Menjadi “Atlet” Allah yang Tangguh - Soeara Moeria

Breaking

Rabu, 23 Agustus 2017

Menjadi “Atlet” Allah yang Tangguh





Judul Buku : Cinta Dalam Ikhlas
Penulis : Kang Abay
Tebal Buku : viii + 372 halaman; 20,5 cm
Penerbit : PT Bentang Pustaka, Yogyakarta
Cetakan : Ketiga, April 2017
ISBN : 978-602-291-364-1
Peresensi : Erni Apriliyani, Mahasiswi Fakultas Syariah dan Hukum Unisnu Jepara jurusan Perbankan Syariah dan Pembina Pesantren Az Zahra Mlonggo Jepara

Cinta dalam ikhlas adalah novel karangan penulis terkenal Bayu Adhitya atau yang lebih dikenal dengan sapaan kang Abay.

Novel yang menceritakan sebuah kisah kehidupan dan percintaan pemuda dengan latar belakang keyakinan dan keikhlasan serta harapan terhadap sang pencipta, Allah SWT.

Adalah Bintang Atharisena Firdaus atau yang akrab disapa Athar. Seorang anak yang berasal dari sebuah keluarga sederhana dan memiliki 3 saudara yang telah menjadi yatim sejak usia 5 tahun. Walaupun kehidupan dilanda berbagai ujian dan musibah ia tetap berbaik sangka terhadap takdir Allah SWT.

Pemuda yang awal mulanya dapat dikatakan sebagai pemuda yang jauh dari Allah SWT, mampu tumbuh menjadi pemuda yang tangguh, cerdas dan berwibawa.

Semua ini dikarenakan pertemuan yang tidak sengaja dengan seorang perempuan yang bernama Aurora Cinta Purnama, perempuan berjilbab, anggun dan memiliki senyum indah seperti pelangi terbalik berhasil mengubah poros dan rotasi kehidupan seorang Athar hingga 180 derajat,

Impian, cita-cita dan cinta mengharuskan dia untuk berjuang lebih keras dalam memantaskan diri dan mencari ridha Allah SWT.

Problematika yang menghantam perasaan dan kehidupan tidak merubah keyakinan Athar terhadap Ara, bahkan meski bertahun-tahun tidak pernah berjumpa tidak menyurut sedikit pun atas perasaan itu. kenapa? Karena cinta dalam ikhlas, ikhlas dengan ketentuan atau pun takdir menjadikan Athar menjadi atlet Allah yang tangguh.

Atlet yang selalu berjuang untuk keluarga dan cinta pada masa depan.

Novel Cinta Dalam Ikhlas memiliki unsur intrinsik yaitu  tema utama cinta. Namun uniknya tema cinta ini dikombinasikan dengan kisah perjuangan hidup yang menakjubkan.

Untuk waktu pagi sampai malam, suasana yang ada yaitu menggunakan alur maju dan mundur yaitu adanya flashback ke masa lalu. Gaya bahasa yang disajikan menggunakan bahasa yang ringan sehingga mudah untuk dipahami dan dimengerti oleh pembaca.

Ada pun tokoh-tokoh yang ada pada novel ini yaitu Athar pemuda tangguh, cerdas dan berwibawa. Aurora gadis cantik dan anggun yang memiliki senyum indah seperti pelangi terbalik.

Ratih sosok perempuan yang tidak mudah putus asa, berkarakter, cerdas dan anggun. Mamat sosok pemuda yang berasal dari keturunan ustaz yang memiliki tingkat kejahilan yang luar biasa. Kang Zein pemuda gondrong pemilik senyum yang sangat teduh dan Tari, sosok perempuan anggun penyuka buku dan cerdas.

Amanat yang terkandung dalam novel ini adalah jangan pernah menyerah oleh keadaan. Keadaan boleh saja serba kekurangan tapi jangan dijadikan sebagai sebuah alasan.

Dan tentunya dalam novel ini terdapat pesan yang sungguh luar biasa. Apa pun yang terjadi dalam hidup ini untuk sebuah alasan artinya apa pun kejadian hari ini atau besok bahkan yang terencana maupun tidak terencana sekali pun merupakan takdir Allah SWT. 

Dalam surat Al baqarah ayat 216, Allah SWT berfirman: “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu, Allah maha mengetahui sedang kamu tidak mengetahui” (QS. Al-Baqarah:216)

Di dalam ayat ini terdapat beberapa hikmah, rahasia-rahasia dan kemaslahatan bagi seorang hamba. Salah satu pesan yang dapat diambil dari tafsiran ayat tersebut adalah kita sebagai hamba harus senantiasa menyerahkan semuanya kepada Allah, Apapun itu cinta, impian ataupun cita-cita sekali pun.

Ikhlas, tawakal dan sabar dalam menerima ketentuan dari Allah SWT. Karena sebaik-baiknya pilihan adalah pilihan yang berasal dari Allah SWT.

Novel ini memiliki keunggulan yaitu tidak hanya mengupas kehidupan namun ada ketulusan dan keikhlasan proses dalam mendapatkan ridha Allah SWT.

Sedangkan kekurangan novel ini yaitu sudut pandang yang digunakan dalam novel ini hanya terfokus pada sudut pandang orang pertama. Alangkah baiknya bila terdapat beberapa sudut pandang agar novel ini terasa lebih hidup. (*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar