Banjir, Bencana atau Kebobrokan Pemerintah? - Soeara Moeria

Breaking

Senin, 13 Januari 2020

Banjir, Bencana atau Kebobrokan Pemerintah?

Banjir. 
Oleh : Amin Fajar Shadiq, Mahasiswa Semester tiga Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Islam Malang

Banjir adalah penyakit yang takkunjung sembuh yang di derita di berbagai daerah khususnya di daerah ibu kota, setiap tahun kata “banjir” sudah menjadi sarapan bagi wilayah khususnya di ibu kota, entah ini karena kurangnya kesadaran masyarakat atau karena padatnya kota jakarta atau juga karna kebobrokan pemerintah dalam mencegah atau menanggulangi banjir di ibu kota..?

Tentunya ketika terjadinya banjir parapejabat maupun politikus memberikan solusi, yang perkiraan solusi umumnya, masyarakat dilarang membuang sampah sembarangan, tidak hanya itu saja masyarakat di himbau untuk jangan mendirikan rumah hunian di bantaran kali ataupun sungai, dan juga kadang memberikan pendapat karna kurangnya daerah resapan , kalo difikir lebih teliti lagi, Menurut otak saya yang kecil ini, semua teori tersebut atau solusi tersebt beberapa diantaranya jika dibuat skala relevansinya akan menghasilkan tingkat relevansi yang sangat rendah dengan inti permasalahan. 

Misalnya untuk sampah.  Segiat-giatnya dan segila-gilanya masyarakat membuang sampah (disungai), atau anggaplah sampah mengendap menyebabkan pendangkalan, mana mungkin dalam 5 tahun bisa membuat dangkal semua sungai. Ini kan pasti sudah puluhan tahun (atau seabad?).

Nah, dari hal ini sudah jelas karna kurangnya refleks pemerintah untuk menjegah penyebab terjadinya banjir, karna kita tau himbawan untuk tidak mumbuang sampah yang di tulis di palang di samping sungai itu tidak akan memberikan dampak signifikan bagi masyarakat, karna masih banyaknya masyarakat yang masih belum mengenyam pendidikan, jadi seharusnya pemerintah memfokuskan kepada pengerokan kali yang sudah tertimbun oleh sampah sampah masyarakat yang sudah puluhan tahun mengendap di sungai atau di aliran sungai.

Kalau mengaitkan penyebab utama dari banjir karena banyaknya masyarakat yang membangun rumah hunian di sepanjang aliran sungai, di Eropa orang berumah di samping kali atau kanal seperti di Amsterdam. Apalagi di Venice yang jelas-jelas berumah diatas kali . Jadi ini faktornya pasti 0.0001% alias konyol. Masyarakat yang berumah di pinggir kali pada umumnya minim edukasi dan fasilitas pribadi. 

Dan jika penyebab terjadinya banjir karena kurangnya daerah serapan, apakah dengan adanya daerah serapan banjir tidak akan pernah terjadi lagi? Di pulau Manhattan, New York terdapat taman raksasa seluas 3.5 kilometer persegi bernama Central Park. Pada bulan Oktober ketika Topan Sandy (Hurricane Sandy) menerjang dan cukup membuat kawasan itu mengalami banjir besar di Lower Manhattan. 

faktornya bisa berpengaruh cukup besar kalau sungai-sungai dan kali selalu di rawat kedalamannya. Negara-negara Eropa, seperti Belanda yang masyarakatnya sudah sadar kebersihan dan juga kanalnya melebihi jumlah sungai di Jakarta. Tetapi tetap saja Belanda harus selalu maintenance untuk mengeruk sampah dengan kapal khususnya (bisa di liat di youtube). Kita dibangunkan Kanal Barat oleh Belanda sudah hampir 100an tahun, bebas maintenance!.

Dan juga utuk memberikan dampak besar terhadap mengurangnya banjir perbanyak membangun bendungan, menurut saya ketika bendungan di bangun dan dengan posisi yang pas maka “banjir kiriman” tidak akan pernah terjadi. Sebenarnya teknologi penanggulangan banjir yang paling berkembang adalah di eropa, seperti negara belgia dan belanda, padahal negara subtropis itu lebih rentan terkena banjir dibandingkan negara tropis Negara Subtropis harus menghadapi lebih banyak faktor yang kita tidak mengalaminya yaitu, tropical storm, hurricane, snowmelt.

Belanda juga sedang menguji penyimpanan air (reservoir) bawah tanah. sebenarnya kita sudah uji coba. Hanya saja barangkali masih belum sadar dan anggota pejabat harus studi banding ke negeri Belanda terlebih dahulu. Jadi sekarang jangan sibuk menyalahkan karna sudah terjadi kerusakan hutan, langkanya daerah serapan dan langkanya hutan bakau, sekarang yang menjadikan kehawatiran adalah apakan kompetensi pemerintah dalam mengatasi banjir khsusunya di Jakarta ini mempuni.?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar