“Bekal” Berharga dari Seorang Bapak - Soeara Moeria

Breaking

Jumat, 16 Januari 2015

“Bekal” Berharga dari Seorang Bapak


Judul Buku     : Sabtu Bersama Bapak
Penulis          : Adhitya Mulya
Penerbit        : Gagasmedia
Tahun           : cet 1, 2014
Tebal            : 277 halaman
ISBN             : 978-979-780-721-4

Ingatan yang seketika terlintas ketika tersebut kata “Bapak” atau “Ayah” adalah seorang kepala rumah tangga yang memimpin keluarga. Posisi seorang bapak dalam kehidupan keluarga memegang peranan penting. Ia tak ubahnya nahkoda yang mengemudi kapal besar untuk mengarungi samudera kehidupan yang luas terbentang. Ke mana arah dan tujuan kapal akan berlabuh menjadi tugas dan tanggung jawab kepala keluarga dalam memimpin anggota keluarganya.

Melihat hal tersebut, menjadi jelas bahwa arah atau nilai-nilai yang dipegang suatu keluarga akan bergantung pada bagaimana seorang Bapak bersikap dan memimpin. Jika demikian, lalu bagaimana jika sebuah keluarga ditinggalkan oleh seorang Bapak? Tentu hal ini akan sangat memengaruhi perjalanan sebuah keluarga. Posisi Bapak akan digantikan oleh seorang Ibu untuk melanjutkan perjalanan suatu keluarga dan mengurusi anak-anak. Apa hal terpenting yang ditinggalkan oleh seorang Bapak?

Bekal Berharga
Novel ini menceritakan tentang peninggalan tersebut. Adalah Gunawan Garnida, seorang Bapak dari keluarga sederhana yang harus pergi untuk selama-lamanya meninggalkan seorang istri bernama Itje dan dua anaknya, Satya serta Cakra. Gunawan Garnida meninggalkan “warisan” yang kelak akan menjadi bekal penting bagi istri dan kedua anaknya ketika telah tiada.

Sebelumnya, sewaktu masih hidup dan mengetahui bahwa umurnya tak panjang lagi karena penyakit kanker yang diderita, Gunawan Garnida mulai melakukan langkah-langkah yang luar biasa. Hal yang kelak akan sangat berguna bagi istri dan kedua anaknya. Sewaktu kedua anaknya, Satya serta Cakra masih kecil, Gunawan Garnida selalu merekam banyak video-video yang berisi pesan-pesan hidup yang bijak dan bermanfaat.

Gunawan Garnida paham betul, kelak, rekaman tersebut akan sangat membantu kedua anaknya meskipun sosok Bapak telah tiada di antara mereka. Maka semenjak Bapaknya meninggal, Satya dan Cakra selalu menonton video-video peninggalan Bapak. Hal itu mereka lakukan setiap hari Sabtu, hingga menjadi rutinitas yang terus mereka lakukan setiap minggunya.

Keberadaan rekaman video tersebut mulai dirasakan pengaruhnya oleh Cakra dan Setya. Satu ketika Cakra merasakan kerinduan yang sangat pada Bapaknya. Ia memutar video tersebut terus-menerus. Merasakan kenangan saat-saat bersama Bapak hingga berkali-kali hingga tanpa terasa ia telah melihat rekaman tersebut sampai pagi menjelang. Melihat rekaman tersebut, ia merasa seakan Bapak masih ada, ia hadir di hadapannya dan berbicara banyak hal padanya. Cakra menitikkan air mata, merasakan betapa berharganya remakan-rekaman tersebut bagi dirinya.

Selain soal rekaman video dari Bapak tersebut dan bagaimana itu menjadi bekal berharga bagi Bu Itje beserta kedua anaknya dalam menjalani hidup, cerita dalam novel ini juga berlanjut dengan kehidupan Setya dan Cakra yang semakin tumbuh dewasa.

Ada kisah tentang Cakra yang belum juga mendapatkan pasangan. Padahal dari segi usia dan pekerjaan sudah mencukupi. Kemudian Satya yang mulai memiliki istri dan anak. Bagaimana ia mengarungi kehidupan baru bersama keluarga kecilnya. Bagaimana pesan-pesan dari Bapak yang kerap ia lihat bisa memengaruhi dan memberikan bekal bagi Satya dalam membangun keluarga barunya.

Pada intinya, novel ini bercerita tentang bagaimana sebuah pesan atau peninggalan seorang Bapak dapat menjadi pegangan berharga bagi anak-anaknya. Meninggalkan keluarga dengan rekaman video yang berisi pesan-pesan kehidupan bagi anak-anak merupakan ide menarik yang jarang sekali ditemui dalam kehidupan nyata. Kebanyakan, peninggalan orang yang meninggal lebih mengarah kepada warisan atau materi apa yang bisa dibagikan pada ahli waris.

Melalui novel ini, kita diajarkan untuk melihat hal lain yang jauh lebih penting untuk ditinggalkan. Peninggalan yang akan selalu bermanfaat bagi orang-orang sekitar. Peninggalan yang dapat menjadi bekal penting dan akan tetap hidup dalam pikiran dan hati, terus meninspirasi orang-orang orang, meski raga telah lama pergi. Bekal yang bersifat abadi, bukan bekal yang berwujud materi.

Diresensi oleh Al Mahfud,
Penikmat buku, tinggal di Pati,
Menulis artikel, esai, cerpen, dan resensi buku yang dimuat di berbagai media

Tidak ada komentar:

Posting Komentar