![]() |
Foto : pendidikanislam.id |
Pati, soearamoeria.com
Guru Madrasah Ibtidaiyah (MI) Raudlatus Syubban ini awalnya hanya sekadar
menyalurkan hobi berselancar di dunia maya. Namun kemudian blog yang dibuatnya
dirujuk banyak orang. Khususnya sesama guru MI di berbagai daerah. MI Raudlatus
Syubban berada di Desa Wegil Kecamatan Sukolilo Kabupaten Pati, cukup jauh dari
pusat kota, sekitar 35 km.
Nasruddin Latif (36), mengaku saat pertama kali bertugas di MI Wegil
pada 2006 ia menempuh perjalanan 40 menit dengan kendaraan roda dua dari
kampung halamannya di Desa Kunir, Kecamatan Dempet, Kabupaten Demak.
Nasruddin prihatin saat awal bertugas di MI Wegil. Letak geografisnya
jauh sekali dari kota kecamatan. “Informasi pun sering kali lebih banyak
terlambatnya. Mungkin karena akses dan banyak hal lain,” ujar Nasruddin
sebagaimana dilansir pendidikanislam.id.
Ia mencontohkan, tiap tahun ajaran baru para guru harus merencanakan
program madrasah ke depan. Senjata utamanya pakai kalender pendidikan (kaldik).
Sementara jika kaldik tersebut tidak segera sampai ke madrasah, tentu menjadi
persoalan tersendiri. Dari Kemenag tingkat provinsi, Kaldik turun ke
kabupaten/kota, baru ke pengawas kecamatan, diteruskan ke KKM.
“Terakhir para kepala madrasah diundang. Nah, baru masuk ke
madrasah sini. Zaman dulu begitu,” ungkap Nasruddin.
Karena panjangnya birokrasi yang mesti melewati beberapa pintu, belum
lagi jika ada keterlambatan di salah satu pintu tersebut, kata dia, dapat
dibayangkan bisa jadi sebulan kemudian pihaknya baru mempunyai kaldik.
“Padahal Juli sudah mulai kegiatan. Itu cuman sekedar salah satunya.
Belum lagi informasi yang lain, misalnya tentang peraturan. Kan perlu kami
ketahui juga agar selalu up to date,” ujarnya.
Karena merasa informasi di tempatnya mengajar sering terlambat, maka
Nasruddin mencoba mencari alternatif informasi lain. Yakni menggunakan media
online. Kurang lebih dua tahun ia berlangganan informasi melalui e-mail
dari salah satu blog yang senantiasa memberikan informasi tentang pendidikan.
Blog tersebut dikelola oleh seorang Guru Sekolah Dasar.
“Dari blog tersebut saya senantiasa mendapatkan informasi tentang
pendidikan yang banyak saya butuhkan. Meski demikian, saya masih merasa kurang
karena blog tersebut yang mengelola adalah seorang guru SD. Jadi,
informasi-informasi yang diberikan proporsinya lebih banyak informasi yang
dibutuhkan para guru SD. Padahal saya guru MI,” ujarnya.
Sebagai guru MI, Nasruddin tidak hanya membutuhkan informasi terkait
pendidikan yang bersifat umum melainkan juga yang khusus berhubungan dengan
madrasah. “Kalau ada pendataan yang online kadang-kadang saya kerjakan
di rumah. Karena di sekolah kan nggak mungkin. Sebab sinyal internet
susah sekali di sini,” kata Nasruddin.
Dari kondisi yang ia alami, ia kemudian berfikir, bisa jadi ada sebagian
atau bahkan banyak juga rekan guru madrasah yang bernasib seperti dirinya yang
butuh informasi up to date tentang pendidikan. Dalam rangka menunjang
tugas-tugas sebagai guru madrasah, info terkini pendidikan menjadi hal penting.
Nasruddin lalu membuat akun Facebook. Harapannya dapat berbagi informasi lewat update
status di media sosial karya Mark Zukernberg ini.
“Saya bahkan sampai membuat sebuah laman Fanspage Facebook yang saya
beri nama Mutiara Pendidikan hingga beberapa waktu. Melalui Fanspage Mutiara
Pendidikan ini saya berbagi info dan terkadang berbagi tautan tentang pendidikan,”
ungkap sarjana pendidikan Islam lulusan Universitas Wahid Hasyim Semarang ini.
Seiring berjalannya waktu, Nasruddin merasa berbagi informasi melalui
Fandpage Facebook masih kurang efektif. Pasalnya, sulit mencari arsip-arsip
informasi yang pernah di-update. Selain itu, ia juga berfikir mungkin akan
lebih baik jika dia tidak hanya berbagi tautan web atau blog orang lain
melainkan dapat berbagi tautan dari web/ blog miliknya sendiri.
