
Judul Buku
| Filosofi-filosofi Warisan Tiongkok Kuno
Penulis
| Emsan
Penerbit
| Laksana
Tahun
| Cet. 1, September 2014
Tebal
| 276 halaman
ISBN
| 978-602-255-646-6
Negara Tiongkok atau China telah menjadi salah satu dari deretan
negara-negara maju di dunia. Negara dengan jumlah penduduk terbanyak itu bisa
disejajarkan dengan negara-negara Eropa atau Amerika yang mengalami pertumbuhan
ekonomi yang pesat dan menjadi salah satu kekuatan perekonomian di dunia.
Buku yang ditulis Emsan ini mendedahkan berbagai warisan Tiongkok
kuno yang tidak lepas dari perjalanan negara tersebut hingga mencapai kemajuan
seperti sekarang. Berbagai warisan yang bersifat filosofis itu telah menjadi
landasan atau pola pikir bangsa China dalam menjalani hidup yang pada
gilirannya akan menentukan karakter masyarakatnya.
Dari karakter tersebut, dapat dicermati bagaimana suatu karakter
masyarakat dapat memberikan landasan dan kekuatan bagi mereka dalam menghadapi
berbagai tantangan zaman.
Terkait kemajuan suatu bangsa saat ini, hal ini tentu tidak bisa
lepas dari sejauh mana ia (baca; negara) dapat survive dan
tetap eksis dalam percaturan global.
Globalisasi yang mewabah di berbagai penjuru dunia pada gilirannya
berimplikasi dengan sejauh mana kesiapan negara-negara dalam menghadapinya.
Implikasi tersebut mengharuskan sikap atau cara pandang yang tepat bagi sebuah
bangsa. Hal ini agar sebuah bangsa dapat menghadapi dan menjalani globalisasi
dengan baik dan bisa tetap mengontrol diri agar tidak larut dan hanyut di
dalamnya.
Bagi Tiongkok, globalisasi dipandang sebagai arena untuk bisa
melakukan pembangunan ekonomi. Globalisasi dipandang sebagai peluang yang harus
dimanfaatkan. Dengan pandangan ini, Tiongkok melakukan berbagai upaya yang
serius untuk menghadapinya. Namun yang tetap ditekankan adalah bagaimana bisa
melakukan kontrol agar masyarakat tidak hanya menjadi objek globalisasi yang
pasif dan hanya menjadi konsumen tapi bagaimana masyarakat dapat berperan
aktif di dalamnya.
Di antara falsafah Tiongkok yang perlu diteladani adalah mengenai
keharmonisan. Keharmonisan dalam hal ini terbentuk dari ditegakkannya moralitas
dan disemainya nilai-nilai kebajikan secara terus menerus.
Sebagaimana yang kita tahu, pendidikan dalam keluarga menempati
posisi strategis dalam hal tersebut. Di Tiongkok, keluarga adalah tempat bagi
anggota di dalamnya untuk belajar mengenal dan menerima aturan-aturan negara. Ketika
di keluarga seorang anak sudah terbiasa dan menerima aturan-aturan tersebut,
maka bisa dibayangkan ketika anak-anak itu tumbuh besar, mereka akan menjadi
warga negara yang baik dan taat (hlm. 89).
Selain mengenai kehidupan sosial, falsafah terkait persoalan hukum
juga mendapat perhatian. Di Tiongkok, komitmen pemerintah dalam menegakkan
hukum terbilang besar. Korupsi, yang menjadi penyakit di banyak kalangan
pejabat menjadi hal mendasar yang mendapatkan perhatian.
Tiongkok menempatkan pemberantasan korupsi sebagai pondasi politik
agar pemerintahan dapat solid dan mendapat kepercayaan rakyat. Hal ini tidak
lain karena kesadaran yang tinggi akan penegakan hukum yang ditandai dengan
ketegasan di dalamnya. Bahwa kemajuan sebuah bangsa berawal dari kepercayaan
rakyatnya dan kepercayaan rakyat tidak mungkin tumbuh tanpa kinerja yang jujur
dan kesungguhan yang ditunjukkan pemerintahnya (hlm 125).
Satu lagi yang disuguhkan dalam buku ini terkait falsafah Tiongkok
adalah mengenai sikap demokratis. Sikap demokratis menjadi landasan dalam
menjalani kehidupan berbangsa yang merupakan modal penting ketika masyarakat
dihadapkan pada dinamika perbedaan pemikiran yang terjadi di dalamnya.
Tanpa sikap demokratis dan toleran yang tertanam dalam diri
masing-masing individu, akan sulit tercipta kedamaian dalam masyarakat. Pada
gilirannya, sikap demokratis turut berperan dalam pembangunan dan kemajuan
bangsa.
Apa yang telah dicapai oleh Tiongkok sejauh ini merupakan hasil
dari perjalanan mempertahankan berbagai filosofi-filosofi kuno yang telah
mereka pegang sejak lama.
Hal tersebut menjadikannya kuat dan dapat terus berjalan maju di
tengah kecepatan kemajuan zaman. Bagi negara kita, hal ini dapat menjadi contoh
tentang bagaimana suatu negara bisa menyesuaikan diri dengan perkembangan
zaman, tanpa harus larut dan terjerumus karena kehilangan karakter yang telah
sejak dulu dimilikinya.
Diresensi oleh Al Mahfud,
Penikmat buku dari Pati Jawa Tengah
No comments:
Post a Comment