Ketoprak Remaja: "Awwoh" Mangan Telo Lan Ngombe Kopi - Soeara Moeria

Breaking

Sabtu, 09 Maret 2013

Ketoprak Remaja: "Awwoh" Mangan Telo Lan Ngombe Kopi


Jepara, soearamoeria.com-Pukul 02.00 WIB Dholi menunaikan shalat sebanyak 5 rekaat. Tiba-tiba terdengar suara salam. “Kiai” berusia 40 tahunan itu pun sontak menjawab salam tamu yang hadir malam-malam. Percakapan pun berlanjut antara ia dengan sosok yang mengaku “Awwoh”. “Dhol kamu shalat apa?” tanya sesosok berpakaian putih, bersuara besar dan bertutupkan sorban di kepalanya.

Kemudian ia menerangkan dirinya shalat Dhuha 5 rekaat. Saat sosok itu menyebut ia “Awwoh” sontak dirinya menciumi tangan lelaki yang tidak kelihatan mukanya itu.

“Dhol ibadah kamu sekarang tambah rajin. Aku akan menambah kamu nikmat,” ucap si tamu seraya meminta kopi hangat dan ketela.

Dholi kian percaya dengan tamu yang datang ke kediamannya malam-malam adalah “Awwoh” sebab menurutnya tidak semua orang akan ditemui. Singkat kisah, sosok itu menjanjikan akan mengangkat derajat dengan memberikan bidadari-bidadari nan cantik dan masih banyak lagi.

Tetapi lelaki tua itu memberikan beberapa persyaratan. Pada pagi hari pak tua meminta Dholi berjalan ke selatan menuju pasar Welahan—salah satu pasar di Jepara. Disana ia diminta untuk memakai hem, celana yang panjang dan pendek. Sandal yang dipakai juga demikian yang tidak sama.

Yang terpenting juga diminta mengenakan celana dalam diluar. Meski persyaratan yang terakhir sempat dimentahkan Dholi tetapi lambat laun bisa menerimanya. Sosok itu pun kemudian pindah ke rumah Hadi.

Di rumah Hadi sosok yang sama mengaku “Awwoh”. Sontak M Hadi membanting sosok yang mengaku “Awwoh” tersebut. Setelah terjatuh sosok tua itu membeberikan ia adalah guru ngajinya yang mengetes kedua santrinya. “Aku gurumu Had,” jelasnya seraya membuka sorban yang menutupi kepalanya.

“Sebenarnya aku ingin mengetes santri-santriku dengan mengaku “Awwoh”. “Awwoh” artinya gresulo. Kalo Allah itu pengeran, dzat yang menciptakan makhluk dan mengatur segalanya,” imbuh kiai sembari menerangkan beliau juga datang ke rumah Dholi.

Ya, begitulah sepenggal kisah Ketoprak Remaja: “Awwoh” Mangan Telo lan Ngombe Kopi yang diperankan para santri majelis pendidikan Islam “Roudlotul Muhibbin” desa Gidangelo kecamatan Welahan, Jum’at (8/3). Kegiatan juga bersamaan dengan harlah majelis pendidikan juga Haul Syekh Abdul Qadir Al-Jilani dan Haul Massal.

Pertunjukan yang ditonton ratusan orang menceritakan 2 tokoh Dholi Amali (sesat amalnya) dan M Hadi (sang pemberi petunjuk). Keduanya sama-sama pernah mengenyam pendidikan yang sama. Meski Dholi terbilang anak seorang “kiai” tetapi ia sering ngaku-ngaku—anak kiai padahal secara kualitas keilmuwan masih sangat minim; baca alqur’an sering keliru, tidak paham rekaat shalat, mensahalati mayit memakai qamat, rukuk dan sujud maupun banyak keganjilan-keganjilan lain.

Usut punya usut ternyata Dholi saat mondok tidak pernah mendengarkan, saat mutholaah kitab sering joged sendiri dan maniak sekali dengan PS. Alhasil, boyong dari pondok Dholi jadi “kiai” yang dikiai-kiaikan; baunya selalu harum, berjenggot dan berserban. Sedangkan Hadi adalah guru madrasah yang apa adanya.

Melalui ketoprak remaja tersebut menurut narator, Nailis ingin mengajak santri selain patuh dan taat kepada guru; sebagai santri juga harus mengamalkan ilmunya ke tengah-tengah masyarakat tanpa didasari dengan kesombongan dan sifat-sifat tercela yang lain. (qim)       

Tidak ada komentar:

Posting Komentar