Mulailah ia belajar membuat blog secara otodidak dengan mengandalkan
informasi dari hasil pencarian di google. Membuat blog ternyata tidak sesulit
yang ia bayangkan. Hanya dengan modal gmail dan petunjuk cara membuat blog dari
hasil pencarian google, ia pun punya blog. Nasruddin makin keranjingan blogging
sehingga dalam sepekan ia betah hingga dua jam di warnet sepulang mengajar. Ia
lalu belajar mengganti template blog, posting artikel, memasang wedget, dan
lain sebagainya.
“Sampai di sini saya masih belum berani untuk share. Karena ini
baru blog percobaan. Setelah sekitar empat blog saya buat hanya sekedar
latihan. Lalu, sekiranya kemampuan dasar blog sudah lumayan terkuasai, maka
mulailah saya buat blog yang nantinya siap dipublikasikan,” ujar Nasruddin.
Menurut dia, menentukan nama blog ternyata lebih sulit ketimbang membuat
blog itu sendiri. Awalnya karena ia sudah memiliki Fanspage Mutiara Pendidikan,
ia pun ingin menggunakan nama yang sama. “Tetapi sebagai guru madrasah, saya
ingin memperlihatkan kemadrasahan saya. Lalu, muncul ide nama blog Guru
Madrasah. Ternyata sudah ada. Blog Guru Madrasah Ibtidaiyah juga sudah ada
meski blog-blog tersebut jarang posting,” paparnya.
Di tengah kegalauan tersebut, terbersit dalam benak adanya kata “Abdi
Negara”, dan “Abdi Masyarakat”. Akhirnya, ia memilih nama “Abdi Madrasah” yang
disingkat “Abdima”. Hal yang lebih menguatkan Nasruddin memilih nama tersebut
lantaran adanya kesadaran betapa pentingnya peran madrasah dalam kehidupan
dirinya.
“Sebab, dari madrasah lah saya mulai dikenalkan dengan huruf dan angka.
Dari madrasah lah saya belajar membaca, menulis, dan berhitung. Yakni di MI
kemudian melanjutkan ke MTs, terakhir di MA. Jadi, karena merasa dicetak oleh
madrasah, maka sedikit banyak ingin bermanfaat bagi madrasah. Tentu, sebatas
kapasitas dan kemampuan yang saya miliki,” ujarnya merendah.
Tanpa menunggu lama, pada 19 Desember 2012 secara resmi Nasruddin
memiliki blog bernama “Abdi Madrasah” yang beralamat di
http://abdima.blogspot.com/. Setelah beberapa hari melengkapi blog dengan
berbagai tulisan termasuk wedget dan lain sebagainya, terpublishlah posting
perdana pada 31 Desember 2012.
Sejak ia mempunyai blog, baik Mutiara Pendidikan maupun Abdi Madrasah,
ia mulai mem-posting tulisan pada 30 Desember 2012. “Otomatis
fanspage saya di Facebook saya ubah menjadi Abdi Madrasah karena menyesuaikan
blog tadi itu,” kata dia.
Ia berprinsip hanya ingin berbagi tanpa orang lain mengetahui jati
dirinya. Ia berharap bisa berbagi tanpa diiringi rasa sombong. “Saya pernah
dengar, kalau bisa tangan kanan memberi, tangan kiri tidak perlu tahu. Yang
penting tujuan saya main blog itu kan menjadi manusia yang bermanfaat bagi
sesama,” ujarnya mantap.
Nasruddin menuturkan, dalam blognya tertulis ‘membagi informasi kepada
para sahabat agar hidup ini lebih bermanfaat.’ Makanya, dalam admin itu ia
tidak menuliskan database-nya. “Saya hanya menulis sebagai guru Madrasah
Ibtidaiyah yang mulai mengenal huruf dan angka dari madrasah. Oleh karena itu,
harus berbuat yang terbaik untuk madrasah,” tegasnya.
Sebagai guru saya ia butuh informasi terbaru, jadi sederhananya Butuh
Cari Dapat Bagi (BCDB). Jika ia butuh info, maka ia pun segera mencarinya.
Setelah mendapatkannya, lalu ia membagikannya kepada siapa saja. Pada saat
Facebook-an, Nasruddin mengaku seringkali melihat sebagian temannya membagikan
berita tentang madrasah.
“Saya pun ikut nge-share. Tapi
sebelumnya saya buat postingannya. Yang penting di google itu kan nggak boleh copas.
Kalau sekedar mengulas kan boleh. Meski ada juga yang copas, tapi saya
cantumkan sumber dan link-nya. Misal,
dari website NU Online, direktorat madrasah tentang prestasi atau
program apa gitu,” akunya.
Menurut Nasruddin, website Abdima banyak dikunjungi orang lantaran
seakan-akan para pengunjung merasa web tersebut banyak memberikan informasi
tentang madrasah. Ia merasa web yang dikelolanya memiliki nilai plus dibanding
web lainnya. (mus)
No comments:
Post a Comment