ISIS Mengaku Aswaja, Abu Hafsin: Aswaja NU Perlu Ditambah An-Nahdliyyah - Soeara Moeria

Breaking

Selasa, 25 April 2017

ISIS Mengaku Aswaja, Abu Hafsin: Aswaja NU Perlu Ditambah An-Nahdliyyah

Batang, SoearaMoeria.Com
Maraknya organisasi yang mengaku dari golongan Ahlussunnah Wal Jamaah (Aswaja) namun tak mengamalkan ajaran-ajaran Aswaja maka diperlukan penambahan identitas utamanya untuk Aswaja yang dipegang Nahdlatul Ulama (NU) yaitu Aswaja an-Nahdliyyah.

Hal itu ditegaskan Ketua PWNU Jawa Tengah, Dr Abu Hapsin saat memberikan arahan ke kader Ansor Banser dalam pembukaan Kemah Bakti II tahun 2017 pada rangkaian peringatan Hari Lahir ke 83 Gerakan Pemuda (GP) Ansor, di Desa Tombo, Kecamatan Bandar, Kabupaten Batang, Sabtu (22/04/17) malam.

“An-Nahdliyyah itu penting karena sekarang banyak Ormas yang mengaku Sunni bahkan ISIS saja mengaku Aswaja. Maka jangan sampai keliru, maka ini perlu ditambah an-Nahdliyah sebagai penanda bahwa ini telah menyelamatkan Nahdliyin dan bangsa Indonsia dari perpecahan,” tuturnya.

Menurutnya, Indonesia memiliki keunikan dan nilai budaya yang luhur. Buktinya meski di Indonesia tidak memiliki banyak Ulama besar sebanyak di kawasan Timur Tengah, namun Indonesia masih tetap utuh dan kuat.

Ia juga menegaskan bahwa pola pemahaman yang selama ini jadi pegangan NU dan Ansor-Banser adalah sebuah pemahamam keagamaan yang sudah teruji, baik sejak sebelum kemerdekaan, awal kemerdekaan, masa orde lama, orde baru, maupun reformasi.

Abu Hapsin juga menceritakan pengalamannya saat hadir di Muktamar NU di Cipasung tahun 1994. Saat itu hubungan Gus Dur dengan Presiden RI Soeharto sedang tidak harmonis karena Gus Dur dinilai selalu terlalu kritis pada pemerintah.

Bahkan Soeharto saat diundang di Muktamar, akan bersedia hadir dengan syarat Gus Dur tidak duduk di barisan terdepan. Mengetahui hal itu, Gus Dur memilih duduk di belakang bersama warga nahdliyyin lain yang bukan peserta Muktamar.

“Itu saya melihat betul (peristiwa tersebut, red),” ujarnya.

Hal itu membuktikan bahwa hubungan antara Gus Dur dan Soeharto memang tidak baik. Namun, Soeharto di Muktamar menyampaikan kesaksiannya yang tulus bahwa NU memilki sumbangasih yang luar biasa pada Indonesia.

Yaitu terletak pada pemahaman keagamaannya yang sudah mampu mengantarkan Indonesia dalam posisi stabil dalam politik. Situasi itu menurut Soeharto perlu disyukuri dan dipertahankan.

“Ini ucapan yang sangat tulus dari orang yang tidak suka, kalau ucapan yang suka (memuji, red) ya wajar. Yang tak lain adalah pemahaman ahlussunnah wal jamaah an-nahdliyah,” ungkap Abu Hapsin.

Ia juga berharap, adanya Kemah Bakti ini, para peserta dapat merenungkan persoalan-persoalan bangsa dan ke Indonesiaan. “Itu harapan kami,” tuturnya. (rls)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar