Belajar Otodidak Jurnalistik Jadi Berkah - Soeara Moeria

Breaking

Minggu, 12 Januari 2014

Belajar Otodidak Jurnalistik Jadi Berkah



Jepara, soearamoeria.com-Belajar jurnalistik secara otodidak menjadi berkah tersendiri bagi Syaiful Mustaqim. Pasalnya sejak 2006 sampai sekarang ia telah mengunduh banyak hal. Mulai menjadi pembina jurnalistik di berbagai sekolah, guru bahasa Indonesia hingga mengisi pelatihan menulis tingkat kabupaten maupun nasional hingga tulisannya termuat di berbagai media. Hal itu tidak lepas dari jerih parahnya menggawangi Lembaga Pers Siswa (LPS) Smart yang merupakan kumpulan jurnalis pelajar dari kecamatan Pecangaan, Kalinyamatan, Welahan dan Nalumsari.


Dikatakan Mustaqim, LPS Smart merupakan tindak lanjut dari pelatihan jurnalistik SMA sederajat yang digagas Keluarga Mahasiswa Jepara Semarang (KMJS) Cabang IAIN Walisongo Semarang tahun 2006 yang waktu itu diketuai Agus Umar, kini Wartawan Wawasan. Smart adalah salah satu wujud tindak lanjut di zona timur yang sempat bertahan 2 tahunan (2006-2008).

Putra kedua pasangan H Mulyadi-Hj Sumari lantas membeberkan sejarah singkat Smart. “Saya sebenarnya tidak punya basik jurnalistik. Di Smart waktu itu saya hanya sebagai pendamping karena sudah ada pematerinya sendiri,” paparnya.

Karena pemateri-pemateri yang ditunjuk KMJS terbentur kesibukan alhasil dirinya yang mengambil alih pertemuan rutin yang rutin dilaksanakan setiap pekan tersebut. “Jujur. Saat pemateri-pemateri yang ditunjuk mengundurkan diri saya kebingungan antara meneruskan kegiatan atau menghentikannya,” urai Mustaqim.

Dari kebimbangan itu akhirnya alumnus IAIN Walisongo Semarang ini memutuskan untuk ngangsu kaweruh dengan teman-temannya penggiat pers kampus di IAIN. Sebelum menyampaikan materi kepada anak didiknya terlebih dahulu ia bertanya kepada sejumlah teman.

“Maklum karena masih blank tentang jurnalistik materi-materi yang saya tanyakan kepada teman saya catat di buku. Saat ketemu dengan anak-anak catatan yang ada di buku kusampaikan kepada mereka,” ingatnya.

Dengan cara itu lambat laun materi-materi jurnalistik dikuasainya. LPS Smart meski bongkar pasang anggota namun sudah menerbitkan buletin bulanan 23 edisi dan 1 kumpulan artikel dan cerpen. Hal lain yang patut diapresiasi juga ialah kontributor NU Online ini mempunyai semangat untuk menulis di media lantaran mereka juga.

“Saya malu karena menyuruh anak-anak untuk menulis sedangkan saya tidak menulis sendiri,” ungkap pengelola portal berita www.soearamoeria.blogspot.com.

Dari itu juga guru Bahasa Indonesia SMK Az Zahra Mlonggo ini sedikit demi sedikit latihan menulis dan karya-karyanya berupa opini, artikel tips, cerpen remaja dan cerpen anak pernah dimuat di Suara Merdeka, Kompas Jateng, Wawasan, Radar Kudus, Media Indonesia, Story dan LPM Paradigma STAIN Kudus.  

Dampingi Jurnalis Pelajar
Berbekal itu semua sejak 2008 dirinya yang tinggal di Margoyoso RT.02 RW.03 Kalinyamatan makin dikenal lebih-lebih karena konsistennya membidangi jurnalistik pelajar. Sejak tahun 2008-2013 juga ia dipercaya menjadi pembina ekskul Jurnalistik di MA Walisongo Pecangaan.

Dalam kurun waktu 6 tahun itu anak didiknya di Walisongo beberapa kali menyabet lomba penulisan diantaranya di tingkat Kabupaten: Juara I Menulis Reportase, Juara I Lomba Menulis Cerpen dan Lomba Menulis Sinopsis. Tingkat Karisidenan pernah memenangi juara III Lomba Menulis Cerpen dan tingkat Provinsi juara II Lomba Menulis Reportase.

Di tahun 2008 juga ia mulai tertarik menulis berita dan bergabung dengan NU Online, situs resmi Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) sampai sekarang. Dari NU Online pula ia diamanati sebagai pengurus PC IPNU Jepara bidang pers dan jurnalistik dan Lakpesdam NU Jepara bidang media dan publikasi. 

Melalui kisah itu hingga kini ia kerahkan sebagian hidupnya untuk membidangi jurnalistik. Mengisi pelatihan penulisan di (sekolah, pesantren dan kampus), guru Bahasa Indonesia di SMK Az Zahra Mlonggo Jepara dan pembimbing jurnalistik MTs Darul Ulum Purwogondo Kalinyamatan, pembina Karya Ilmiah Remaja (KIR) SMK Walisongo Pecangaan dan pembina komunitas Sahabat Pena Az Zahra.

Baginya ia juga sangat welcome terhadap siswa, santri maupun mahasiswa yang tertarik menekuni tulis-menulis. Biasanya mereka yang tertarik adalah peserta pelatihan menulis yang ia bimbing.

“Karena keterbatasan untuk bertatap muka komunikasi kami lakukan via online. Kalo mereka benar-benar ada kemauan mesti momen ini tidak mereka lewatkan,” katanya yang pernah menjadi salah satu fasilitator Gerakan Nasional Santri Indonesia Menulis di Jombang kerjasama Kemenag RI dan Komunitas Matapena Yogyakarta tahun 2012.   

Hal itu dilakukannya mengingat belum banyak guru Bahasa Indonesia maupun pembimbing jurnalistik yang ngopeni anak-anaknya meski sebenarnya mereka punya bakat terpendam. “Mendampingi mereka yang punya keinginan menulis adalah sebagian dari nafas saya. Sehingga mereka perlu didampingi agar kemauannya terwujud meski melalui jalan terjal dan proses panjang,” pungkas Mustaqim. (Ipunk/ ms) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar