Nahdlatul Ulama (NU)
melalui Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama
(LPBI NU) dengan dukungan dari Department of Foreign Affairs and Trade
(DFAT) Australia menyelenggarakan Pelatihan Penyusunan Kajian Risiko Bencana
tahap kedua.
Pelatihan ini
merupakan rangkaian kegiatan dalam Program Penguatan Kapasitas Pemerintah dan
Masyarakat Lokal dalam Kesiapsiagaan untuk Respon Bencana yang Cepat dan
Efektif.
Setelah
penyelenggaraan pelatihan tahap pertama memperkenalkan dan
mengaplikasikan aplikasi Java Open Street Map (JOSM) yang merupakan sumber
terbuka (open sources) sebagai salah satu tools dalam penanggulangan
bencana alam, pada tahap kedua yaitu terkait dengan Quantum Geography
Information System (QGIS) dan Ina SAFE.
Output dari
pelatihan Kajian Risiko bencana ini adalah tersusunnya peta risiko bencana
(peta ancaman, peta kerentanan dan peta kapasitas) dan juga tersusunya kajian
risiko bencana di kabupaten Barru dan Wajo (Sulawesi Selatan).
Sambutan Adi
Widardo mewakili Kepala Pelaksana BPBD Provinsi Jawa Tengah mengingatkan akan
pentingya kegiatan pada pra bencana, di antaranya penyusunan
perencanaan dalam penanggulangan bencana dengan mengacu pada kajian
risiko bencana.
“Saat ini masih
banyak yang hanya konsen pada saat bencana, untuk itu BPBD Provinsi Jawa Tengah
mengapresiasi dan mengucapkan terima kasih kepada LPBI NU yang telah
menfasilitasi penyusunan kajian risiko di kabupaten Kudus dan Jepara,” katanya.
Pelatihan dibuka
oleh KH. Ulil Albab Arwani Rois Syuriah PCNU Kabupaten Kudus. Dalam sambutanya
menyampaikan pentingnya pencegahan bencana, sebagaimana yang telah
diungkapkan oleh alquran sebagai pedoman agama islam. “Pelatihan ini merupakan
sebuah aksi nyata dari LPBI NU yang memberikan manfaat kepada umat dan
masyarakat utamanya dalam bidang penanggulangan bencana,” sambungnya.
Salah satu tujuan
pelatihan ini adalah untuk menerapkan aplikasi Java Open Street Map
(JOSM) dalam melakukan pengkajian risiko bencana di suatu daerah termasuk di
dalamnya memetakan risiko bencana dan mengembangkan skenario dalam melakukan
penanggulangan bencana dengan menggunakan perangkat lunak InaSAFE.
Hasil dari kajian
risiko tersebut nantinya digunakan sebagai acuan dasar dalam menyusun
perencanaan dalam kegiatan dan program penanggulangan bencana suatu daerah/ kawasan.
Pelatihan
Penyusunan Kajian Risiko Bencana ini dipandu oleh Humanitarian Open Street
Map Team (HOT). Pelatihan ini diikuti oleh 22 orang peserta yang merupakan
perwakilan dari BPBD, OPD Terkait, LPBI NU, Pramuka, PMI, Perguruan Tinggi yang
berasal dari Kabupaten Kudus dan Jepara, Jawa Tengah yang telah mengikuti
pelatihan tahap 1 (JSOM dan Mapathon). Pelatihan akan berlangsung selama 5 (lima)
hari pada 17 – 21 April 2017 di Hotel @Hom Kudus.
Ketua LPBI NU
PBNU, M. Ali Yusuf menyatakan bahwa untuk menyusun rencana dan aksi
penanggulangan bencana yang sistematis, terarah dan terpadu, diperlukan dasar
yang kuat untuk pemaduan dan penyelarasan arah penyelenggaraan penanggulangan
bencana pada suatu daerah/ kawasan.
Di sinilah letak
penting adanya kajian risiko bencana sebagai perangkat untuk menilai
kemungkinan dan besaran dampak (korban dan kerugian) dari ancaman bencana yang
ada.
Dengan mengetahui
kemungkinan dan besaran korban dan kerugian, fokus perencanaan dan keterpaduan
penyelenggaraan penanggulangan bencana menjadi lebih efektif. Dapat dikatakan,
kajian risiko bencana merupakan dasar untuk menjamin keselarasan arah dan
efektivitas penyelenggaraan penanggulangan bencana di suatu daerah/ kawasan. (ka)