Memegang Teguh Warisan Tiongkok Kuno - Soeara Moeria

Breaking

Senin, 19 Januari 2015

Memegang Teguh Warisan Tiongkok Kuno


Judul Buku 
| Filosofi-filosofi Warisan Tiongkok Kuno
Penulis 
| Emsan
Penerbit 
| Laksana
Tahun 
| Cet. 1, September 2014
Tebal 
| 276 halaman
ISBN 
| 978-602-255-646-6

Negara Tiongkok atau China telah menjadi salah satu dari deretan negara-negara maju di dunia. Negara dengan jumlah penduduk terbanyak itu bisa disejajarkan dengan negara-negara Eropa atau Amerika yang mengalami pertumbuhan ekonomi yang pesat dan menjadi salah satu kekuatan perekonomian di dunia.

Buku yang ditulis Emsan ini mendedahkan berbagai warisan Tiongkok kuno yang tidak lepas dari perjalanan negara tersebut hingga mencapai kemajuan seperti sekarang. Berbagai warisan yang bersifat filosofis itu telah menjadi landasan atau pola pikir bangsa China dalam menjalani hidup yang pada gilirannya akan menentukan karakter masyarakatnya.

Dari karakter tersebut, dapat dicermati bagaimana suatu karakter masyarakat dapat memberikan landasan dan kekuatan bagi mereka dalam menghadapi berbagai tantangan zaman.

Terkait kemajuan suatu bangsa saat ini, hal ini tentu tidak bisa lepas dari sejauh mana ia (baca; negara) dapat survive dan tetap eksis dalam percaturan global.

Globalisasi yang mewabah di berbagai penjuru dunia pada gilirannya berimplikasi dengan sejauh mana kesiapan negara-negara dalam menghadapinya. Implikasi tersebut mengharuskan sikap atau cara pandang yang tepat bagi sebuah bangsa. Hal ini agar sebuah bangsa dapat menghadapi dan menjalani globalisasi dengan baik dan bisa tetap mengontrol diri agar tidak larut dan hanyut di dalamnya.

Bagi Tiongkok, globalisasi dipandang sebagai arena untuk bisa melakukan pembangunan ekonomi. Globalisasi dipandang sebagai peluang yang harus dimanfaatkan. Dengan pandangan ini, Tiongkok melakukan berbagai upaya yang serius untuk menghadapinya. Namun yang tetap ditekankan adalah bagaimana bisa melakukan kontrol agar masyarakat tidak hanya menjadi objek globalisasi yang pasif dan hanya menjadi konsumen tapi bagaimana masyarakat dapat berperan aktif di dalamnya.

Di antara falsafah Tiongkok yang perlu diteladani adalah mengenai keharmonisan. Keharmonisan dalam hal ini terbentuk dari ditegakkannya moralitas dan disemainya nilai-nilai kebajikan secara terus menerus.

Sebagaimana yang kita tahu, pendidikan dalam keluarga menempati posisi strategis dalam hal tersebut. Di Tiongkok, keluarga adalah tempat bagi anggota di dalamnya untuk belajar mengenal dan menerima aturan-aturan negara. Ketika di keluarga seorang anak sudah terbiasa dan menerima aturan-aturan tersebut, maka bisa dibayangkan ketika anak-anak itu tumbuh besar, mereka akan menjadi warga negara yang baik dan taat (hlm. 89).

Selain mengenai kehidupan sosial, falsafah terkait persoalan hukum juga mendapat perhatian. Di Tiongkok, komitmen pemerintah dalam menegakkan hukum terbilang besar. Korupsi, yang menjadi penyakit di banyak kalangan pejabat menjadi hal mendasar yang mendapatkan perhatian.

Tiongkok menempatkan pemberantasan korupsi sebagai pondasi politik agar pemerintahan dapat solid dan mendapat kepercayaan rakyat. Hal ini tidak lain karena kesadaran yang tinggi akan penegakan hukum yang ditandai dengan ketegasan di dalamnya. Bahwa kemajuan sebuah bangsa berawal dari kepercayaan rakyatnya dan kepercayaan rakyat tidak mungkin tumbuh tanpa kinerja yang jujur dan kesungguhan yang ditunjukkan pemerintahnya (hlm 125).

Satu lagi yang disuguhkan dalam buku ini terkait falsafah Tiongkok adalah mengenai sikap demokratis. Sikap demokratis menjadi landasan dalam menjalani kehidupan berbangsa yang merupakan modal penting ketika masyarakat dihadapkan pada dinamika perbedaan pemikiran yang terjadi di dalamnya.

Tanpa sikap demokratis dan toleran yang tertanam dalam diri masing-masing individu, akan sulit tercipta kedamaian dalam masyarakat. Pada gilirannya, sikap demokratis turut berperan dalam pembangunan dan kemajuan bangsa.

Apa yang telah dicapai oleh Tiongkok sejauh ini merupakan hasil dari perjalanan mempertahankan berbagai filosofi-filosofi kuno yang telah mereka pegang sejak lama.

Hal tersebut menjadikannya kuat dan dapat terus berjalan maju di tengah kecepatan kemajuan zaman. Bagi negara kita, hal ini dapat menjadi contoh tentang bagaimana suatu negara bisa menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman, tanpa harus larut dan terjerumus karena kehilangan karakter yang telah sejak dulu dimilikinya.

Diresensi oleh Al Mahfud,
Penikmat buku dari Pati Jawa Tengah 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar