
Judul Buku : Cinta Dalam Ikhlas
Penulis : Kang Abay
Tebal Buku : viii + 372 halaman; 20,5
cm
Penerbit : PT Bentang Pustaka,
Yogyakarta
Cetakan : Ketiga, April 2017
ISBN : 978-602-291-364-1
Peresensi
: Erni Apriliyani, Mahasiswi Fakultas Syariah dan Hukum Unisnu Jepara
jurusan Perbankan Syariah dan Pembina Pesantren Az Zahra Mlonggo Jepara
Cinta dalam ikhlas adalah novel karangan penulis terkenal Bayu Adhitya atau yang lebih dikenal
dengan sapaan kang Abay.
Novel yang menceritakan
sebuah kisah kehidupan dan percintaan pemuda dengan latar belakang keyakinan
dan keikhlasan serta harapan terhadap sang pencipta, Allah SWT.
Adalah
Bintang
Atharisena Firdaus atau yang akrab disapa Athar. Seorang anak yang
berasal dari sebuah keluarga sederhana dan memiliki 3 saudara yang telah
menjadi yatim sejak usia 5 tahun. Walaupun kehidupan dilanda berbagai ujian dan
musibah ia tetap berbaik sangka terhadap takdir Allah
SWT.
Pemuda yang awal mulanya
dapat dikatakan sebagai pemuda yang jauh dari Allah SWT, mampu tumbuh menjadi
pemuda yang tangguh, cerdas dan berwibawa.
Semua ini dikarenakan
pertemuan yang tidak sengaja dengan seorang perempuan yang bernama Aurora Cinta
Purnama, perempuan berjilbab, anggun dan memiliki senyum indah seperti pelangi
terbalik berhasil mengubah poros dan rotasi kehidupan seorang Athar hingga 180
derajat,
Impian, cita-cita dan cinta
mengharuskan dia untuk berjuang lebih keras dalam memantaskan diri dan
mencari ridha Allah SWT.
Problematika yang menghantam
perasaan dan kehidupan tidak merubah keyakinan Athar terhadap Ara, bahkan meski
bertahun-tahun tidak pernah berjumpa tidak menyurut sedikit pun atas perasaan
itu. kenapa? Karena cinta dalam ikhlas, ikhlas dengan ketentuan atau pun takdir menjadikan Athar
menjadi “atlet” Allah yang tangguh.
Atlet yang selalu berjuang untuk
keluarga dan cinta pada masa depan.
Novel Cinta Dalam Ikhlas
memiliki unsur intrinsik yaitu tema
utama cinta. Namun uniknya tema cinta ini dikombinasikan dengan kisah
perjuangan hidup yang menakjubkan.
Untuk waktu pagi sampai
malam, suasana yang ada yaitu menggunakan alur maju dan mundur yaitu adanya flashback
ke masa lalu. Gaya bahasa yang disajikan menggunakan bahasa yang
ringan sehingga mudah untuk dipahami dan dimengerti oleh pembaca.
Ada pun tokoh-tokoh yang ada
pada novel ini yaitu Athar pemuda tangguh, cerdas dan berwibawa. Aurora gadis cantik dan anggun yang memiliki
senyum indah seperti pelangi terbalik.
Ratih sosok perempuan yang
tidak mudah putus asa, berkarakter, cerdas dan anggun. Mamat sosok pemuda yang
berasal dari keturunan ustaz yang memiliki tingkat kejahilan yang luar biasa. Kang Zein pemuda gondrong pemilik senyum
yang sangat teduh dan Tari, sosok perempuan anggun
penyuka buku dan cerdas.
Amanat yang terkandung dalam
novel ini adalah jangan pernah menyerah oleh keadaan. Keadaan boleh saja serba
kekurangan tapi jangan dijadikan sebagai sebuah alasan.
Dan tentunya dalam novel ini
terdapat pesan yang sungguh luar biasa. Apa pun yang terjadi dalam hidup ini
untuk sebuah alasan artinya apa pun kejadian hari ini atau besok bahkan yang
terencana maupun tidak terencana sekali pun merupakan takdir Allah SWT.
Dalam surat Al baqarah ayat
216, Allah SWT berfirman: “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat
baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk
bagimu, Allah maha mengetahui sedang kamu tidak mengetahui” (QS. Al-Baqarah:216)
Di dalam ayat ini terdapat
beberapa hikmah, rahasia-rahasia dan kemaslahatan bagi seorang hamba. Salah
satu pesan yang dapat diambil dari tafsiran ayat tersebut adalah kita sebagai
hamba harus senantiasa menyerahkan semuanya kepada Allah, Apapun itu cinta,
impian ataupun cita-cita sekali pun.
Ikhlas, tawakal dan sabar
dalam menerima ketentuan dari Allah SWT. Karena sebaik-baiknya pilihan adalah
pilihan yang berasal dari Allah SWT.
Novel ini memiliki keunggulan
yaitu tidak hanya mengupas kehidupan namun ada ketulusan dan keikhlasan proses
dalam mendapatkan ridha Allah SWT.
Sedangkan kekurangan novel
ini yaitu sudut pandang yang digunakan dalam novel ini hanya terfokus pada
sudut pandang orang pertama. Alangkah baiknya bila terdapat beberapa sudut
pandang agar novel ini terasa lebih hidup. (*)
No comments:
Post a Comment