![]() |
Dok. Lukman Hakim |
Jepara,
soearamoeria.com
Pendeta
Gereja Injili Tanah Jawa (GITJ) Jepara, Danang Kristiawan didaulat untuk
menjadi pembicara dalam Ngaji Gus Dur;
Tadarus Kemanusiaan, Budaya dan Islam Indonesia berlangsung di pesantren
Darus Saadah desa Bugel kecamatan Kedung kabupaten Jepara, Kamis (9/7) lalu.
Dalam
kesempatan ini ia diminta panitia kerjasama Lakpesdam NU Jepara, Gusdurian
Jepara dan Fakultas Syariah dan Hukum Unisnu Jepara untuk berbicara Gus Dur dan
Keindonesiaan.
Ia
memaparkan tiga hal. Pertama tentang demokrasi. Dalam pandangannya sebagaimana
mengutip 3 referensi Islamku, Islam Anda
dan Islam Kita (Buku), Islam,
Pluralism and Democracy (Artikel) serta Islam
and Indonesia; Religio Political Thought of Abdurrahman Wahid.
Demokrasi
merupakan ruang di mana setiap kelompok dapat berkontribusi untuk kebaikan
bersama. Demokrasi memberi kesempatan setiap kelompok untuk menyelesaikan permasalahan
secara dewasa.
“Demokrasi
dengan demikian tidak sekadar suara terbanyak tetapi adanya kesempatan setiap
kelompok bahkan yang kecil dan berbeda sekalipun untuk menyampaikan pendapat
dan keinginannya.
Sehingga
dalam berdemokrasi memiliki dua tantangan yakni sikap yang sangat diperlukan
dalam berdemokrasi. Kesediaan untuk peduli kepada kepentingan yang lain dan
kesediaan untuk memberi dan menerima terhadap pihak lain. Ini merupakan sikap
dan kerendahan hati.
“Jadi
nilai dalam demokrasi menurut pembacaan saya terhadap Gus Dur adalah
diperlukannya sikap kepedulian kepada yang lain yang berbeda dan kerendahan
hati terhadap yang lain. Menurut saya inilah yang mewarnai pemikiran politik
keindonesiaan Gus Dur,” terangnya sebagaimana rilisnya ke NU Online.
Pembina
Komite Sekolah Minggu GITJ Jepara ini menambahkan demokrasi tidak akan bisa
hidup hanya secara formal saja misal pemilu dan sebagainya. Demokrasi perlu
untuk dihidupi masyarakat dalam kehidupannya.
Berikutnya
soal agama dan negara sebagai mutual
supportive, saling mendukung. Jadi bukan negara agama dan negara sekuler.
Dalam hubungan yang saling mendukung itu masing-masing punya fungsi yang beda.
Agama sebagai landasan moral dan etis. Sedangkan negara melindungi dan memfasilitasi
agama-agama.
Sehingga
dalam konteks Indonesia yang plural Pancasila adalah landasan terbaik. Karena
merupakan kompromi dari kelompok yang ada. Pancasila bersumber juga pada
nilai-nilai agama. “Jadi agama dalam konteks negara berperan dalam memberikan
esensinya, nilai-nilainya, bukan bentuk atau sistemnya. Karenanya Gus Dur
pernah berkata akan mempertahankan Pancasila sepenuh hidup,” imbuh Danang.
Dalam
kesempatan ini hadir juga pembicara lain. Kholis Hauqola memaparkan Biografi
Gus Dur dan Sholahuddin bicara tentang Gus Dur dan Pesantren. (qim)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar