Cinta yang Dipertaruhkan - Soeara Moeria

Breaking

Kamis, 14 Januari 2016

Cinta yang Dipertaruhkan



Judul :
Sejujurnya Aku …
Penulis :
Aveus Har
Tebal :
vi+ 214 hal
ISBN :
978-602-291-081-7
Terbit :
Cetakan Pertama, Maret 2015
Penerbit :
Bentang Pustaka

Novel karya Aveus Har  berjudul Sejujurnya Aku… ini berkisah tentang  perempuan karir (pemimpin redaksi sebuah majalah perempuan),  bernama Charista yang  mendamba cinta ala Cinderella,  mendapatkan pangeran tampan yang mau menerima dirinya apa adanya. 

Charista nyaris sempurna, cantik, cerdas, punya karir bagus,  dari keluarga baik-baik dan kaya. Hanya  dia memiliki satu kekurangan :  Charista  sudah tidak suci lagi. Mahkota keperawanannya  direnggut Farel, lelaki masa cinta monyet, cinta SMA yang kebablasan.

Sepuluh tahun kemudian, ketika Charista  menginjak ‘usia merah’ untuk  perkawinan (29 tahun), ia gamang. Sebagai satu-satunya anak perempuan di dalam keluarga, ia  mesti menikah. Beberapa kali Charista membina hubungan, namun putus di tengah jalan.

Pada  ujung penantian, Charista melakukan sesuatu yang nekad. Ia mempertaruhkan   cintanya untuk meraih perkawinan, dengan merancang skenario pendekatan, ‘membidik’  Nathan Abimanyu. Lelaki tampan, matang, yang langka. Nathan yang tak mempersalahkan keperawanan sebagai syarat menikah dengannya. Charista berpikir begitu gara-gara membaca komentar  Nathan  pada sebuah artikel  tentang  Pertaruhan Pernikahan. 
    
Ternyata Nathan jatuh cinta pada Charista. Ketika hubungan  beranjak  pada pernikahan, Charista dilanda gamang. Apalagi kehadiran Farel masih memesona, membuat Charista tergoda. Hingga Charista bertindak gegabah, yang akan disesali seumur hidupnya.

Pesan moral  cerita ini tak ubahnya cermin kehidupan  di zaman sekarang.  Pergaulan yang semakin bebas tanpa batas,  kecanggihan teknologi, gaya hidup : berimbas pada kenyataan  seperti yang dialami Charista. Diakui atau tidak, ketika menikah, apalagi di Indonesia, sebagian besar lelaki mengharapkan istrinya masih perawan. Bertolak belakang apakah si lelaki masih perjaka atau tidak, jarang dipermasalahkan (hal. 18).

Dengan menghadirkan tokoh Charista penulis berhasil menebar amanat  tanpa menggurui. Ketika  tercebur ke sungai, bergegaslah mandi. Bertobat, kemudian gegas mengeringkan tubuh. Masih ada matahari, masih ada harapan. Percayalah, perempuan baik akan mendapat jodoh lelaki baik. Begitu sebaliknya. Seperti janji  Tuhan.

Alur  cerita yang lancar, diksi yang sederhana namun mengena,  membuat  novel sarat pesan moral- jika pengalaman adalah guru  berharga  ini- hadir  dan layak  bukan  sekedar dibaca, namun juga dimakna sebagai  pembelajaran. (*)

__Kartika Catur Pelita, cerpenis, novelis, penyair, dan esais. Bergiat di Akademi Menulis  Jepara (AMJ)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar