Tradisi Grebeg Besar Media Dakwah Sultan Fatah - Soeara Moeria

Breaking

Selasa, 30 Agustus 2016

Tradisi Grebeg Besar Media Dakwah Sultan Fatah


Demak, soearamoeria.com
Bupati Demak, H.M Natsir yang di dampingi Dandim 0716/Demak Letkol Inf Nanang T.T Wibisono S.A.P beserta Jajaran Forkopimda lainnya dan segenap pejabat di lingkungan Pemerintah Kabupaten Demak, masing-masing beserta istri/ suami, melaksanakan Ziarah ke makam Sultan-Sultan Demak dan dilanjutkan dengan ziarah ke makam Sunan Kalijaga di Kadilangu.

Kegiatan ziarah tersebut dilaksanakan Kamis (25/08/16) kurang lebih 10 (sepuluh) hari menjelang tanggal 10 Dzulhijah.

Demak merupakan kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa sekaligus menjadi pusat penyebaran agama Islam saat itu oleh Walisongo.

Demikianlah menurut tuturan tradisi. Salah satu wali yang bermukim hingga akhir hayatnya dan dimakamkan di Kadilangu Demak adalah Sunan Kalijaga. Kadilangu sendiri merupakan daerah pemberian Sultan Fatah selaku raja pertama kepada Sunan Kalijaga atas jasa-jasanya memajukan kerajaan Demak dan mengembangkan agama Islam melalui kebudayaan dan adat istiadat yang telah ada.

Tradisi Grebeg Besar
Grebeg Besar dan Sejarah Kota Wali tak bisa disangkal lagi jika membuat orang Demak akan membanggakan dirinya sebagai warga Kota Wali. Catatan sejarah Kabupaten Demak memang tidak lepas dari perjuangan para wali (walisongo) dalam kegiatan menyebarkan agama Islam pada abad XV, yaitu keberadaan Demak sebagai pusat kerajaan Islam (Kasultanan Bintoro) di Pulau Jawa dengan ”masterpieces”nya adalah Sunan Kalijaga dan Sultan Fatah yang diakui merupakan tokoh-tokoh besar dan berpengaruh dalam lintas sejarah Kabupaten Demak.

Tidaklah mengherankan jika kemudian beragam acara ritual yang dimulai atau diperkenalkan oleh kedua tokoh tersebut masih berlangsung sampai saat ini dan menjadi semacam upacara ritual yang selalu dinantikan orang, tidak hanya oleh para warga kota wali sendiri tetapi juga dari luar daerah.

Pada masa Sunan Kalijaga menjadi penasihat spiritual Sultan Bintoro, khususnya pada masa emas kejayaan pemerintahan Sultan Fatah. Beliau antara lain menyelenggarakan Grebeg Besar sebagai media da’wah. Tradisi ini diselenggarakan tiap tanggal 10 Dzulhijjah bersama dengan datangnya peringatan Hari Raya Idul Adha (Qurban).

Hanya saja sebetulnya Grebeg Besar ini pada masa pertama kalinya mulai dilaksanakan di Demak, tidak hanya sekali setahun pada saat Idul Adha. Tetapi memang menurut catatan sejarahnya, semula tradisi Grebeg Besar ada empat, yaitu Grebeg Maulid, Grebeg Dal, Grebeg Syawal, dan Grebeg Besar.

Adapun sampai kini masih berlangsung di Demak adalah Grebeg Besar. Sementara di luar Grebeg besar yang kini masih dilestarikan adalah di kerajaan Solo, Yogyakarta dan Cirebon.

Adapun Grebeg Besar sampai sekarang masih menjadi bagian dari tradisi bernilai jual (selling point) yang rutin diselenggarakan, tampaknya dipengaruhi oleh beberapa factor utama yaitu sosio-ekonomi-religi.

Tata Cara Perayaan Grebeg Besar
Diawali dengan saling bersilaturahmi antara pihak Kasepuhan Kadilangu dengan Bupati dan Wakil Bupati Demak, beserta jajaran Muspida Demak.

Bupati Demak bersama rombongan bersilaturahmi ke Kasepuhan Kadilangu yang ditempatkan di Pendopo Noto Bratan Kadilangu Demak. Selanjutnya, sesepuh Kadilangu dan keluarga Kasepuhan bersilaturhmi ke Kabupaten Demak dan biasanya mereka diterima Bupati di ruang tamu Kadipaten Demak.

Setelah silaturahmi, Bupati, Wakil Bupati, DPRD, Muspida Demak dan jajaran pemerintah Kabupaten Demak ziarah ke makam-makam leluhur Sultan Bintoro di kompleks Masjid Agung Demak, dan dilanjutkan ziarah ke makam Sunan Kalijaga. (Pendim 0716/ Demak)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar