Eliz.


Botol-botol ecobrick yang sudah jadi nantinya akan digunakan untuk berbagai keperluan seperti membuat kursi, meja, taman, pondasi rumah atau sesuai kreativitas masing-masing. Namun selama ini ecobrick seringnya digunakan untuk membuat mebel modular, ruang kebun, dinding atau bahkan bangunan berskala penuh.


Walaupun terlihat mudah, namun pada proses pembuatannya ada beberapa hal yang perlu diketahui agar ecobrick yang dihasilkan bagus, keras dan layak untuk digunakan.


“Botol harus dalam keadaan bersih dan kering, sampah plastik pun harus dalam keadaan bersih dan kering untuk menghindari bakteri tumbuh di dalam botol ecobrick. Putar dan tekan-tekan tongkat dan pastikan bahwa isinya padat dan merata di seluruh botol. Ini membantu memastikan bahwa botol tidak memiliki rongga dan memiliki sifat padat yang mirip dengan balok beton,” terangnya.


Untuk menguji kepadatan, kita bisa menekan botol dari luar. Ecobrick yang bagus saat ditekan botol tidak akan kempes dan tidak mengeluarkan bunyi alias kokoh.


Di akhir pemaparannya yang berlangsung selama ± 140 menit via Zoom, ia berpesan untuk selalu menjaga alam dan mencegah kerusakan bumi sesuai dengan firman Allah SWT yang tertuang di Q.S Ar-Rum:41-42. Ia juga berharap agar ilmu yang disampaikannya dapat bermanfaat dan bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. (im)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar