Ratusan warga memadati "Pinus Festival di Batealit, Jepara. |
Jepara, soearamoeria.com – Keluarga Mahasiswa Jepara Semarang (KMJS) bekerjasama dengan Karang Taruna Wakamuda Desa/ Kecamatan Batealit Kabupaten Jepara menggelar Pinus Festival 2019. Kegiatan yang di pusatkan di Hutan Pinus Dukuh Setro Desa/ Kecamatan Batealit Kabupaten Jepara itu dilaksanakan Minggu (25/8/2019) lalu.
Adapun serangkaian acara yang menyemarakkan kegiatan tersebut di antaranya : penampilan tari, kentrung, musikalisasi puisi, keroncong, melukis, dongeng, film dokumenter potensi desa, lomba foto, dan pengenalan kopi Batealit.
Ketua Karang Taruna Wakamuda, Rudyanto mengatakan kegiatan tersebut dilaksanakan untuk mengenalkan potensi Desa Batealit kepada masyarakat secara luas. Di samping itu lanjutnya untuk pengembangan destinasi dan promosi wisata di Desa Batealit.
“Di Batealit ada air terjun Dungpaso, Sinatah, dan Sumenep serta Belik Bobot yang perlu juga dikenalkan kepada masyarakat,” terangnya pada soearamoeria.com.
Menurut Rudi, Pinus Festival merupakan salah satu program kerja kepengurusannya tahun 2018 – 2020. Untuk program berikutnya pihaknya mulai melirik Belik Bobot. “Belik Bobot itu situs sejarah yang berbentuk batu berdiameter 50. Air yang ada di belik itu tidak pernah habis meski musim kemarau tiba. Nah, kami berencana mengemas situs itu agar tidak hanya batu saja tetapi kental dengan sejarahnya juga,” sambungnya.
Adapun serangkaian acara yang menyemarakkan kegiatan tersebut di antaranya : penampilan tari, kentrung, musikalisasi puisi, keroncong, melukis, dongeng, film dokumenter potensi desa, lomba foto, dan pengenalan kopi Batealit.
Ketua Karang Taruna Wakamuda, Rudyanto mengatakan kegiatan tersebut dilaksanakan untuk mengenalkan potensi Desa Batealit kepada masyarakat secara luas. Di samping itu lanjutnya untuk pengembangan destinasi dan promosi wisata di Desa Batealit.
“Di Batealit ada air terjun Dungpaso, Sinatah, dan Sumenep serta Belik Bobot yang perlu juga dikenalkan kepada masyarakat,” terangnya pada soearamoeria.com.
Menurut Rudi, Pinus Festival merupakan salah satu program kerja kepengurusannya tahun 2018 – 2020. Untuk program berikutnya pihaknya mulai melirik Belik Bobot. “Belik Bobot itu situs sejarah yang berbentuk batu berdiameter 50. Air yang ada di belik itu tidak pernah habis meski musim kemarau tiba. Nah, kami berencana mengemas situs itu agar tidak hanya batu saja tetapi kental dengan sejarahnya juga,” sambungnya.
Salah satu view indahnya Hutan Pinus Batealit Jepara. |
Setelah itu, kata pemuda asal RT. 11 RW. 02 Desa Batealit itu para wisatawan semakin berdatangan, ide kreatif semakin deras, dan ekonomi warga semakin meningkat.
Hal lain ditambahkan Ketua KMJS, M. Afif Qomarudin. Dijelaskannya, bahwa kegiatan Pinus Festival merupakan akhir dari pendampingan desa mitra yang dilakukan oleh organisasinya selama 6 bulan ini.
Selama setengah tahun ini pihaknya mendampingi warga desa dalam berbagai hal. “Untuk bidang pendidikan warga sekitar kami ajari Bahasa Inggris. Untuk hal budaya dan pariwisata kami ajari menari, pentingnya mengelola potensi desa dan lain-lain,” tambahnya.
Pendampingan itu dilakukan tiap hari Sabtu dan Minggu. Saat menjelang kegiatan Pinus Festival pertemuan dengan warga baik untuk latihan, persiapan, dan maupun koordinasi dilaksanakan sepekan penuh.
Mahasiswa yang akrab disapa Afif itu menjelaskan dengan dilaksanakannya program itu pihaknya berharap Desa Batealit yang punya potensi bidang pariwisata itu bisa dikembangkan dengan baik.
“Kami ingin potensi yang ada di desa ini bisa dikembangkan dengan baik. Caranya kami mengajak volunteer yang ada di desa,” terangnya.
Selain mengajak warga sadar wisata, pihaknya juga berharap ekonomi warga semakin terpenuhi dan budaya yang sudah mengakar tidak lantas hilang.
Hal lain ditambahkan Ketua KMJS, M. Afif Qomarudin. Dijelaskannya, bahwa kegiatan Pinus Festival merupakan akhir dari pendampingan desa mitra yang dilakukan oleh organisasinya selama 6 bulan ini.
Selama setengah tahun ini pihaknya mendampingi warga desa dalam berbagai hal. “Untuk bidang pendidikan warga sekitar kami ajari Bahasa Inggris. Untuk hal budaya dan pariwisata kami ajari menari, pentingnya mengelola potensi desa dan lain-lain,” tambahnya.
Pendampingan itu dilakukan tiap hari Sabtu dan Minggu. Saat menjelang kegiatan Pinus Festival pertemuan dengan warga baik untuk latihan, persiapan, dan maupun koordinasi dilaksanakan sepekan penuh.
Mahasiswa yang akrab disapa Afif itu menjelaskan dengan dilaksanakannya program itu pihaknya berharap Desa Batealit yang punya potensi bidang pariwisata itu bisa dikembangkan dengan baik.
“Kami ingin potensi yang ada di desa ini bisa dikembangkan dengan baik. Caranya kami mengajak volunteer yang ada di desa,” terangnya.
Selain mengajak warga sadar wisata, pihaknya juga berharap ekonomi warga semakin terpenuhi dan budaya yang sudah mengakar tidak lantas hilang.
Sovenir buatan pemuda Desa Bateliat. (Foto: soearamoeria.com) |
Kegiatan yang kali pertama diinisiasi KMJS itu terbilang sukses. Ratusan pengunjung memadati hutan milik Perhutani ini. Untuk menuju lokasi bisa ditempuh dengan 3 pilihan.
Jika pengunjung ingin jalan kaki, jarak tempuhnya sekira setengah jam. Bagi pengunjung yang mengendarai motor butuh 7 menit karena harus melewati jalan bebatuan yang terjal. Sedangkan bagi yang menaiki colt pick up membutuhkan waktu 20 menitan.
Pihak panitia membanderol parkir Rp2.000, dan Rp.5.000 PP untuk naik colt pick up sejumlah 4 armada.
Jika pengunjung ingin jalan kaki, jarak tempuhnya sekira setengah jam. Bagi pengunjung yang mengendarai motor butuh 7 menit karena harus melewati jalan bebatuan yang terjal. Sedangkan bagi yang menaiki colt pick up membutuhkan waktu 20 menitan.
Pihak panitia membanderol parkir Rp2.000, dan Rp.5.000 PP untuk naik colt pick up sejumlah 4 armada.
Ditanya soal tindak lanjut dari Festival tersebut Afif berharap inisiasi yang sudah dilakukan itu dikembangkan lagi oleh pemuda desa bersama pemerintah desa. Sehingga Hutan Pinus yang sudah viral itu benar-benar jadi desa wisata. (sm)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar