Kiai Muslim Assalamy Alhafiz, Wakil Ketua
Lembaga Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama (LBMNU) kabupaten Pati mengatakan ada
yang kurang dan luput dalam penerapan ilmu manajemen modern yang selama ini
hanya Planning, Organiting, Actuating dan Controlling atau POAC.
Menurutnya, ada banyak hal selain empat unsur
itu meski ada pendapat penambahan aspek evaluating di akhir keempat
aspek itu.
"Ilmu manajemen pertama itu sebenarnya
malah feeling sebelum planning," beber Kiai Muslim saat
memberi tausiyah dalam peresmian SMK Japa di Desa Kembang, kecamatan Dukuhseti,
kabupaten Pati, Jumat (26/05/17).
Manajemen pertama itu mengkhayal, kata dia,
gampangannya khoyanazzilli.
"Semua dunia teknologi itu ya berawal
dari mimpi. Pesawat terbang itu dulu juga produk khayalan. Bagaimana membuat
badannya, sampai sayapnya dan bisa terbang itu. Adanya perkembangan teknologi
yang sepesat ini semua berawal dari khayalan," tukas Komite SMK Japa
tersebut.
Hal itu dikatakan Kiai Muslim merespon
penjelasan KASI SMK Balai Pengendali Pendidikan Menengah dan Khusus (BPPMK)
Wilayah II Kabupaten Pati Agus Rumanto, bahwa indikator SMK yang baik harus
memenuhi aspek manajemen dengan pola POAC yang baik.
Ia mengatakan, adanya SMK Japa juga berawal
dari impian pengurusnya, terutama almarhum Kiai Amar Maruf sebagai penggagas
Yayasan Jamaah Pasrah.
"Nanti juga ada evaluating,
peresmian ini juga launching, jadi memang POAC itu harus dilengkapi
aspek lain," tandasnya.
Pengurus MUI Kabupaten Pati tersebut juga
mengatakan, bahwa dalam mengelola lembaga pendidikan harus menggunalan prinsip
Islam atau ukhrawi tanpa meninggalkan aspek duniawi.
"Yang pertama itu kun aliman, ono
sing pinter. Alhamdulillah SMK Japa diisi berbagai sarjana dan juga
santri yang berasal dari berbagai pesantren. Untuk maju, ya sing pinter gelem
ngajar, sing ora patio pinter gelem ngaji sinau. Sing ra iso keduane
ya nyumbang-nyumbang karo doa," tukas dia.
Maka yang penting, pendidikan selain
membekali akhlakul karimah juga ekonomi. "Itu harus disinergikan, pasti
lulusannya menjadi luar biasa," tegasnya.
Kiai muda tersebut juga menandaskan bahwa
dalam belajar tidak boleh sekadar mengandalkan pendengaran. "Kalau jenengan
sinau, ngaji, kudune memang membawa catatan atau rekaman. Kalau
mengandalkan pendengaran nanti ya mufrod terus ilmune dan jadi jamaknya
atau tambahnya itu lama," beber dia.
Ia berharap, ke depan SMK Japa menjadi salah
satu SMK yang tidak mendikotomikan ilmu dunia dan akhirat. "Kalau mau
mondok di pondok saya ya monggo. Tapi ya agak jauh dikit, ya nanti lah
ke depan bisa berjalan lancar," tukasnya. (hi)