![]() |
Monolog Mbah Tohir di SMK Az Zahra Mlonggo Jepara |
Jepara, soearamoeria.com
Mbah
Tohir, manusia panggung yang meski telah berusia lanjut, masih semangat untuk
melakukan pendidikan-pendidikan keteateran ke seluruh Indonesia. Lebih dari 35 kota ia sambangi untuk pentas
monolog. Salah satu tempat yang ia kunjungi
adalah Jepara.
Bertempat di Pendopo Kecamatan Bangsri kabupaten
Jepara, Minggu, (27/12) malam Mbah Tohir
mempersembahkan Jokasmo.
Acara
yang diselenggarakan oleh Mata Aksara
ini dimeriahkan musik Kroncong Nekad Brandal Rasno dari Kembang Jepara dan juga
pementasan Teater Laskar MA NU Tengguli
dengan lakon ‘Cinta di Tolak, Bapak Bertindak” karya Sashmitha Wulandari disutradarai
Rohim.
Pementasan
ini merupakan persembahan Mbah Torir untuk insan seni Jepara setelah sebelumnya
Rabu (24/12) ia menjadi
pemateri Workshop X Teater Laskar.
Dalam
pementasan ini, Jokasmo sebagai tokoh yang diperankan oleh Mbah Tohir, tetap
konsisten menunggui panggung sandiwara yang telah sepi karena ditinggalkan
penontonnya.
Jokasmo
berkeyakinan bahwa di panggung ini terdapat pelajaran tentang kehidupan. Begitulah
Jokasmo menyimpulkan perjalanan hidupnya yang dinikmati dari panggung ke
panggung.
Sebuah
bentuk ibadah sosial maupun spiritual yang indah. Jokasmo, tokoh yang diperankan
Mbah Tohir ini, menjadi cerminan sosok tua yang “terpinggirkan” dan menjadi saksi
sisa kejayaan panggung tradisi.
Mbah Tohir, tak asing bagi para pecinta Srimulat yang jaya sejak tahun 60-an. Mbah Tohir yang telah berusia 68 pada tahun ini, mengawali kariernya di panggung Srimulat di Taman Hiburan Rakyat Surabaya.
Berbekal
tekad yang lahir dari kecintaannya terhadap panggung, ia
melakukan pertunjukan keliling ke banyak kota dan menjadi aktor monolog.
Perjalanan
dan pilihan hidupnya untuk terus berteater merupakan rentetan naskah kehidupan
yang meski belum tertuliskan, namun telah dapat dinikmati serta diambil
hikmahnya.
Sekalipun
kini yang digeluti adalah dunia monolog yang notabene adalah salah satu bentuk
seni pertunjukan modern, namun perbincangan Mbah Tohir tidak pernah lepas dari
semangat dunia seni pertunjukan tradisi.
Ia terus melakukan eksplorasi terhadap naskah Jokasmo
sehingga disetiap pementasannya terdapat nuansa dan adegan yang berbeda.
Inspirasi
untuk mengeksplorasi naskah ini ia
dapatkan dari perjalanan dan kehidupan sehari-hari, maka dari situlah
ia menyebut bahwa pementasannya bukanlah
naskah yang dipentaskan, tetapi naskah yang
berpentas.
Tidak
ada kekakuan dan batasan dalam mengeksplorasi sebuah naskah, termasuk naskah
“Jokasmo” yang merupakan adaptasi dari Naskah “Nyanyian Angsa” karya Anton Chekov.
Meski
sejak siang Bangsri di guyur hujan deras namun itu tidak menjadi pengahalang
bagi terselenggaranya pementasan ini. Mbah tohir
tetap mampu tampil dengan maksimal meskipun cuaca sangat tidak bersahabat.
“Teater
adalah jalan hidup saya jadi apapun yang terjadi saya akan tetap pentas, cuaca
tidak akan berpengaruh terhadap pementasan saya,” kata
Mbah Tohir di forum diskusi yamng dipandu Didin usai
pementasan.
Lebih
lanjut ia mengatakan pegiat teater
itu harus kuat, berdisiplin mempunyai
kepekaan yang tinggi.
Acara ini diselenggarakan dengan harapan agar menjadi
inspirasi karya para seniman dan untuk menumbuhkan ide-ide kreatif dalam
berkesenian di Jepara. Dengan terselenggaranya event ini, akan muncul pola-pola
kesenian yang baru dan yang akan menggerakkan budaya lokal. (Ali Burhan/ qim)
No comments:
Post a Comment