![]() |
Foto : Tempo |
Jakarta,
soearamoeria.com
Anggota
DPR RI Dapil VI Jawa Tengah, H Abdul Kadir Karding, usai majelis pecinta
sholawat nusantara (Pesona) kemarin, meminta relawan AKK Center kumpulkan info
lokasi rawan banjir dan longsor di Temanggung, Wonosobo, Purworejo, dan
Magelang.
“Kita
berdoa bencana alam tidak terjadi, namun kita juga perlu siaga bila ujian
bencana datang, agar tak tergopoh-gopoh,” terang Karding.
Banjir
dan longsor di kawasan dataran tinggi Dieng, Kabupaten Wonosobo pada Minggu
(26/02/17) kemarin, menurut Karding, seharusnya menjadi pembelajaran bagi
kabupaten lain untuk lebih siaga bencana.
Mengantispasi
bencana alam, menurutnya, tiap pemerintah kabupaten atau kota harus menyiapkan
anggaran dana tak terduga antara Rp 4-5 miliar. “Saya dengar Provinsi Jateng
juga sudah menyiapkan anggaran dana tak terduga hingga Rp 42 miliar,” ujarnya.
Berdasar informasi yang didapatkan dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Karding mencatat dari November ke Desember 2016 hingga Januari, Februari dan Maret 2017 La Nina akan terus meningkat sehingga potensi longsor akan semakin tinggi.
Berdasar informasi yang didapatkan dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Karding mencatat dari November ke Desember 2016 hingga Januari, Februari dan Maret 2017 La Nina akan terus meningkat sehingga potensi longsor akan semakin tinggi.
Bencana
longsor dan banjir, kerap terjadi di Magelang, Temanggung, Wonosobo dan Purworejo
sejak Oktober 2016 lalu. "Semakin tinggi curah hujannya, semakin tinggi
potensi longsor dan bencana yang akan dihadapi. Untuk itu relawan AKK,
masyarakat dan pemerintah harus berupaya bersama," tandas Karding.
Selain
menyiapkan relawan tanggap bencana, Karding mendesak masing-masing pemerintah
kabupaten dan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah memperkuat mitigasi dengan
memasang sistem peringatan dini longsor di beberapa tempat rawan longsor,
reboisasi kawasan rawan longsor, sosialisasi kepada warga pemukiman di daerah
rawan longsor dan melatih masyarakat untuk siap menghadapi banjir maupun
longsor.
Anggota
DPR RI yang sering blusukan ke desa-desa itu, mengingatkan bahwa Juni 2016, Dua
Desa di Purworejo, tepatnya di Karangrejo dan Desa Donorati bencana
longsor telah menyebabkan sekitar 30 orang tewas, 13 hilang, 16 luka-luka dan
rumah-rumah hancur.
Karenanya
ia mendesak pemkab atau pemprov serius memperhatikan wilayah tersebut. Apalagi,
sebagian wilayah itu tanah gambut dan sempat marak penebangan liar. “Sosialisasi
dan simulasi tanggap bencana harus sering dilakukan, agar korban dapat
diminimalisir” tekan Karding.
Kabupaten
Magelang khususnya Kecamatan Sawangan juga dinilai sebagai jalur kategori rawan
bencana tanah longsor. Terdapat banyak titik rekahan tanah yang tersebar di
jalur tersebut, akan menjadi longsor jika dipicu curah hujan yang tinggi.
Namun
hujan pun bisa terjadi longsor jika rekahan telah kritis yang diduga akibat
pohon-pohon berakar serabut seperi pohon bambu serta vegetasi yang ditanah
terlalu rapat.
Akibatnya,
beberapa kali kejadian tanah longsor, banyak pohon bambu dan pohon akar serabut
lainnya yang tumbang, hingga menutup akses jalan dan menimpa rumah yang juga
mengakibatkan terputusnya akses lalu lintas jalur Magelang-Boyolali.
Kabupaten
Temanggung, dalam catatan Karding, pada April 2016 juga sempat mengalami
longsor yang menutup akses jalan satu-satunya Dusun Tlogowungu, hingga
kendaraan roda 4 maupun 2 tidak bisa lewat.
Menurut
Sekjen DPP PKB yang alumni UNDIP itu, bencana alam, ibarat bom waktu, bisa
meledak kapan saja, namun juga bisa diantisipasi ataupun dihentikan dengan cara
memotong kabel pemicunya. Pemerintah dan masyarakat harus bekerjasama.
“Selain
soal tanggap bencana, juga mengubah perilaku, kegiatan merusak alam yang dapat
memicu longsor dan banjir harus dihindari. Termasuk soal penambangan yang tidak
tepat,” ujar Karding. (rif)