Mahasiswa
Sekolah Tinggi Ilmu Budaya Islam (STIBI) harus mampu menggali kembali,
menemukan dan mengkaji karya ulama nusantara. Hal tersebut diungkapkan A.
Ginanjar Sya'ban dalam sesi Diskusi Buku di kampus STIBI Syekh Jangkung,
Kabupaten Pati, Sabtu (07/10/2017).
Pesan
tersebut ditegaskan kepada seluruh mahasiswa STIBI yang mengenyam program
Sejarah Peradaban Islam (SPI) dengan logat medok khas Kabupaten Pati.
Kegiatan
yang dimotori oleh Pustaka Compass itu menyita perhatian publik Kayen. Kegiatan
yang diperuntukkan masyarakat umum tersebut selain dihadiri oleh sivitas akademi
STIBI juga dihadiri stake holder Kecamatan Kayen dan Banom NU Kecamatan
Kayen tak lupa masyarakat umum.
Selain
A. Ginanjar Sya'ban sang master manuskrip dengan karyanya “Mahakarya Islam Nusantara”,
hadir pula Zainul Milal Bizawie penulis “Masterpiece Islam Nusantara” yang juga
sejarahwan asli kelahiran Pati.
Dua
penulis nasional tersebut menyampaikan keprihatinan khususnya terhadap
karya-karya ulama nusantara.
"Mayoritas
muslim Indonesia jarang memiliki perhatian terhadap karya ulama nusantara,
padahal mereka memiliki banyak karya yang dahsyat, bahkan di Eropa, Tanah
Haramain, Afrika banyak karya ulama nusantara yang karyanya masih digunakan
bahkan populer hingga kini," terang Ginanjar.
Lanjut
lelaki berpeci hitam alumni Lirboyo tersebut, "kita itu kaya akan khazanah
peradaban di dunia internasional dengan karya-karya ulama' fenomenal kita, jika
perhatian kita kurang maka karya ulama nusantara akan musnah, yang lebih ironi,
akan banyak yang mematahkan dan menganggap ulama nusantara hanya mitos,
menganggap bahwa islam nusantara adalah sekadar islam pinggiran. Untuk itu,
kita harus menggali karya mereka agar tidak menjadi bangsa yang
kehilangan identitas software peradabannya," tuturnya.
Sejalan
dengan Ginanjar, Gus Milal, akrab ia disapa menambahkan, "Sejarah itu
bukan hanya cerita masa lalu perjalanan, akan tetapi, kita membuat sejarah
untuk membangun masa depan,” tukasnya. (fa)
No comments:
Post a Comment