Penimbang Kewarganegaraan Ganda - Soeara Moeria

Breaking

Minggu, 12 Januari 2020

Penimbang Kewarganegaraan Ganda

Ikhwanul Ulum
Oleh : Ikhwanul Ulum, mahasiswa Fakultas Ilmu Administrasi Niaga Universitas Islam Malang

dalaam waktu yang hampir bersaman terdapatdua peristiwa tragis yang di alami ole dua orang Indonesia pertama adalah apa yang di alami ole glorianatap radjahamel.dia gagal menjadi bagiandari pusaka pengibar bendera pustaka alias paskibraka karena berkewarganegaraan prancis seperti ayahnyakedua,menimpa arcandra tahar. Dia berhentikan sebagai menteri kewarganegaraan.

Kontes yang menyilimuti dua orang itu memang berbeda,tetapi memilikintitik singinggung .giori tumbuh di indinesia berkembang pesat meskipun ayahnya orang prancis namun Gloria belum berusia 18 tahun,dia belum bisa mengajukan permohonan wasga negqara Indonesia sebagai mana di inginkanya.

Smentara arcandra suda dua dekade bermungkim di amerika serika. Kemampuan akedemik dan teknisnya.kariernya., tumbuh memekar di Negara paman sambarang kali dia akhirnya mengajukan diri menjadi warga Negara amerika serikat.

namun pada saatnya bersamaan, dis berusaha tetap mempertahankan setatusnya sebagai warga Indonesia sebagaimana di buktikan ole kepemilikan parpor.dia juga mencintai indonrsia .
Pemerintah Indonesia tidak mengakui adanya kewarganegaraan ganda tersebut. Akibatnya, banyak warga keturunan Tionghoa harus meninggalkan Indonesia, meski banyak di antara mereka itu lahir dan tumbuh di Indonesia.

Di antara masalah sensitif yang akan muncul ketika wacana kewarganegaraan ganda ini dimunculkan adalah terkait dengan WNI keturunan Tionghoa. Hal ini tidak hanya terkait dengan sejarah masa lalu, tetapi juga apa yang terjadi belakangan.

Seiring dengan menguatnya hubungan ekonomi politik Indonesia-Republik Rakyat Tiongkok (RRT), banyak warga Tiongkok datang ke Indonesia. Juga banyak WNI yang ke RRT. Ketika dibuka ruang kewarganegaraan ganda yang melibatkan WNI keturunan Tionghoa, memiliki potensi adanya ketegangan baru mengingat jumlahnya cukup besar

Seiring dengan hubungan ekonomi politik Indonesia-Republik Rakyat Tiongkok (RRT), banyak warga Tiongkok datang ke Indonesia. Juga banyak WNI yang ke RRT. Ketika dibuka ruang kewarganegaraan ganda yang melibatkan WNI keturunan Tionghoa, memiliki potensi adanya ketegangan baru mengingat jumlahnya cukup besar

Oleh karena itu, dalam membahas perlu  kewarganegaraan ganda harus melakukannya secara menyeluruh. Yang menjadi pertimbangan tentu saja bukan semata-mata agar Indonesia lebih aktif lagi di dalam percaturan global, secara ekonomi maupun budaya, melainkan juga terkait dengan isu-isu lain seperti isu pertahanan dan keamanan.

Meskipun demikian, menutup rapat-rapat kemungkinan adanya kewarganegaraan ganda juga kurang arif mengingat mobilitas lintas negara saat ini sangat kuat. Pada kenyataannya, semakin banyak WNI yang menjadi bagian penting dari warga global.

Sangat disayangkan kalau interaksi yang semakin kuat itu menjadi sulit dikembangkan karena Indonesia tidak memberi ruang kepada mereka untuk tetap menjadi WNI tetapi juga memiliki keterikatan politik dengan negara lain.

Hanya saja, mengingat Indonesia juga memiliki kepentingan-kepentingan nasional yang membedakan dengan negara-negara lain, sekiranya kewarganegaraan ganda itu diberlakukan, tetap harus dilakukan secara hati-hati dan terbatas. Misalnya hanya melibatkan negara-negara tertentu yang secara politik dan keamanan tidak berpotensi bermasalah.

Kemungkinan semacam itu akan memberi kesempatan kepada banyak orang hebat Indonesia berkarya secara maksimal di banyak negara tanpa harus tercerabut identitasnya,baik secara politik maupun secara budaya. Dengan demikian, cerita tragis seperti Gloria dan Arcandra bisa dihindari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar