Ayat yang diturunkan
pertama kali kepada Rasulullah Muhammad SAW, adalah Iqra': Bacalah. Perintah
membaca dalam ayat ini, memiliki makna teologis yang perlu dipahami secara
lebih mendalam. Sebab, ada makna lain di balik perintah membaca yaitu menulis.
Itulah yang
disampaikan sastrawan kenamaan Triyanto Triwikromo dalam Kuliah Tamu yang
mengusung tema ''Kreatif Menulis Cerpen untuk Meningkatkan Budaya Literasi
bagi Mahasiswa'' yang diselenggarakan oleh Program Studi Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia (Prodi PBSI) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP)
Universitas Muria Kudus (UMK), Kamis (04/05/17).
Kuliah tamu
yang digelar di Ruang Seminar Lantai IV Gedung Rektorat itu diikuti oleh ratusan
peserta yang terdiri atas pelajar dan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi
serta sekolah-sekolah di Kabupaten Kudus.
Nampak pula
penulis-penulis seperti Saliem N.M., Priyo, dan Farid (Kudus) serta Kartika
Catur Pelita dan Syaiful Mustaqim (Jepara).
“Bacalah! Apa yang
dibaca? Tentu saja tulisan. Karena itu di balik perintah membaca ada perintah
lain, yaitu menulis,’’ kata sastrawan yang juga staf pengajar di Universitas
Diponegoro (Undip) Semarang ini.
Menurutnya, menulis
berarti melakukan tiga tindakan sekaligus yaitu tindakan teologis, tindakan
historis, dan tindakan filosofis. ‘’Karena itu, menulis adalah (aktivitas) yang
sangat mulia. Aku menulis maka aku gaul,’’ jelasnya sembari tersenyum.
Dia menyampaikan,
kerja utama seorang penulis adalah mengomunikasikan gagasannya. Manusia, selain
produk Sang Khalik adalah produk budaya. Ia bukan makhluk otonom. Ia bisa
menjadi apa pun. Tergantung situasi sosial yang melingkupi.
‘’Manusia juga produk
gagasan dan ia akan memproduksi gagasan. Ia makhluk penuh ide. Ia makhluk
dengan aneka tema. Ia makhluk multidimensi dengan kehidupan multidimensi juga.
Ia makhluk yang ingin mengomunikasikan gagasan. Ia makhluk yang secara sosial
hidup dari gagasan dan terus-menerus mengungkapkan gagasan,’’ ungkapnya.
Kuliah tamu itu pun
menjadi lebih gayeng, saat Triyanto Triwikromo mengajak peserta untuk mencoba
membuat narasi, dengan memberikan kata kunci terlebih dahulu. Setelah selesai,
beberapa peserta membacakan hasil karyanya yang dibuat secara spontan. (rsd)