Sejujurnya Aku …
Penulis
:
Aveus Har
Tebal
:
vi+ 214 hal
ISBN
:
978-602-291-081-7
Terbit
:
Cetakan Pertama,
Maret 2015
Penerbit
:
Bentang Pustaka
Novel
karya Aveus Har berjudul Sejujurnya Aku…
ini berkisah tentang perempuan karir (pemimpin
redaksi sebuah majalah perempuan),
bernama Charista yang mendamba
cinta ala Cinderella, mendapatkan
pangeran tampan yang mau menerima dirinya apa adanya.
Charista
nyaris sempurna, cantik, cerdas, punya karir bagus, dari keluarga baik-baik dan kaya. Hanya dia memiliki satu kekurangan : Charista sudah tidak suci lagi. Mahkota keperawanannya direnggut Farel, lelaki masa cinta monyet,
cinta SMA yang kebablasan.
Sepuluh
tahun kemudian, ketika Charista
menginjak ‘usia merah’ untuk
perkawinan (29 tahun), ia gamang. Sebagai satu-satunya anak perempuan di
dalam keluarga, ia mesti menikah.
Beberapa kali Charista membina hubungan, namun putus di tengah jalan.
Pada ujung penantian, Charista melakukan sesuatu
yang nekad. Ia mempertaruhkan cintanya
untuk meraih perkawinan, dengan merancang skenario pendekatan, ‘membidik’ Nathan Abimanyu. Lelaki tampan, matang, yang
langka. Nathan yang tak mempersalahkan keperawanan sebagai syarat menikah dengannya.
Charista berpikir begitu gara-gara membaca komentar Nathan pada sebuah artikel tentang Pertaruhan Pernikahan.
Ternyata
Nathan jatuh cinta pada Charista. Ketika hubungan beranjak pada pernikahan, Charista dilanda gamang. Apalagi
kehadiran Farel masih memesona, membuat Charista tergoda. Hingga Charista bertindak
gegabah, yang akan disesali seumur hidupnya.
Pesan
moral cerita ini tak ubahnya cermin kehidupan di zaman sekarang. Pergaulan yang semakin bebas tanpa batas, kecanggihan teknologi, gaya hidup : berimbas pada
kenyataan seperti yang dialami Charista.
Diakui atau tidak, ketika menikah, apalagi di Indonesia, sebagian besar lelaki
mengharapkan istrinya masih perawan. Bertolak belakang apakah si lelaki masih perjaka
atau tidak, jarang dipermasalahkan (hal. 18).
Dengan
menghadirkan tokoh Charista penulis berhasil menebar amanat tanpa menggurui. Ketika tercebur ke sungai, bergegaslah mandi. Bertobat,
kemudian gegas mengeringkan tubuh. Masih ada matahari, masih ada harapan.
Percayalah, perempuan baik akan mendapat jodoh lelaki baik. Begitu sebaliknya. Seperti
janji Tuhan.
Alur cerita yang lancar, diksi yang sederhana
namun mengena, membuat novel sarat pesan moral- jika pengalaman
adalah guru berharga ini- hadir dan layak
bukan sekedar dibaca, namun juga
dimakna sebagai pembelajaran. (*)
__Kartika Catur Pelita, cerpenis, novelis,
penyair, dan esais. Bergiat di Akademi Menulis
Jepara (AMJ)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar