Banyak orang
sekarang ini lebih suka menggunakan jasa antar berbasis teknologi daripada
meminta anak atau saudaranya membelikan makanan ke luar rumah.
"Lebih cepat
pesan go food daripada perintah adiknya beli ke luar rumah," kata
Hasan Chabibie ST., M.SI., narasumber dari Pustekkom Kemdikbud RI dalam
Workshop Technopreneurship di Pesantren Al-Islah desa Kadilangu
kecamatan Trangkil kabupaten Pati, Sabtu (26/08/2017) siang.
Menurutnya,
kepraktisan produk teknologi melahirkan transaksi bisnis yang lebih murah
karena memotong sekian jalur distribusi. Aplikasi semacam Go-Jek dan lainnya
adalah bentuk nyata dari bisnis yang menggunankan teknologi sebagai basis
perkembangan.
Dalam tehnopreneurship,
lanjut Hasan, sebuah inovasi mencoba menemukan antara pengguna (user) produk
dengan teknologi kreatif sehingga terciptalah pasar.
"Tolong, yang
muda-muda pintarlah mencari apa saja sih peluang tekologi untuk memenuhi
kebutuhan pasar," ujar Hasan yang juga mantan Ketua PW IPNU Jateng itu, di
hadapan ratusan hadirin workshop.
Walau banyak yang
belum menciptakan inovasi teknologi, setidaknya pemanfaatan teknologi untuk
wirausaha terus didorong agar bisa mengurangi intelektual tanpa bekerja,
utamanya di kalangan lulusan SMK yang menurut Hasan masih banyak menyumbang
angka tinggi pengangguran.
"Anak-anak
SMK itu dididik terampil menggunakan teknologi, tapi sayangnya setelah lulus
mereka tidak banyak dibekali bagaimana cara menggunakannnya sehingga menjadi technopreneur,"
tandas Hasan, didampingi narasumber lainnya, praktisi technopreneur,
Rifan Herriyadi.
Rifan yang
kemudian membincang technopreneurship dari sisi praktisnya menyebutkan bahwa
daftar orang kaya di dunia kini tidak lagi didominasi oleh pebisnis konvensional.
"Dominasi jumlah orang kaya sekarang bergeser ke bisnis teknologi,"
jelasnya.
Kepada peserta,
Rifan juga menjelaskan banyaknya paluang bisnis via internet yang pernah dia
lakukan, mulai dari menulis konten berbayar, menjadi youtuber, optimasi website
untuk jualan online hingga pemanfaatan media sosial.
"Keuntungan
menggunakan sarana teknologi internet itu bisa menjalankan bisnis 24 jam, modal
kecil, dan hemat promosi," imbuh Rifan yang juga santri alumni Guyangan,
Trangkil, Pati ini mengakhiri materinya.
Dalam workshop
yang terselenggara atas kerjasama PC IPNU Pati dan AIS Jawa Tengah tersebut,
hadir pula Kepala Balai Pustekkom Jateng, Didik Wira Samudra, SH, M.Kom.,
sebagai pembuka acara.
Kata Ketua
Panitia, Irham Shodiq S.Pd.I, peserta yang hadir dalam workshop adalah kalangan
pelajar, santri, mahasiswa, guru, dan warga masyarakat yang ingin belajar
menjual hasil trasi dan produk lokal dari Trangkil via online. (ab)
No comments:
Post a Comment