“Nabi
Muhammad SAW bukanlah seorang "PNS". Ia adalah seorang saudagar. Karena itu
berwirausahalah,” pemantik ini dilontarkan Sulaiman, Direktur Eksekutif Hipsi
Pusat saat menjadi pembicara dalam Al
Multaqa Al Iqtisadiyah.
Dalam
kegiatan “Bisnis Berbasis Komunitas Jamaah Nahdliyyin” yang berlangsung di
pesantren Hasyim Asyari Bangsri Jepara, Ahad (05/07) Sulaiman mengajak santri
untuk berwirausaha.
Kenapa
mesti wirausaha? Karena Rasul lanjut dia ialah seorang saudagar. Sebelum NU
besar sudah digelorakan Nahdlatut Tujjar,
kebangkitan saudagar.
Ia
yang juga Ketua Hipsi Jawa Timur ini prihatin angka pengusaha di Indonesia
masih sangatlah minim. Padahal negara dikatakan maju apabila angka pengusaha di
atas 5%. “Kita masih kalah dengan Singapura. Jumlah pengusaha di sana sudah
mencapai 7%,” terangnya.
Untuk
menjadi pewirausaha akunya tidak usah khawatir. Kata dia masih banyak peluang
luas. Sebab ia saja yang berasal bapak dan ibu sebagai tukang becak dan buruh
tani bisa menjalani wirausaha.
Lewat
memanfaatkan peluang dirinya bisa menjual sampah hasil pertanian. Hari itu saja
(Ahad, 05/07) ia sudah menjual 1 truk. Dengan per kg Rp1800. Sehingga ia bisa
memperoleh keuntungan dari sampah yang biasanya dibakar dan digiling menjadi
produk yang mempunyai nilai jual.
Karena
itu dengan Himpunan Pengusaha Santri Indonesia (Hipsi) pihaknya ingin
mewujudkan 1 juta pengusaha yang berbasis santri. “NU itu simbolnya dunia. Kita
harus bisa mengendalikan dunia. Sehingga bukan saatnya lagi kita bekerja untuk
uang namun uang bekerja untuk kita,” sambung Sulaiman.
Sudah
saatnya kita (santri, red) menjadi subyek bukan terus-terusan menjadi obyek. “We have a dream. Kita mempunyai mimpi.
Kita yakin santri kedepan akan menjadi pemimpin,” tegasnya.
Untuk
menjadi pengusaha tidak bisa ditempuh dengan jalur instan. 1 jam 2 jam langsung
bisa menjadi pengusaha. Namun membutuhkan waktu. Sehingga pihaknya getol
melakukan pendampingan entrepreneur secara
masif.
Di
usia ketiga ini Hipsi selalu melakukan eksen. Hipsi menurutnya sebagai
fasilitator sedangkan pelaku usahanya ialah para santri baik kelompok maupun
individu. Ia berharap dari pesantren mempunyai produk sehingga mampu untuk
eksitensi perekonomian pesantren.
Selain
Sulaiman hadir pula sebagai pembicara KH Abdul Gaffar Rozin (RMI Jateng) dan
Abdul Muiz Fansuri (Hipsi Yogyakarta). (qim)